Tekan Angka Kematian Ibu dan Anak - TBIG Bantu Sosialisasi Kabupaten Pekalongan

Masih tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia merupakan kondisi yang cukup memprihatinkan. Menurut data dari WHO pada 2010, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359/100.000, dan cenderung meningkat. Sementara angka kematian bayi mencapai 66.000 setiap tahunnya menurut data IDHS 2012. Berangkat dari hal tersebut, pemerintah kabupaten Pekalongan ikut intervensi menurunkan angka kematian ibu dan anak dengan mengaktivasi gerakan Stop Kematian Ibu dan Anak (Gema Setia) berupa meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak.

Di tahun 2018 ini Pemkab Pekalongan menargetkan seluruh kecamatan mendapatkan perbaikan akses kesehatan melalui pemeriksaan kesehatan yang berkualitas. Terkait dengan hal ini, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR)-nya memberikan dukungan program sosialisasi dan edukasi kesehatan melalui unit Mobil Klinik TBIG (Monik TBIG) khusus untuk melayani ibu dan anak.

Chief of Business Support TBIG, Lie Si An dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin menjelaskan, Monik TBIG akan memberikan pelayanan kesehatan di dua kecamatan di bulan Januari.”Untuk bulan ini, kami akan mengirimkan armada Monik TBIG untuk melayani warga di Kecamatan Kedungwuni dan Wiradesa,"ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama TBIG, Herman Setya Budi mengatakan, program CSR TBIG di bidang kesehatan memang dirancang untuk membantu pihak-pihak berkepentingan dalam mengatasi masalah kesehatan yang masih dialami masyarakat di beberapa daerah."Kamimengapresiasi inisiatif Tim Penggerak PKK Kabupaten Pekalongan yang proaktif dalam merespons masalah-masalah yang terjadi," pungkasnya.

Sebagai informasi, Direktur Jenderal Kesehatan Keluarga Kemenkes, Eni Gustina pernah bilang, tingginya angka kematian pada ibu dipengaruhi status kesehatan dan gizi yang rendah.”Dilihat dari status kesehatan perempuan, khususnya ibu hamil, berdasarkan data Kemenkes, sekitar 28,8% ibu hamil menderita hipertensi. Hipertensi bisa mengakibatkan gangguan kardiovaskular yang menjadi faktor penyebab kematian pada ibu saat melahirkan.

Selain itu, 32,9% ibu hamil mengalami obesitas dan 37,1% menderita anemia, bisa disebabkan faktor gizi dan asupan makanan yang kurang. Dijelaskannya, angka kematian ibu (AKI) berkolerasi dengan angka kematian bayi (AKB). Sebagai upaya meminimalkan faktor risiko keduanya, para ibu hamil diimbau melakukan pemeriksaan berkala secara rutin setiap empat bulan sekali selama masa kehamilan sekaligus pemindaian faktor risiko kelainan atau penyakit yang dapat meningkatkan risiko kematian saat persalinan.”Intervensi pemerintah untuk masalah ini dimulai dari ibu saat diperiksa secara rutin sebagai rangkaian pelayanan antenatal secara terpadu. Setiap ibu hamil diberikan stiker P4K untuk ditempel di rumah dan buku KIA (kesehatan ibu dan anak) sebagai panduan," terang Eni.

P4K kependekan dari Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi. Setiap ibu hamil akan tercatat, terdata, dan terpantau. Stiker itu berisi data ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi yang digunakan, dan calon donor darah. "Ibu hamil mendapatkan pelayanan yang paripurna. Kita mendorong para ibu menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)," imbuhnya.

Permasalahannya, tutur Eni, cakupan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya dan bersalin di fasilitas kesehatan, menurut Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) 2016, baru sekitar 74,7%. Artinya masih ada 25% ibu yang janinnya tumbuh dan berkembang tidak terpantau oleh tenaga kesehatan. Di samping faktor kesehatan, Kemenkes mencatat persalinan pada usia muda turut menyumbang tingginya AKI.

Eni menyebut 46,7% perempuan menikah di usia 10-19 tahun. Hal itu mengakibatkan kehamilan pada usia muda. Pada ibu yang melahirkan di usia di bawah 19 tahun, risiko kematiannya bisa meningkat karena belum siapnya rahim. Sementara itu, usia ideal melahirkan pada perempuan ialah 23 tahun.

 

BERITA TERKAIT

Ikuti Instruksi Boikot dari MUI - Produk Terafiliasi Bisa di Akses Via Web dan Aplikasi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak punya otoritas mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel, namun tetap mendorong konsumen Muslim agar aktif…

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…

BERITA LAINNYA DI CSR

Ikuti Instruksi Boikot dari MUI - Produk Terafiliasi Bisa di Akses Via Web dan Aplikasi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak punya otoritas mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel, namun tetap mendorong konsumen Muslim agar aktif…

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…