Kalkulasi Pilkada Jabar 2018

 

Oleh: Stanislaus Riyanta, Kandidat Doktor di Fakultas Ilmu Administrasi UI

Pilkada di Jawa Barat sangat menarik untuk diamati. Jawa barat adalah daerah dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia yaitu 32.809.057 orang. Dengan jumlah suara yang sangat besar dan daerah yang cukup luas, Jawa Barat menjadi salah satu magnet bagi partai dan tokoh-tokohnya untuk memainkan kepentingan politiknya.

Identitas masyarakat dan platform politik menjadi titik perhatian dan faktor yang dipandang penting oleh para pemilih. Selain itu kepiawaian mempopulerkan pasangan dengan menggunakan media massa dan media sosial akan menjadi salah satu kunci untuk meraih hati para pemilih.

Langkah pertama untuk meraih dukungan masa adalah mengusulkan pasangan yang mempunyai identitas suku dan agama mayoritas. Komposisi etnis di Jawa Barat  yang didominasi oleh suku Sunda (73,73%) dengan agama mayoritas Islam (93,40%) menjadi faktor penting bagi kriteria calon pasangan. Hal inilah yang diperkirakan menjadi pertimbangan para partai pengusung pada Pilkada Jawa Barat 2018, dengan memasangkan calon yang beragama Islam dan dari suku sunda.

Pasangan pertama adalah Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi dengan dukungan politik paling banyak yaitu 29 kursi DPRD Jabar yang dikumpulkan dari Demokrat (12) dan Golkar (17). Pasangan berikutnya adalah Sudrajat dan Ahmad Syaikhu dengan total 27 kursi yang terdiri dari PKS (12), Gerindra (11), dan PAN (4). Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum didukung oleh 24 kursi, terdiri dari PPP (9), PKB (7), Nasdem (5) dan Hanura (3). Pasangan terakhir adalah TB Hasanuddin dan Anton Charliyan yang diusung hanya oleh satu partai yaitu PDIP yang mempunyai 20 kursi.

Analisis Kekuatan

Dilihat dari kekuatan dan berbagai pertimbangan, calon yang diusung oleh PDI Perjuangan menjadi pasangan yang paling berat untuk memenangkan Pilkada Jawa Barat. Dukungan partai tunggal PDIP dengan platform nasionalis diperkirakan akan sangat sulit untuk menggalang masyarakat Jawa Barat yang basisnya adalah suku Sunda dan beragama Islam.

Kekuatan platform nasionalis di Jabar masih harus diperebutkan oleh Partai lain seperti Golkar, Demokrat, Gerindra, Nasdem dan Hanura. Kekuatan kelompok nasionalis yang diharapkan dapat mendukung TB Hasanudiin dan Anton Charliyan akan semakin tergerus dengan menyebarnya partai nasionalis pada masing-masing koalisi. Kelemahan dari pasangan calon ini adalah partai pengusung yang tunggal dan pasangan yang kombinasinya kurang menarik karena dengan latar belakang TNI-Polri. Tentu saja akan berbeda jika partai pengusung berasal dari komposisi nasionalis-agamis dan calonnya dari unsur TNI/Polri yang dipasangakan dengan tokoh masyarakat sipil birokrat atau tokoh agama.

Pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu yang diusung oleh PKS, Gerindra dan PAN diperkirakan akan memperoleh suara dibawah pasangan Deddy Mizwar- Dedi Mulyadi dan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum. Sudrajat yang mempunyai latar belakang TNI kurang dikenal dikalangan pemilih muda terutama generasi milineal, yang cenderung dipengaruhi oleh informasi dari media sosial dan media massa. Daya tarik Sudrajat, di era yang dipenuhi dengan informasi secara cepat, mudah dan terbuka, tentu akan kalah kuat dengan Dedi Mulyadi atau Ridwan Kamil yang sangat aktif bermain media sosial dan diberitakan oleh media massa. Kekuatan penggunaan media sosial dan media massa sangat berpengaruh pada pertarungan politik saat ini.

Pilkada Jabar 2018 diprediksi akan menjadi pertarungan sengit antara pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dengan Ridwan Kamil- Uu Ruzhanul Ulum. Kedua pasangan tersebut masing-masing mempunyai basis loyalis dari kelompok nasionalis dan agamis. Selain itu kedua pasangan tersebut mempunyai figur yang aktif di media sosial dan media massa serta cukup dikenal publik.

Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi diperkirakan akan meraup basis massa pinggiran/daerah serta akar rumput. Jaringan kekuatan partai Golkar di daerah-daerah akan menjadi salah satu kunci meraih basis masa pasangan tersebut. Sementara Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, dengan popularitas dan kepiawaiannya dalam menggunakan media sosial akan didukung kuat oleh basis masa di perkotaan dan kelas menengah.

Ancaman dan Kerawanan

Di luar faktor kalkulasi kekuatan masing-masing pasangan calon peserta Pilkada, analisis ancaman dan kerentanan dari Pilkada Jawa Barat 2018 perlu dilakukan. Pilkada di Jawa Barat berpotensi terjadi politik uang. Selain itu ancaman penggunaan isu SARA diperkirakan muncul untuk meraih basis masa dari kelompok tertentu.

Propaganda dan agitasi melalui media massa diperkirakan kuat akan terjadi.  Bentang geografis yang luas, wilayah administratif yang cukup banyak, dan ketimpangan ekonomi akan menjadi celah kerawanan sebagai masuknya ancaman politik uang. Pemanfaatkan isu SARA untuk propaganda dan agitasi melalui sosial media sangat mungkin terjadi pada Pilkada Jawa Barat. Jika tidak dicegah dan diantisipasi sejak dini maka konflik sosial, walaupun dalam skala kecil, dimungkinkan terjadi.

Kepercayaan publik terhadap aparat keamanan yang semakin meningkat dan profesionalitas penyelanggara negara yang semakin baik diharapkan dapat mencegah ancaman dan menutup celah kerawanan yang ada pada Pilkada Jawa Barat 2018. Tentu saja hal ini untuk mewujudkan harapan seluruh masyarakat terhadap Pilkada Jawa Barat 2018 agar berlangsung dengan lancar dan kondusif serta menghasilkan pemimpin yang bisa mengayomi dan menyejahterakan masyarakat Jawa Barat.

 

BERITA TERKAIT

Jaga Stabilitas Keamanan untuk Dukung Percepatan Pembangunan Papua

    Oleh: Maria Tabuni, Mahasiswa Papua tinggal di Bali   Aparat keamanan tidak pernah mengenal kata lelah untuk terus…

Konsep Megalopolitan di Jabodetabek, Layu Sebelum Berkembang

Pada saat ini, kota-kota Indonesia belum bisa memberikan tanda-tanda positif mengenai kemunculan peradaban kota yang tangguh di masa datang. Suram…

Pasca Pemilu Wujudkan Bangsa Maju Bersatu Bersama

    Oleh: Habib Munawarman,Pemerhati Sosial Budaya   Persatuan dan kesatuan antar masyarakat di Indonesia pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu)…

BERITA LAINNYA DI Opini

Jaga Stabilitas Keamanan untuk Dukung Percepatan Pembangunan Papua

    Oleh: Maria Tabuni, Mahasiswa Papua tinggal di Bali   Aparat keamanan tidak pernah mengenal kata lelah untuk terus…

Konsep Megalopolitan di Jabodetabek, Layu Sebelum Berkembang

Pada saat ini, kota-kota Indonesia belum bisa memberikan tanda-tanda positif mengenai kemunculan peradaban kota yang tangguh di masa datang. Suram…

Pasca Pemilu Wujudkan Bangsa Maju Bersatu Bersama

    Oleh: Habib Munawarman,Pemerhati Sosial Budaya   Persatuan dan kesatuan antar masyarakat di Indonesia pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu)…