Masalah Ekonomi Indonesia Berada di sisi Input

Pengamat Industri dan Perdagangan, Fauzi Aziz
 

Sekian waktu yang lama kita menunggu keajaiban, yaitu terjadinya postur ekonomi Indonesia yang lebih sehat, efisien, dan produktif. Namun dalam sekian waktu yang lama pula, nampaknya, ekonomi yang sehat, efisien dan produktif belum mau berpihak pada Indonesia. Kebijakan ekonomi, progam deregulasi dan debirokratisasi sudah berulangkali dilakukan oleh pemerintah.

Bukan hanya baru sekarang saja,tetapi berkali kali berganti rezim, kebijakan dan progam serupa juga dikerjakan oleh rezim rezim sebelumnya. Ibarat kita bersih-bersih daerah aliran sungai, saat sampah-sampah ber hasil diangkat, aliran sungainya  mengalir lancar. Tetapi setelah lama tidak dibersihkan,sampah-sampah itu bertumpuk lagi di sungai dan disaat itu sumbatan ter jadi kembali.

Dari perumpaan ini berarti siklus perbaikan di bidang apapun tidak bisa dilakukan cukup hanya sekali saja. Perbaikan sebaiknya dilakukan terus menerus dan kontinyu karena problem sumbatannya terjadi tidak bersifat lokal. Sumbatan dalam sistem regulasi dan birokrasi terjadinya tidak bersifat lokal, tetapi hampir merata dari pusat sampai daerah. Hambatan dan sumbatan yang mengganggu roda perekonomian akibat sistem yang rusak tadi bersifat mendasar sehingga perombakannya harus menyeluruh.

Sistem kelembagaan harus dilanskap ulang agar mampu bekerja lebih efisien dan produktif.Di lihat dari kesisteman,Indonesia mengalami tekanan berat akibat aktifitas di sisi input banyak terjadi gangguan dalam seluruh rangkaian proses ekonomi yang berjalan. Dampaknya di sisi proses dan output pasti bersifat lang sung karena sub sistem inputan nya "sakit" atau bermasalah.Kegi atan investasi, kegiatan ekspor dan kegiatan ekonomi pada umumnya yang dilaksanakan oleh masyarakat menjadi terganggu dan kinerjanya menja di tidak optimal dan apalagi mak simal.

Apa penyakit di sisi input yang sudah sering diungkapkan di berbagai media?. Antara lain adalah kemampuan produksi nasional yang menghasilkan bahan baku sangat terbatas,sehi ngga harus mengimpor.Artinya,Indonesia mempunyai problem yang bersifat fundamental di sub sistem produksi dan produktifitas nasional dalam pengolahan sum ber daya alam.

Menggenjot ekspor non migas saat ini yang kondisinya sedang tidak normal adalah langkah yang tidak mudah karena harga inputnya lagi mahal akibat nilai tukar rupiahnya jeblok. Ekspornyapun kalau tetap berjalan hasilnya barangkali hanya breakevent saja, sehingga dampaknya ke penambahan devisa kalaupun terjadi jumlahnya sangat sedikit karena ongkos produksinya di sisi proses sudah terlalu tinggi

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…