Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi., Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo
Muhammadiyah sebagai salah satu amal usaha terbesar di Indonesia berkepentingan terhadap peningkatan kesejahteraan, termasuk komitmennya terhadap pemberdayaan kaum perempuan. Terkait ini, Tanwir Aisyiyah yang dilaksanakan pada 19-21 Januari 2018 di Universitas Muhammadiyah Surabaya diharapkan memberikan orientasi yang memacu pemberdayaan dan kewirausahaan kaum perempuan secara berkelanjutan. Di satu sisi, argumen yang mendasari adalah kuantitas kaum perempuan yang cenderung lebih besar dibanding pria sehingga kontribusinya terhadap geliat ekonomi tidak dapat diabaikan dan di sisi lain sebarannya juga relevan dengan komitmen pemberdayaan di semua daerah yang selaras dengan semangat era otda.
Tema dalam tanwir kali ini adalah “Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, Pilar Kemakmuran Bangsa”. Paling tidak, fakta tentang kemiskinan juga menjadi acuan dari urgensi tema yang diangkat. Betapa tidak, kemiskinan dan kasus gizi buruk tidak bisa terlepas dari fakta ketidakberdayaan kaum perempuan, terutama dalam menghadapi tekanan hidup yang semakin berat. Oleh karena itu, Muhammadiyah berkepentingan dengan persoalan ini dan karenanya Tanwir memberikan harapan terhadap perbaikan geliat ekonomi, terutama melalui pemberdayaan kaum perempuan utamanya yang ada dalam lingkup gerakan Aisyiyah.
Berlanjut
Membangun basis ekonomi umat di era now nampaknya semakin penting karena basis ekonomi umat yang kuat secara tidak langsung menjadi pondasi bagi kekuatan ekonomi secara domestik yang kemudian berimplikasi secara nasional. Artinya geliat ekonomi di semua daerah yang mengacu basis ekonomi umat berpengaruh signifikan terhadap arus pemberdayaan ekonomi di daerah. Hal ini sejalan dengan semangat era otda dan juga kebangkitan industri kreatif dengan harapan akan muncul potensi ekonomi mengacu potensi sumber daya lokal dan kearifan lokal. Implikasinya diharapkan terbentuk daya saing produk unggulan. Oleh karena itu, mata rantai dari sukses pemberdayaan dan kewirausahaan, termasuk yang melibatkan kaum perempuan berdampak positif, tidak saja bagi basis umat, tapi juga ekonomi di daerah dan perekonomian nasional.
Urgensi terhadap pemberdayaan berbasis ekonomi umat maka apa yang terjadi dengan Muhammadiyah pada dasarnya juga bisa diimplementasikan ke basis umat yang lain. Hal ini sangat dimungkinkan karena basis umat yang ada di Indonesia cenderung kian berkembang, tidak hanya basis umat keagamaan tapi juga basis umat sosial sehingga sukses dari pemberdayaan dan kewirausahaan akan berpengaruh positif terhadap laju perekonomian sehingga dapat mereduksi pengangguran dan kemiskinan. Meski hal ini bukan hal yang mudah, namun sedari awal bisa dilakukan termasuk apa yang dilakukan melalui Tanwir Aisyiyah di Surabaya kali ini. Dari tanwir ini diharapkan akan muncul gerakan kesadaran kolektif untuk dapat memberikan peran yang lebih baik bagi kinerja perempuan secara berkelanjutan.
Mencermati urgensi Tanwir dan geliat pemberdayaan maka Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makasar 3-7 Agustus 2015 lalu menyisakan tantangan bagi Muhammadiyah, terutama terkait dengan problem ekonomi ke depan di era now. Betapa tidak, ke depan persaingan semakin kompleks dan tuntutan pemberdayaan kaum perempuan semakin tinggi sehingga keterlibatan kaum perempuan tidak bisa diabaikan dalam membangun basis ekonomi umat dan pemberdayaann ekonomi bangsa.
Selain memacu pertumbuhan, pengusaha wanita juga tidak bisa dikerdilkan karena potensi bisnis yang bisa dilakukan oleh kaum perempuan saat ini semakin terbuka. Bahkan, perkembangan internet dan e-commerce juga menjadi potensi akses kaum perempuan berbisnis dan berwirausaha. Terkait ini maka beralasan jika kini kemudian muncul komitmen menginisiasi gerakan Wirausaha Muda Muhammadiyah. Implikasi jangka panjang gerakan ini tidak hanya mampu memberikan manfaat bagi kemandirian Muhammadiyah sebagai pergerakan, tapi di sisi lain juga berpengaruh positif bagi negara. Paling tidak imbas dari gerakan ini tentunya akan menular dan memacu roda ekonomi di daerah, terutama melalui kader-kadernya di daerah, cabang dan ranting yang tersebar di Indonesia.
Tantangan
Mencermati sinergi pemberdayaan dan kewirausahaan untuk memberikan peran kepada kaum perempuan, terutama dari Aisyiyah demi kemakmuran Muhammadiyah maka komitmen hasil Tanwir tidak bisa mengelak dari tuntutan membangun basis ekonomi umat, termasuk salah satunya adalah memacu gerakan kewirausahaan generasi muda Muhammadiyah, baik melalui sektor pendidikan ataupun sektor lainnya karena amal usaha Muhammadiyah terbesar dan tersebar. Mengapa Muhammadiyah berkepentingan dengan pemberdayaan dan kewirausahaan? Akumulasi pengangguran - kemiskinan kini menjadi isu penting, bukan hanya karena ada tahun politik tapi karena tuntutan untuk memacu kesejahteraan. Hal ini secara tidak langsung adalah tantangan Muhammadiyah karena salah satu amal usaha terbesar Muhammadiyah mencakup di bidang sosial.
Perguruan tinggi di lingkup Muhammadiyah harus berbenah untuk mensikapi tingginya pengangguran, kemiskinan dan persoalan ekonomi lainnya. Terkait ini, pada 2 Juli 2015 dilakukan FGD di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Solo yang melibatkan Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Muhammadiyah bertema “Blue Print Ekonomi Muhammadiyah dan Pengembangan Ekonomi Muhammadiyah” yang berhasil mencetuskan sejumlah ide terkait pemberdayaan dan kewirausahaan. Implikasinya bisa diharapkan mendukung terhadapkemandirian ekonomi umat. Artinya, Muhammadiyah berkepentingan untuk membangun etos kewirausahaan karena ini memberikan aspek manfaat makro, tidak hanya membuka lapangan kerja dan mereduksi pengangguran tapi juga meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian bagi Muhammadiyah.
Oleh: Naomi Leah Christine, Analis Sosial dan Politik Rekonsiliasi antar pihak pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menjadi…
Oleh : Nagita Salwa, Mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Bisnis di PTS Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output…
Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, CEO Narasi Institute Konflik gaza sejak Oktober 2023 kini berkembang menjadi kekacauan…
Oleh: Naomi Leah Christine, Analis Sosial dan Politik Rekonsiliasi antar pihak pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menjadi…
Oleh : Nagita Salwa, Mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Bisnis di PTS Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output…
Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, CEO Narasi Institute Konflik gaza sejak Oktober 2023 kini berkembang menjadi kekacauan…