Mengenal Bahaya dari Flu Australia

Belum lama ini, virus flu menjangkiti Australia dan jumlah penderitanya dilaporkan meningkat. Persebaran virus influenza A(H3N2) atau lebih dikenal sebagai virus flu Australia kini juga merambah ke Inggris dan Amerika Serikat. Dilansir dari Vox, 80 persen kasus flu di Amerika Serikat didominasi oleh flu Australia. Dan Jernigan, kepala divisi flu Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat melaporkan ada 22,7 persen dari 100 ribu orang yang dilarikan ke rumah sakit selama seminggu (31 Desember 2017 - 6 Januari 2018). Dua kali lebih banyak dari pekan sebelumnya yang 13,7 persen.

Melihat situasi di beberapa negara, pemerintah Indonesia melalui Kemenkes mulai mengaktifkan alert system di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) baik di bandara maupun pelabuhan. Mengapa negara-negara di dunia termasuk Indonesia begitu antipati terhadap virus flu Australia?

Virus flu Australia cenderung mengakibatkan angka kematian lebih tinggi daripada virus flu pada umumnya. Virus biasa bersirkulasi di belahan bumi utara dan selatan. ia sempat menjadi pandemi pada 1968 dengan angka kematian sekitar 1 juta jiwa di seluruh dunia. Kebanyakan korban berusia 65 tahun ke atas.

Mengutip dari Chronicle Live, flu Australia punya gejala kurang lebih mirip dengan flu biasa, tapi dapat dibilang lebih parah dan penularannya cepat. Gejala meliputi demam tiba-tiba, rasa sakit, kelelahan, batuk kering, sakit kepala, radang tenggorokan, diare, mual, muntah dan gangguan tidur.

Pada anak-anak, flu juga dapat ditunjukkan dengan gejala sakit telinga. Saat flu biasa mungkin hanya mempengaruhi hidung dan tenggorokan, flu Australia bisa menimbulkan komplikasi parah seperti pneumonia. Lalu apa yang bisa dilakukan?

Virus flu dapat tersebar melalui udara saat penderitanya batuk atau bersin. Virus dapat bertahan di tangan atau permukaan lain selama 24 jam. Cara sederhana yang bisa dilakukan ialah menjaga kebersihan, mencuci tangan dengan sabun, serta memperhatikan etika saat batuk dan bersin.

Virus flu Australia memang sulit dicegah bahkan dengan vasin flu sekalipun. Melansir dari Vox, Edward Belongia, ahli epidemi senior di Marshfield Clinic Research Institute di Wisconsin mempelajari efektivitas vaksin flu. Ia menemukan, efektivitas vaksin selama musim flu Australia hanya sebesar 33 persen.

Virus flu Australia dapat bermutasi dengan cepat, sehingga sulit untuk mendesain vaksin sesuai kecepatan mutasi virus. Selain itu, membiakkan virus flu ini untuk vaksin lebih sulit ketimbang virus flu biasa. Namun, lebih baik terproteksi sebesar 33 persen daripada tidak sama sekali.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…