Campak dan gizi buruk kembali melanda anak-anak suku Asmat di Papua. Dalam empat bulan terakhir, ada 24 anak yang meninggal dunia. Oscar Primadi, Kepala Humas Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membenarkan laporan tersebut. Menurutnya, imunisasi tak optimal di Asmat. Untuk itu ia mengimbau agar tiap warga melaksanakan imunisasi dengan lengkap dan benar.
"Imunisasi harus dilakukan dengan teratur dan lengkap," tuturnya saat dihubungi pada Minggu (14/1). Di samping itu, ia juga berharap daerah punya semangat menggerakkan masyarakat untuk mengaktifkan kembali Posyandu.
Laporan sejumlah media juga menyebut jumlah korban tewas akibat campak dan gizi buruk masih mungkin bertambah. Sebab, beberapa penderita campak masih dirawat di Rumah Sakit Agats, ibu kota Kabupaten Asmat. Penderita campak yang dirawat di RS Agats tercatat berjumlah 22 pasien. Sebanyak 16 pasien tengah menjalani rawat jalan, sementara 6 orang lainnya masih dirawat. Hal itu menurutnya berdasarkan data Kemenkes per 13 Januari 2018.
Respons Kemenkes
Mewabahnya campak dan kasus gizi buruk yang menimpa suku Asmat mendapat perhatian banyak pihak. Salah satunya, seperti dilansir Antara, anggota Komisi IX DPR RI Frans Agung MP Natamenggala yang mendesak pemerintah agar segera melakukan penanganan gizi buruk anak-anak di Asmat.
Menanggapi kasus ini, Oscar menyebutkan bahwa Kemenkes telah melakukan imunisasi massal dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk mengatasi gizi buruk dan campak yang melanda suku Asmat di Papua."Teman-teman Papua dari kabupaten dan provinsi sudah bergerak, mem-backup dari sisi logistik...kami sudah melakukan imunisasi massal di Agats dan memberikan 2-3 ton PMT," jelas Oscar.
Distribusi makanan tambahan tersebut menurut Oscar akan dipusatkan di Kabupaten Asmat di wilayah yang terkena gizi buruk."Untuk distribusi, dinkes (dinas kesehatan) setempat sudah punya mapping (pemetaan)," terang Oscar lagi.
Oscar mengungkapkan kasus gizi buruk dan campak yang melanda suku Asmat ini sudah terpantau sejak pekan lalu (8/1).
Menurutnya, dalam sepekan terakhir satu anak meninggal, dan dua masih dalam perawatan akibat gizi buruk suku Asmat di Papua. Total terdapat 8 anak yang terkena kasus gizi buruk yang dirawat di rumah sakit Agats, Papua.
Wabah campak dan kasus gizi buruk melanda anak-anak warga Asmat, di Papua dalam beberapa waktu terakhir. Banyaknya yang meninggal dunia, dan dirawat di rumah sakit membuat Asmat mendapat perhatian khusus.
Panglima Kodam Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI George Elnadus Supit menyatakan, pihak TNI juga telah menerjunkan 53 personel tenaga medis yang tergabung dalam satgas kesehatan TNI untuk menangani wabah penyakit campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. “Pasukan hari ini sudah berangkat dari Halim. Ada bantuan tenaga medis dan bantuan makanan,” ujar Supit saat ditemui di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Senin (15/1).
Supit mengaku terkejut saat pertama kali mengetahui informasi mengenai wabah penyakit tersebut. Ia menyadari bahwa masyarakat di Kabupaten Asmat masih tinggal di pedalaman yang masih minim akses dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan.“Kesehatan memang masih sangat kurang. Seharusnya mereka imunisasi untuk anak-anaknya, tapi itu tidak dilaksanakan,” katanya.
Di sisi lain, jumlah tenaga medis di kawasan tersebut juga masih sangat kurang. Hal ini mengingat kondisi alam dan lokasi desa yang tersebar sehingga menyulitkan para tenaga medis yang bertugas. “Tenaga medis terbatas di sana, daerahnya juga cukup sulit. Kami mau kumpulkan masyarakat susah karena mobilitasnya tinggi. Sehari-hari mereka masuk hutan, cari makan,” ucap Supit.
Mantan Dandim Kolaka ini mengaku telah memerintahkan jajarannya untuk mengecek langsung kondisi di lapangan. Ia memastikan, wabah penyakit ini hanya terjadi di Kabupaten Asmat.“Hanya di Asmat tidak ada yang lain. Untuk jumlah ratusan, tapi belum pasti karena kami juga lagi cek ke sana,” tuturnya.
Presiden Joko Widodo sebelumnya meminta pemerintah daerah Papua fokus dan bekerja cepat menangani campak dan gizi buruk yang kembali melanda anak-anak Asmat di Papua. Campak dan gizi buruk telah menjadi wabah yang menjangkiti anak-anak Asmat dalam kurun empat bulan terakhir, mengakibatkan sedikitnya 24 anak meninggal dunia.
Konsumsi masyarakat saat puasa Ramadan menjadi dua kali lipat, maka penting bagi masyarakat untuk menjaga stamina dengan apa yang dikonsumsi.…
Dalam rangka merayakan International Women’s Day 2024, pemimpin smartwatch GPS multisport yang inovatif, Garmin menyelenggarakan perayaan meriah di Indonesia pada…
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut anak dengan diabetes melitus tipe satu aman untuk menunaikan puasa Ramadhan asalkan…
Konsumsi masyarakat saat puasa Ramadan menjadi dua kali lipat, maka penting bagi masyarakat untuk menjaga stamina dengan apa yang dikonsumsi.…
Dalam rangka merayakan International Women’s Day 2024, pemimpin smartwatch GPS multisport yang inovatif, Garmin menyelenggarakan perayaan meriah di Indonesia pada…
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut anak dengan diabetes melitus tipe satu aman untuk menunaikan puasa Ramadhan asalkan…