Dana IPO WEGE Mengendap Rp 810,76 Miliar

NERACA

Jakarta – Sejak mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) belum menggunakan sepenuhnya dana hasil initial public offering (IPO). WEGE memperoleh izin efektif IPO pada 28 November 2017. Saat itu, anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) tersebut memperoleh dana bersih hasil IPO Rp 810,76 miliar.  Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Rencananya, sebesar Rp 324,3 miliar atau 40% dari dana hasil IPO akan digunakan untuk penyediaan ruang pada infrastruktur perkotaan dan sosial. Sebesar Rp 162,15 miliar atau setara 20% akan digunakan untuk pembentukan joint venture (JV). Sedangkan sebesar 30% atau setara 243,23 miliar akan dialokasikan untuk modal kerja perusahaan. Sisanya sebesar Rp 81,08 miliar atau setara 10% dari dana hasil IPO akan digunakan untuk pembelian alat produksi konstruksi dan sistem teknologi.

Seluruh dana yang belum terpakai ini dimasukkan ke dalam instrumen deposito bank pelat merah dengan tenor 1 bulan serta rata-rata suku bunga sekitar 6%. Sebelumnya, perseroan memproyeksikan kontrak dihadapi alias order book Rp 16,59 triliun tahun ini. Angka order book ini naik 28,4% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Order book ini terdiri dari target kontrak baru Rp 7,83 triliun dan kontrak carry over tahun lalu Rp 8,76 triliun. "Komposisi perolehan kontrak baru tahun 2018 direncanakan berasal dari pemerintah 30%, BUMN 30% dan  swasta 40%," jelas Nariman Prasetyo, Direktur Utama WIKA Gedung. 

Sementara itu, untuk penjualan (termasuk penjualan KSO), WEGE menargetkan Rp 5,19 triliun atau naik 28,8% dari target tahun 2017 sebesar Rp 4,03 triliun. Target laba bersih tahun 2018 Rp 394,5 miliar, naik 38% dari target tahun 2017 sebesar Rp 285,8 miliar. Untuk tahun ini, WIKA Gedung menyiapkan belanja modal Rp 667 miliar. WEGE membidik pengembangan bisnis berupa investasi dan konsesi bidang kebandarudaraan, mass transportation termasuk social infrastructure seperti  rumah sakit dan pendidikan. 

WIKA Gedung memilih ekspansi ini mengingat fokus pemerintah pada pembangunan infrastruktur serta adanya program Jaminan Kesehatan  Nasional (JKN) yang mengharuskan setiap orang mengikuti BPJS kesehatan secara penuh pada 2019. Anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini juga akan fokus pada bisnis pracetak gedung, modular dan geotech. Di bisnis pracetak gedung, telah berdiri anak perusahaan PT WIKA Pracetak Gedung yang memproduksi precast gedung yang berhubungan langsung dengan pekerjaan arsitektur. 

Sedangkan pada bisnis modular, WIKA Gedung berencana melanjutkan Kerjasama Operasi (KSO) yang dilakukan sebelumnya, dengan mendirikan perusahaan patungan untuk memproduksi modular bersama. Di bidang geotech, WIKA Gedung akan mengakusisi perusahaan di sektor tersebut untuk mengembangkan bisnis konstruksi bangunan bawah atau basement.

Sepanjang tahun lalu, WIKA Gedung membukukan kontrak dihadapi Rp 12,92 triliun. Order book ini terdiri atas kontrak baru senilai Rp 7,32 triliun dan carry over sebelumnya Rp 5,6 triliun. 
Capaian kontrak baru tersebut belum termasuk penawaran terendah beberapa proyek yang telah diperoleh di akhir tahun 2017. Beberapa kontrak proyek kontruksi yang telah diperoleh sepanjang tahun 2017, antara lain; Masjid Raya Jawa Barat, Office Center Pelindo III Surabaya, Apartemen Arandra Residences Jakarta, Hotel & Resort Pullman Mandalika Lombok, Apartemen Grand Ostello Jatinangor, Rumah Sakit Pelabuhan Palembang, dan Tamansari Urbano Bekasi. 

WIKA Gedung juga mengantongi kontrak proyek konstruksi Transmart Sidoarjo, Trans Studio Cibubur, Jakarta International Equestrian Park Pulomas Jakarta Timur, Gedung Mabes Polri Sisi Barat, Gedung Telkom Manyar, Apartemen Tamansari Iswara di Bekasi, Stasiun LRT Jakarta Koridor 1 Jakarta, Apartemen B Residence, Relokasi Rumah Dinas TNI AU – Halim, Transmart Jember dan  Pembangunan Rumah Susun Sewa Banten, Jabar & DKI Jakarta. Sedangkan posisi arus kas hingga akhir tahun, diperkirakan mencapai lebih dari Rp 240 miliar. Per akhir November, arus kas WIKA Gedung mencapai Rp 192 miliar.

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…