Penyaluran Kredit Di Sulsel Capai Rp131 triliun

 

 

 

NERACA

 

Makasar - Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Region VI Sulawesi, Maluku, dan Papua Zulmi mengatakan penyaluran kredit di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mencapai Rp131 triliun hingga November 2017. “Perkembangan industri keuangan di Sulsel cukup bagus, penyaluran kredit mencapai Rp131 triliun per November 2017," kata Zulmi usai menemui Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo di Makassar, Senin (15/1).

Penyaluran kredit tersebut, kata dia, terdiri dari kredit sektor perbankan sebesar Rp116 triliun, industri keuangan non perbankan Rp12,1 triliun, dan PT Pegadaian sebesar Rp3,1 triliun. Dana penyaluran kredit tersebut, kata dia, jauh lebih besar dibandingkan dengan dana pihak ke-tiga yang berhasil dihimpun industri jasa keuangan. "Rasionya sebesar 121 persen," imbuhnya .

Hal ini, kata dia, juga berarti dana yang digunakan tidak hanya berasal dari Sulsel, tetapi juga dari luar Sulsel. "Ini berarti Sulsel menarik bagi industri pembiayaan," tambahnya. Penyaluran kredit ini, kata dia, masih didominasi oleh sektor perdagangan, meskipun sektor pertanian juga telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. "Pak gubernur minta sektor pertanian itu Rp2,4 triliun, tapi alhamdulillah perbankan menyalurkan Rp3,1 triliun, artinya sudah melebihi target," pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulsel Bambang Kusmiarso menuturkan, LDR sejalan dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat tumbuh 7,01 persen year on year (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya 5,4 persen (yoy). “Ini utamanya disebabkan kenaikan DPK Pemda,” katanya.

Tingginya LDR perbankan diikuti dengan pengelolaan risiko yang baik, tercermin dari Rasio kredit bermasalah (NPL) pada November 2017 yang tercatat di angka 3,2 persen. Pertumbuhan Kredit perbankan di Sulsel pun meningkat. Kredit perbankan di Sulsel pada November 2017 tumbuh 8,3 persen (yoy). “Angka itu lebih tinggi daripada pertumbuhan Oktober 2017 7,1 persen (yoy),” kata Bambang.

Dilihat dari jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit didorong oleh peningkatan kredit modal kerja dan konsumsi yang masing-masing tumbuh sebesar 11,2 persen (yoy) dan 10,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,5 persen (yoy) dan 10,4 persen (yoy). “Sementara kredit investasi masih mengalami kontraksi sebesar -2,57 persen (yoy), membaik dari kontraksi bulan sebelumnya -2,79 persen (yoy).

Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan kredit tertinggi tercatat pada lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial 56,1 persen (yoy), diikuti lapangan perantara keuangan 38,63 persen (yoy) dan lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 38,1 persen (yoy).

BERITA TERKAIT

Sektor Keuangan Siap Memitigasi Dampak Konflik Timur Tengah

    NERACA Jakarta – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 April 2024 menilai stabilitas sektor…

Rupiah Melemah, OJK Diminta Perhatikan Internal Bank

      NERACA Jakarta – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memandang bahwa…

Aset Kelolaan Wealth Management BRI Naik 21%

  NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatat aset yang dikelola (asset under management) oleh…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Sektor Keuangan Siap Memitigasi Dampak Konflik Timur Tengah

    NERACA Jakarta – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 April 2024 menilai stabilitas sektor…

Rupiah Melemah, OJK Diminta Perhatikan Internal Bank

      NERACA Jakarta – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memandang bahwa…

Aset Kelolaan Wealth Management BRI Naik 21%

  NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatat aset yang dikelola (asset under management) oleh…