Oleh : Prof. Firmanzah Ph.D
Guru Besar Fakultas Ekonomi UI
Biro Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai total ekspor Indonesia selama 2011 tercatat sebesar US$203,62 miliar dan terjadi peningkatan sebesar 29,05% dibandingkan dengan tahun 2010. Dari total nilai ekspor Indonesia, nilai ekspor non-migas tercatat sebesar US$ 162,02 miliar dan ekspor migas sebesar US$ 41,6 miliar. Nilai ekspor non-migas pada 2011 meningkat 24,88% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekspor 2011 dikontribusikan oleh ekspor hasil tambang dan lainnya (29,72%), sektor industri (24,66 %) dan pertanian (3,34 %).
Sementara negara tujuan ekspor non migas tercatat China dan India menjadi negara tujuan ekspor dengan pertumbuhan sebesar 53,4% dan 34,8%. China dan India telah menggeser posisi Singapura dan Malaysia sebagai negara tujuan utama ekspor Indonesia. Sedangkan dampak krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa memberikan kinerja negatif pada ekspor Indonesia di kedua kawasan tersebut. Selama 2011, ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 12,9% untuk pasar Eropa dan penurunan 1,1% untuk pasar Amerika Serikat.
Pelemahan ekonomi di Eopa dan Amerika Serikat perlu mendapatkan perhatian bagi pengambil kebijakan di Indonesia. Dampak krisis Eropa dan Amerika Serikat dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung. Dampak langsung terasa ketika nilai ekspor Indonesia 2011 di kedua kawasan tersebut menunjukkan penurunan.
Sementara dampak tidak langsung terjadi apabila krisis di Eropa dan Amerika Serikat berefek pada krisis di negara/kawasan lain yang berakibat menurunnya permintaan impor barang dari Indonesia.
Diversifikasi pasar tujuan ekspor menjadi strategi yang perlu diintensifkan. Beberapa negara seperti China dan India melihat pasar di sejumlah negara Timur Tengah dan Afrika menjadi kawasan tujuan ekspor mereka.
Selain membuka akses baru tujuan ekspor, peningkatan kemampuan produksi dan teknologi produsen Indonesia perlu ditingkatkan. Tidak hanya Indonesia yang sedang mencari pasar baru, negara pesaing juga akan melakukan hal yang sama. Oleh karenanya, persaingan untuk memenangkan pangsa pasar di daerah tujuan ekspor baru menjadi tidak lebih mudah.
Dalam tataran makro ekonomi, pemerintah baik pusat dan daerah perlu menjaga daya saing produksi barang untuk tujuan ekspor. Pengenaan suku bunga yang kompetitif, penyediaan bahan baku, tenaga kerja terampil, infrastruktur fisik (listrik, pelabuhan, jalan, bandara) dan birokrasi perlu segera di rancang untuk mampu mendukung efisiensi dan efektivitas produksi nasional.
Tanpa adanya perbaikan di hampir semua lini dan ditambah dengan krisis yang masih menghantui perekonomian global maka dikhawatirkan target nilai ekspor Indonesia 2012 sebesar US$ 236 miliar akan sulit dicapai. Meskipun begitu, kita perlu tetap optimis dan menjaga kerja keras kita bersama. Hal ini terlihat pada 2011 di tengah-tengah badai krisis dunia, ekspor Indonesia menunjukkan tren yang menggembirakan.
Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…
Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…
Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…
Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…
Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…
Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…