Jaga Kelestarian Hutan Mangrove - "Bale Juroeng

Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas hutan mangrove terbesar di dunia. Hutan mangrove memiliki peranan penting dan manfaat yang banyak baik langsung maupun tidak langsung bagi lingkungan sekitar khususnya bagi penduduk pesisir. Secara umum hutan bakau atau mangrove mempunyai definisi sebagai hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak di garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut tepatnya di daerah pantai dan sekitar muara sungai, sehingga tumbuhan yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.

Namun kini semakin pesatnya perkembangan manusia, keberadaan kelestarian hutan mangrove terancam banyak alih fungsi baik untuk pembangunan properti ataupun jadi lahan tambak. Hal ini tentu saja harus mendapat perhatian serius dari semua pihak karena berdasarkan kondisi riil di lapangan menunjukkan alih fungsi kawasan mangrove menjadi kawasan utambak maupun pertanian sudah semakin tak terkendali.

Berangkat dari kepedulian tersebut, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) "Bale Juroeng" yang berkonsentrasi pada isu lingkungan hidup ikut ambil bagian dalam menjaga kelestarian mangrove dan bahkan berkat kerja kerasnya telah berhasil menyelematkan puluhan hektare tanaman mangrove (bakau) yang berada di Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.

Ketua LSM Bale Juroeng, H Iskandar Haka di Langsa mengatakan, pihaknya kini sedang melakukan reboisasi terhadap 12 hektare hutan mangrove di Desa Aramia, Kecamatan Birem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur, dan sebanyak 54 hektare bakau direstorasi di Desa Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa.”Perlahan kita terus berjalan sesuai kemampuan lembaga. Alhamdulillah kini sudah 12 hektare berhasil direboisasi di atas lahan yang telah dibeli oleh LSM Bale Juroeng," tutur Iskandar Haka.

Menurut Iskandar, pembelian lahan di Aramia sekitar 10 tahun lalu melalui swadaya lembaga dan masyarakat. Sementara, program pembibitan dan perawatan juga terus dilakukan.”Kami mulai membangun pusat informasi mangrove di Aramia sejak tahun 2008. Awalnya hanya tujuh hektare dan kini terus bertambah," urainya.

Selama ini, dalam menunjang aktivitasnya, Iskandar mengaku mendapat sokongan dan bantuan dari Diaconie yang merupakan lembaga donor asal Jerman, ada pula swadaya masyarakat dan dukungan dari pemerintah daerah serta bantuan bibit yang bersumber dari dana corporate social responsibility (CSR) PTPN I. Pada areal mangrove di Aramia, lanjut dia, sedikitnya terdapat 32 jenis tanaman bakau yang ada di lahan milik LSM Balee Juroeng.

Dijelaskan, hutan mangrove yang berada di Aramia diperuntukkan sebagai wahana edukasi terhadap masyarakat, akan pentingnya kelestarian hutan bakau. Sedangkan keberadaan mangrove di Kuala Langsa masih terus direstorasi sampai dua atau tiga tahun mendatang. Hal ini dilakukan secara berkesinambungan agar seluruh hutan bakau bisa kembali seperti sediakala.

Kedepan, lanjut dia, hutan mangrove di Kuala Langsa, jika sudah selesai dilakukan restorasi dalam kurun waktu dua tahun lagi, bisa dijadikan sebagai kawasan ekowisata bahari yang dapat menunjang program kepariwisataan dan kemaritiman. Selama ini, kata Iskandar, kawasan mangrove banyak dirusak oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan arang dan lainnya.

Inilah yang terus disosialisasikan pihaknya kepada masyarakat tentang pentingnya keberadaan tumbuhan mangrove, yakni sebagai pertahanan garis pantai, berpengaruh terhadap pasang surut air laut dan erosi akibat pengikisan permukaan tanah akibat hempasan ombak.”Akarnya mampu mengendapkan lumpur sehingga dapat mencegah terjadinya instrusi air laut ke daratan serta mencegah terjadinya erosi dan abrasi," jelas Iskandar Haka.

Disamping itu, mangrove berfungsi sebagai penghasil oksigen dan penyerap karbon dioksida. Kemudian secara fungsi biologi dapat menjadi kawasan asuhan atau pemijahan bagi hewan yang biasa berkembang biak di areal hutan mangrove, seperti udang, ikan, kepiting dan ikan.”Mangrove memiliki sejumlah kegunaan bagi kehidupan kita, baik sebagai fungsi edukasi, biologi, maupun ekonomi," kata Iskandar.

 

Pencemaran Dari Daratan


Sebagai informasi, saat ini luas hutan mangrove di Indonesia sudah di bawah dua juta hektare. Jumlah ini merosot dibanding pada 1987 yang masih 3,2 juta hektare. Asisten Deputi Urusan Pesisir dan Laut Kementerian Lingkungan Hidup, Sudaryono pernah bilang, kerusakan hutan mangrove yang terletak di daerah pesisir pun sama hebatnya dengan kerusakan hutan di daratan. Hanya selama ini kerusakan hutan mangrove kurang terekspos.

Menurutnya, peranan hutan mangrove tidak kalah penting dibandingkan hutan di daratan. Dijelaskan Sudaryono, kerusakan hutan mangrove banyak diakibatkan pencemaran dari daratan, mulai dari sampah plastik sampai logam berat. Sampah plastik, misalnya, keberadaannya membuat akar-akar pohon di hutan mangrove terganggu sehingga lama-kelamaan mati.”Jadi, kita ternyata turut menyumbangkan kerusakan hutan mangrove akibat perilaku membuang sampah yang masih belum benar,”jelasnya.

Rusaknya hutan mangrove, lanjut Sudaryono, sangat merugikan terutama dari sektor perikanan. Pasalnya, hutan mangrove merupakan tempat dari berbagai jenis ikan untuk bertelur dan memijah. Selain itu, hutan mangrove juga berperan untuk menyuplai berbagai jenis zat hara yang sangat penting untuk pertumbuhan ganggang yang menjadi makanan bagi ikan-ikan kecil. "Hutan mangrove juga berperan untuk menjaga pantai dari gerusan ombak. Akibat makin kecilnya luas hutan mangrove, banyak pantai yang terabrasi,”paparnya.

Menurut Sudaryono, untuk mencegah kerusakan lahan basah termasuk hutan mangrove ada beberapa strategi yang bisa ditempuh, antara lain strategi geobiofisik dan kemasyarakatan. Strategi geobiofisik, antara lain mamantapkan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) yang terpadu dari hulu sampai hilir dengan memadukan seluruh kepentingan. Dalam strategi ini juga terbuka peluang pemanfaatan hutan mangrove, tetapi harus dilakukan secara bijaksana.

Namun, strategi geobiofisik ini harus diimbangi strategi kemasyarakatan. Strategi ini menekankan pada peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia di wilayah pesisir sehingga masyarakat bisa memanfaatkannya secara bijaksana.

 

BERITA TERKAIT

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…

BERITA LAINNYA DI CSR

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…