Adaro Bagikan Dividen Interim Rp 1,35 Triliun

NERACA

Jakarta – PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menetapkan kurs konversi pembagian dividen interim pada tahun 2017 akan mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal 3 Januari 2017 sebesar Rp 13.498 per dollar Amerika Serikat (AS) sesuai dengan surat perusahaan per tanggal 21 Desember 2017 yang lalu.

Maka dengan demikian jumlah, kata Mahardika Putranto, Sekretaris Perusahaan ADRO dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin, keseluruhan dividen tunai yang akan dibagikan perusahaan dalam mata uang rupiah adalah sebesar Rp 1,35 triliun. Nantinya, ADRO akan membagikan dividen untuk 31,98 miliar saham dengan masing-masing saham akan memperoleh dividen sebesar Rp 42,25 untuk setiap saham.

Apabila mengacu pada harga saham ADRO pada pertengahan perdagangan Rabu (3/1) sebesar Rp 1.835, maka dividen yield dari aksi korporasi perusahaan berada di kisaran sekitar 2,3%. Sebagai informasi, perseroan telah menuai hasil mengakuisisi 75% saham IndoMet Coal Project dari BHP Billiton dengan nilai US$ 120 juta pada Juni 2016. Sebelumnya Adaro sudah memiliki saham 25% di perusahaan tambang asal Australia itu sejak tahun 2010. Alhasil, 100% saham tujuh tambang BHP Billiton itu kini dikuasai oleh Adaro.

Setelah aksi tersebut, aset yang sebelumnya bernama IndoMet Coal Project, kini berubah nama menjadi Adaro MetCoal Companies. Ada tujuh usaha pertambangan dengan kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi III di bawah Adaro MetCoal itu, yakni PT Lahai Coal, PT Ratah Coal, PT Juloi Coal, PT Pari Coal, PT Sumber Barito Coal, PT Kalteng Coal dan PT Maruwai Coal. Total sumber daya batubara dari ketujuh tambang itu sebesar 1,27 miliar ton.

Febriati Nadira, Head of Corporate Communication Adaro Energy pernah mengatakan, Adaro Metcoal Companies sudah bisa memproduksi cooking coal alias batubara kokas semi lunak dan thermal peringkat tinggi. Hingga akhir September 2017 lalu, Adaro MetCoal sudah memproduksi batubara kokas sebanyak 670.000 ton.

Disebutkan, batubara kokas ini tidak hanya dijual di Indonesia, melainkan juga dijual ke luar negeri. Kokas ini digunakan untuk keperluan industri besi dan baja, pengecoran, dan industri lain. Sayang, perseroan tidak bersedia menyebutkan harga jual batubara kokas tersebut, baik harga jual di dalam negeri maupun harga impor. Namun berdasarkan catatan The Steel Index, harga batubara kokas sekitar US$ 176 per ton. Bahkan di pasar spot harga batubara kokas bisa mencapai US$ 300 per ton. Harga ini jauh lebih mahal dibandingkan harga batubara thermal yang hanya US$ 90 per ton.

BERITA TERKAIT

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…