Mewaspadai Gejolak BBM di 2018

 

 

Oleh: Rusli Abdulah

Peneliti INDEF

 

Seperti diketahui kinerja ekonomi 2017 bisa dibilang tidak begitu mengecewakan. Hingga kuartal III-2017, rata-rata pertumbuhan ekonomi triwulanan mencapai 5,03 %. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga tumbuh rata-rata 4,94. Sedangkan ekspor dan investasi hingga kuartal III-2017, pertumbuhannya rata-rata mencapai masing-masing 9,61 % dan 5,75 %.

Inflasi juga terkendali, meski lebih disebabkan oleh permintaan konsumsi rumah tangga yang melambat dan tidak adanya gejolak pasokan bahan pangan yang berarti. Nilai tukar juga terkendali di kisaran Rp13.500 per dolar nya, meskipun Bank Indonesia harus merogoh kocek cadangan devisa sekira US$ 3 miliar.

Pengelolaan utang pemerintah juga membaik. Fitch yang menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB+ pada Desember 2017 menjadi kado manis bagi otoritas moneter dan fiskal menjelang akhir 2017. Ditambah rekor IHSG yang menembus angka di atas 6000 menambah kado manis bagi pengelola ekonomi Indonesia.

Di balik capaian-capaian ekonomi tersebut tersembunyi risiko ekonomi di 2018 yang tidak bisa disepelekan. Risiko tersebut datang dari domestik dan luar negeri. Masalah klasik seperti ekspor yang belum bernilai tambah tinggi (ekspor SDA), kapasitas industri yang terbatas serta pembiayaan domestik yang belum optimal menjadi sandungan klasik ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun yang menghantui ekonomi Indonesia dari sisi domestik

Selain masalah klasik domestik tersebut di atas, ada hal yang perlu diwaspadai di 2018 yakni kenaikan harga BBM. Hingga 26 Desember 2017, harga minyak mentah dunia jenis Brent meningkat menjadi US$ 66,8 /barel dari sebelumnya sekitar US$ 62 /barel di awal Desember 2017. Sementara, pada 7 Desember 2017, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) di New York Market Exchange (NYMEX) seharga US$ 56,75/barel, meningkat menjadi US$ 59,97 /barel pada 26 Desember 2017. Capaian tersebut masih dalam track kenaikan harga minyak yang sudah dimulai pertengahan 2017 lalu.  Sementara itu dalam APBN 2018, patokan harga minyak mentah sebesar US$ 48/barel.

Perbedaan asumsi harga minyak mentah dalam APBN 2018 (ICP) dengan fakta harga minyak mentah dunia bisa membawa kepada tekanan harga minyak dalam negeri di 2018. Apabila ini terjadi maka, perlambatan konsumsi rumah tangga yang hingga triwulan III-2017 -dan diperkirakan sama pada triwulan IV-2017 akan semakin parah yang berujung pada kemerosotan daya beli.

Kenaikan harga minyak mentah dunia tidak bisa dipandang sebelah mata. Terlebih adanya risiko geopolitik Timur Tengah yang semakin meningkat pasca pengakuan Amerika Serikat terhadap Jerussalem sebagai ibu kota Israel pada 6 Desember 2017 (waktu AS) kemarin. Meskipun pengakuan tersebut di negasikan dengan Keputusan Sidang Umum Darurat PBB pada 21 Desember 2017, bukan berarti konflik Timur Tengah akan berangsur dingin.  Trump sedang memperjuangkan janji politiknya terhadap konstituennya.  Janji politik itulah yang menghantarkannya menjadi presiden negeri Paman Sam saat ini.

 

BERITA TERKAIT

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

BERITA LAINNYA DI

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…