2018, Kembangkan Promosi Destinasi Wisata

Indeks pariwisata Indonesia terus melompat dari urutan 70 pada 2013 naik menjadi 50 pada 2015 dan sekarang ini di peringkat 42. Pemerintah berharap pada 2019 nanti bisa masuk 30 besar. Bagaimana strategi promosinya?

 

NERACA

 

Pemerintah berencana melibatkan swasta untuk mengembangkan 10 destinasi wisata baru senilai 200 miliar dolar AS atau Rp270 triliun. "Indeks pariwisata Indonesia terus melompat dari urutan 70 pada 2013 naik menjadi 50 pada 2015 dan sekarang ini di peringkat 42. Kami berharap pada 2019 nanti masuk 30 besar," kata Ketua Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata Indonesia Hiramsyah S Thaib saat menjadi panelis dalam National Infrastructure Conference di Jakarta, pekan lalu.

Sektor pariwisata yang berkembang pesat juga diharapkan untuk menjadi penyumbang devisa terbesar Indonesia di mana saat ini merupakan penyumbang devisa kedua setelah komoditas CPO.

Hiramsyah mengungkapkan, 10 destinasi wisata baru yang sedang dikembangkan yakni Danau Toba, Tanjung Lesung, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo Tenggger Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai.

Pengembangan sektor wisata itu disebutnya membutuhkan kerja yang sangat keras dan berbagai inovasi. Di Mandalika misalnya, berkat inovasi dalam regulasi isu pertanahan yang bermasalah selama puluhan tahun bisa terselesaikan selama tiga bulan.

Selain itu, diharapkan juga ada inovasi dalam pembiayaan yakni menggunakan Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) karena tidak semua kebutuhan anggaran Rp270 triliun itu bisa dibiayai oleh APBD.

Keterlibatan swasta disebutnya dapat masuk melalui skema KPBU yang keamanan investasinya dijamin oleh PT PII sehingga meminimalisir risiko yang dihadapi. "Dari sinilah kami melihat peran penting PT PII, karena tanpa tandatangan PT PII swasta tidak bisa masuk untuk berinvestasi," kata Hiramsyah.

Hiramsyah menegaskan pengembangan 10 destinasi wisata baru sebagai alternatif Bali menjadi sangat penting karena industri wisata sangat rentan. Bencana Erupsi Gunung Agung di Bali misalnya yang membuat jumlah kunjungan menurun. Karena itulah, dibutuhkan alternatif destinasi wisata untuk menjaga jumlah wisatawan tetap tinggi.

Namun yang menjadi kendala saat ini ialah akses. Tidak semua tempat wisata memiliki akses yang baik seperti di Bali. Karena itulah, pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur unutk membuka akses. "Presiden Joko Widodo menargetkan pada 2018 nanti sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa terbesar. Karena itulah investasi swasta menjadi sangat mendesak untuk mengembangkan 10 destinasi wisata baru itu," ujarnya.

Direktur Utama PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia Armand Hermawan mengatakan sebagai satu-satunya Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI) pelaksana single window policy penyediaan penjaminan pemerintah, siap membantu kementerian pariwisata untuk mengembangkan 10 destinasi wisata baru. "Dalam setiap proyek infrastuktur yang melibatkan swasta, maka PT PII akan berperan melakukan asistensi mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan terutama terkait dengan risiko," katanya.

 

Promosi Wisata

 

Sementara itu, Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia (AINAKI) mendorong film animasi dapat dijadikan sarana mempromosikan berbagai pariwisata daerah di Indonesia. Ketua AINAKI Ardian Elkana mengatakan, kerja sama pengembangan wisata melalui film animasi seharusnya dapat diinisiasi oleh pemerintah daerah, industri, dan akademisi. Hal tersebut terbukti berhasil dilakukan pemerintah daerah Gran Canaria, Spanyol. "Animasi dapat menampilkan potensi wisata di suatu daerah dengan lebih efektif, yang akhirnya dapat memikat wisatawan," ujarnya dalam diskusi media yang diselenggarakan Kantor Perwakilan (Kpw) BI DKI Jakarta Pemerintah daerah Gran Canaria,

Menurut Adrian, sangat mengoptimalkan film animasi untuk menggencarkan kampanye pariwisata di daerah kepulauan tersebut. Alhasil, jumlah wisatawan dan investor pun terus meningkat. "Kami produksi 26 episode mempromosikan Grand Canaria sebagai potensi wisata utama Eropa. Peningkatan pariwisatanya, khususnya investasi dan lain-lain seperti hotel itu meningkat," katanya.

Promosi yang dilakukan Gran Canaria dilakukan dengan menggandeng produser dari industri perfilman Hollywood. "Animasi sedikit beda dengan live action, investasi jauh lebih besar maka pasar harus internasional. Kalau Pemda bisa kerja sama dengan industri, bisa datangkan produsen dari Hollywood karena dari sisi cerita bisa lebih maju, investasi dari China, dan produksi di Indonesia, investasi juga dari pemda, itu akan menjadi pasar yang besar," katanya.

Selain akses permodalan, Pemda juga diharapkan bisa mendorong industri lain sebagai penopang media animasi tersebut. Misalnya saja menyediakan infrastruktur, sarana untuk menampilkan karya yang sudah dibuat, hingga pembuatan suvenir, sehingga bisa memberikan dampak rentetan yang besar.

Ardian mengatakan industri animasi di Indonesia sangat potensial karena memiliki sumber daya manusia yang sudah dikenal prestasinya di industri global. "Pertama ini, akan mendapat banyak dolar. Kenapa? Karena paling simpel. Kita ekspor enggak perlu kepabeanan, enggak perlu logging barang di pelabuhan karena cukup lewat internet untuk ekspor," kata dia.

Selain itu, industri kreatif dinilai memiliki nilai tambah bagi industri lain sehingga lebih menguntungkan. Misalnya saja jika satu buah kaos dihargai Rp30 ribu, namun jika ditambah animasi tertentu maka nilainya bisa dinaikkan menjadi Rp80 ribu.

Kepala KPw BI DKI Jakarta Doni P. Joewono mengatakan, potensi yang dimiliki animasi dan umumnya industri kreatif cukup besar demi menggerakkan perekonomian. Terlebih kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian di DKI Jakarta masih rendah, dengan animasi baru sebesar 0,15 persen.

Untuk itu, Doni menyarankan agar pemerintah DKI Jakarta bisa melihat kondisi ini sebagai salah satu peluang dalam menciptakan sumber ekonomi baru. Kerja sama dengan para pelaku industri kreatif lokal juga diharapkan dapat saling menguntungkan sehingga menciptakan efek berlipat. (agus, iwan, rin, ant)

 

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…