Oleh : Sutrisno Lukito Disastro
Dewan Pengawas Lembaga Ekonomi Umat
Siapa sich yang tak mau jadi saudagar atau menjadi pengusaha? Semua orang pasti menginginkannya. Bahkan untuk menjadi saudagar saja—kini banyak komunitas-komunitas mendirikan organisasi dengan label “saudagar” karena semua ingin bercita-cita menjadi saudagar. Itu sangat positif sekali—karena semua itu untuk kebaikan dan kemajuan bersama dalam meningkatkan kesejahteraan. Selain mendirikan organisasi atau komunitas, banyak juga saat ini digalakkan pula gerakan entrepreneur untuk melahirkan pengusaha baik yang diinisiasi oleh pemerintah maupun swasta. Semua itu saya rasakan merupakan sesuatu yang sangat penting sekali ditengah rendahnya penyerapan tenaga kerja di negeri ini.
Namun perlu diketahui bersama untuk menjadi saudagar atau menjadi pengusaha di negeri ini tidaklah sesulit yang dibayangkan, asal mau belajar dengan benar. Istilah saudagar dan pengusaha sebenarnya bagi orang yang tidak tahu sepertinya adalah sama, pada hal beda. Pedagang adalah berdagang sementara pengusaha (seperti membuka restoran) mengusahakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Pedagang itu adalah menjual yang sudah ada—kemudian dijual lalu memperoleh untung (margin) sekian. Itulah namanya pedagang. Kadangkala kita salah menafsirkan istilah berdagang dengan pengusaha, pada hal sejatinya adalah berbeda. Untuk menjadi pedagang syaratnya adalah punya network (siapa yang beli), kita sering lihat produk pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) bagus-bagus namun jualnya tidak bisa karena tidak memiliki network. Maka peran pedagang sangat vital dalam ekonomi sebagai penjual dan tanpa pedagang produk tak akan terserap sama sekali di pasar. Maka dari itu perlu menjadi seorang pedagang sebelum diri kita menjadi seorang pengusaha.
Banyak masyarakat beranggapan selama ini menjadi pedagang saja sebelum jadi pengusaha itu sangat sulit – karena harus dituntut dengan modal yang sangat besar. Pada hal jika kita amati secara seksama bagi para pedagang – pedagang yang sukses itu modal yang paling besar dalam berdagang adalah kepercayaan (trust). Kepercayaanlah yang selama ini menjadi senjata andalan bagi para pedagang, karena dengan kepercayaan apapun bisnis bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya—tiada kepercayaan, maka sangat sulit untuk bisa menjadi pedagang. Hal ini bisa kita lihat, bagaimana perilaku-perilaku para pedagang yang ada di pasar Tanah Abang dan pasar Glodog. Modal mereka adalah sewa tempat atau gerai saja, sementara semua barang-barang yang ada di dalam toko semua itu adalah titipan, utang yang semua itu adalah atas dasar kepercayaan. Tak ada namanya pedagang itu dalam menjual produk-produk dagangannya adalah berdasarkan beli produk semua dan jika ada pedagang yang melakukan demikian itu namanya “pedagang tradisional”. Pedagang yang demikian tersebut pasti untungnya sangat kecil sekali. Maka menjadi pedagang yang benar pasti untungnya sangat besar dan jika ada pedagang besar tapi untungnya kecil itu berarti pedagang yang dibohongi oleh orang lain.
Maka dari itu untuk meningkatkan kualitas masyarakat menjadi pedagang, perlu diri kita itu melatih mereka menjadi pedagang yang benar dan tidak selalu mengandalkan modal yang sangat besar saja. Namun membangun sebuah kepercayaan adalah salah satu modal yang sangat besar bagi seorang pedagang jika ingin sukses berkelanjutan. Menjadikan orang bisa dipercaya oleh orang lain dikembalikan kepada pribadi seseorang tersebut sejauhmana iman dan taqwanya kepada Allah SWT. Semasih ada rasa taqwa kepada Allah SWT kepercayaan itu bisa ada pada diri pribadi-pribadi manusia.
Sekali lagi, kata kepercayaan bagi pedagang atau saudagar adalah rumus mutlak yang sangat mahal harganya dimiliki. Bangsa Indonesia dalam peradabannya sangat besar dan diakui oleh bangsa lain karena mengajarkan nilai-nilai budaya keindonesiaan tentang arti pentingnya sebuah amanah atau kepercayaan yang bisa dijalankan dalam perilaku kehidupan. Hal inilah yang menjadikan bangsa ini pernah diakui sejarah sebagai saudagar pelaut ulung yang mampu berdagang ke benua Afrika dan memiliki beragam suku-suku yang memiliki tradisi berdagang yang sangat luar biasa. Nilai-nilai itulah yang perlu kita gali untuk menjadi saudagar unggulan yang mampu membangun peradaban. Tinggal diri kita dalam memilihnya, apakah ingin sejahtera atau tidak? Jika ingin, jadilah pedagang yang bisa dipercaya sehingga kelak akan menjadi pengusaha besar. Amin.
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…
Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…
Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…
Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…
Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…