Kurangi Ketergantungan Dolar Melalui "Local Currency Settlement"

Oleh: Calvin Basuki

Bank Indonesia mendorong penggunaan mata uang lokal untuk penyelesaian transaksi perdagangan bilateral Indonesia (local currency settlement/LCS) untuk mengurangi ketergantungan pada dolar Amerika Serikat. Hal tersebut diwujudkan melalui kesepakatan kerangka kerja LCS secara bilateral dengan Bank Negara Malaysia (BNM) dan Bank of Thailand (BoT) di Jakarta, Senin (11/12). Peluncuran kerangka kerja tersebut merupakan tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman bilateral BI dengan BNM dan BoT pada tanggal 23 Desember 2016.

LCS adalah penyelesaian transaksi perdagangan antara dua negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing negara. Penyelesaian transaksinya dilakukan di dalam yurisdiksi wilayah negara masing-masing. Misalnya, transaksi perdagangan antara Indonesia dan Malaysia dapat dilakukan dalam mata uang rupiah. Namun, penyelesaian transaksi rupiah tersebut tetap dilakukan di Indonesia. Sebaliknya, jika transaksi perdagangan Indonesia dan Malaysia dilakukan dalam mata uang ringgit, penyelesaian transaksi tersebut dilakukan di Malaysia. 

Penggunaan mata uang lokal untuk penyelesaian transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan negara kawasan merupakan salah satu alternatif mengurangi ketergantungan pada penggunaan dolar AS dalam penyelesaian transaksi perdagangan bilateral.

BI mengobservasi bahwa transaksi perdagangan di Indonesia dari sisi ekspor 94 persen masih dilakukan dalam transaksi dolar AS, sedangkan dari sisi impor 78 persen.

Tingginya ketergantungan pada dolar AS berpotensi memberikan dampak pada peningkatkan kerentanan perekonomian terhadap "guncangan" global yang berpotensi memberikan dampak negatif bagi stabilitas sistem keuangan dan makroekonomi.

Selain itu, pengunaan mata uang lokal juga berpotensi mengurangi biaya transaksi perdagangan karena terjadinya "direct quotation" antara mata uang lokal, mendorong pengembangan pasar keuangan domestik berbasis mata uang lokal, dan membuka akses (partisipasi pelaku).

Hal yang melatarbelakangi kerja sama LCS antara Bank Indonesia dan bank sentral lain adalah untuk mendorong penggunaan mata uang lokal secara lebih luas untuk penyelesaian perdagangan internasional.

Gubernur Bank of Thailand Veerathai "Santiprabhob" mengatakan bahwa perdagangan lintas batas dan investasi di antara tiga negara yang menjadi kunci membangun integrasi ekonomi regional ASEAN. Thailand dan Malaysia sendiri termasuk dalam 10 besar mitra dagang utama Indonesia.

Rata-rata tahunan nilai perdagangan Indonesia dengan Malaysia pada periode 2010 s.d. 2016 mencapai sekitar 19,5 miliar dolar AS yang terdiri atas sekitar 9,3 miliar dolar AS ekspor dan 10,2 miliar dolar AS impor. Dengan nilai tersebut, rata-rata pangsa impor Indonesia dari Malaysia sebesar 6,4 persen dan ekspor Indonesia ke Malaysia sebesar 5,5 persen.

Rata-rata tahunan perdagangan Indonesia dengan Thailand pada periode 2010 s.d. 2016 mencapai sekitar 15 miliar dolar AS yang terdiri 9,5 miliar dolar AS impor dan 5,5 miliar dolar AS ekspor. Dengan nilai tersebut, rata-rata pangsa impor Indonesia asal Thailand sebesar 5,94 persen dan ekspor Indonesia ke Thailand sebesar 3,2 persen.

Menunjuk Bank

Dalam rangka memfasilitasi operasional kerangka LCS, ketiga bank sentral tersebut telah menunjuk beberapa bank yang memenuhi kriteria kualifikasi utama untuk memfasilitasi transaksi bilateral.

Bank-bank yang ditunjuk tersebut antara lain memenuhi kriteria sebagai bank yang sehat, berpengalaman memfasilitasi perdagangan antarnegara, memiliki hubungan bisnis dengan bank di kedua negara, dan memiliki basis konsumen dan kantor cabang yang luas di negara asal.

Untuk operasionalisasi kerangka kerja LCS rupiah-ringgit, Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia menunjuk enam bank di Indonesia dan lima bank di Malaysia.

Bank asal Indonesia, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) PT Bank Mandiri (Persero), PT Bank Central Asia, PT Bank Negara Indonesia (Persero), PT Bank CIMB Niaga, dan PT Bank Maybank Indonesia. Sementara itu, bank di Malaysia, yaitu CIMB Bank Berhad, Hong Leong Bank Berhad, Malayan Banking Berhad, Public Bank Berhad, dan RHB Bank Berhad.

Untuk operasionalisasi kerangka kerja LCS rupiah dan bath, Bank Indonesia dan Bank of Thailand menunjuk masing-masing lima bank di Indonesia dan Thailand. Bank-bank di Indonesia, yakni BRI, Mandiri, BCA, BNI, Bangkok Bank PCL. Sementara itu, bank Thailand, yaitu Bangkok Bank PCL, Bank of Ayudhya PCL, Kasikornbank PCL, Krungthai Bank PCL, dan Siam Commercial Bank PCL.

Di samping peluncuran kerangka LCS BI, BoT, dan BNM, juga diluncurkan perluasan kerangka LCS bath dan ringgit antara BNM dan BoT dengan memasukkan fasilitasi investasi langsung sebagai tambahan dari fasilitasi transaksi.

Seluruh kerangka tersebut, yakni rupiah dan ringgit, rupiah dan baht, dan perluasan baht dan ringgit mulai beroperasi secara efektif pada tanggal 2 Januari 2018.

Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan bahwa kerangka LCS untuk rupiah dan ringgit dan rupiah dan baht mampu menciptakan efisiensi dan menurunkan biaya transaksi. "Yang pasti, kita mengurangi ketergantungan pada dolar AS," kata dia.

Peluang Memperluas

Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan bahwa pihaknya akan melihat 10 besar negara yang mempunyai hubungan ekspor dan impor dengan Indonesia untuk kemungkinan menjalin kerangka kerja LCS.

Hal itu akan lebih mendorong diversifikasi mata uang untuk transaksi perdagangan Indonesia, kemudian menciptakan efisiensi biaya bagi pelaku dan memperdalam pasar keuangan di Indonesia. Mata uang utama yang paling besar digunakan untuk perdagangan internasional Indonesia, menurut dia, adalah dolar AS, kemudian disusul euro dan yen.

Pendekatan untuk menjalin hubungan dengan mata uang lain dalam kerangka kerja LCS akan terus dilakukan oleh BI. Inisiatif tersebut harus dipersiapkan dari dua negara. (Ant.)

BERITA TERKAIT

Pembangunan IKN Terus Berlanjut Pasca Pemilu 2024

  Oleh: Nana Gunawan, Pengamat Ekonomi   Pemungutan suara Pemilu baru saja dilakukan dan masyarakat Indonesia kini sedang menunggu hasil…

Ramadhan Momentum Rekonsiliasi Pasca Pemilu

Oleh : Davina G, Pegiat Forum Literasi Batavia   Merayakan bulan suci Ramadhan  di tahun politik bisa menjadi momentum yang…

Percepatan Pembangunan Efektif Wujudkan Transformasi Ekonomi Papua

  Oleh : Yowar Matulessy, Mahasiswa PTS di Bogor   Pemerintah terus menggencarkan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah Papua. Dengan…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan IKN Terus Berlanjut Pasca Pemilu 2024

  Oleh: Nana Gunawan, Pengamat Ekonomi   Pemungutan suara Pemilu baru saja dilakukan dan masyarakat Indonesia kini sedang menunggu hasil…

Ramadhan Momentum Rekonsiliasi Pasca Pemilu

Oleh : Davina G, Pegiat Forum Literasi Batavia   Merayakan bulan suci Ramadhan  di tahun politik bisa menjadi momentum yang…

Percepatan Pembangunan Efektif Wujudkan Transformasi Ekonomi Papua

  Oleh : Yowar Matulessy, Mahasiswa PTS di Bogor   Pemerintah terus menggencarkan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah Papua. Dengan…