Manulife Sebut Pasar Obligasi Masih Positif

 

NERACA

 

Jakarta - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memandang beberapa faktor positif dari domestik masih akan terus mendukung pertumbuhan pasar obligasi Indonesia di 2018. "Kami memperkirakan inflasi 2018 di kisaran 3,3-4,2 persen. Dengan tingkat inflasi di level tersebut, maka tingkat imbal hasil investasi yang enam persen masih akan menarik investor asing untuk berinvestasi di pasar obligasi Indonesia," kata Chief Investment Officer MAMI, Ezra Nazula, dalam temu media di Jakarta, Selasa (12/12).

Ia juga menegaskan bahwa faktor tingkat inflasi yang terjaga, kenaikan peringkat 'sovereign rating', dan aliran dana investor asing masih akan menjadi faktor dominan pendorong kinerja pasar obligasi Indonesia. Sementara dari sisi global, Ezra meyakini terdapat beberapa faktor yang masih harus dicermati, seperti reformasi perpajakan dan kenaikan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve.

Di 2018, diperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali, masing-masing 25 basis poin (bps). Selain itu, lanjut Ezra, diumumkannya Jerome Powell sebagai pemimpin The Fed menggantikan Janet Yellen disambut gembira oleh pasar. "Para pelaku pasar memperkirakan karakter Powell yang cenderung lebih berhati-hati akan membuat pengambilan keputusan kebijakan kenaikan suku bunga menjadi lebih 'smooth' dan dilakukan secara gradual, sambil mencermati perkembangan dan dampak yang terjadi," ujar dia.

Ezra juga mengatakan bahwa investasi di reksa dana pendapatan tetap masih akan memberikan imbal hasil yang menarik di tahun 2018. Ia menyarankan bagi investor yang ingin berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap dengan tujuan menyeimbangkan portofolio untuk memilih instrumen investasi di obligasi tenor pendek dengan tingkat volatilitas yang rendah.

Analis menilai bulan Desember ini para pelaku pasar dan investor mungkin akan lebih mentransaksikan obligasi berdurasi jangka pendek dan panjang untuk persiapan tahun depan. Maximilianus Nico Demus, Kepala Divisi Riset Indomitra Sekuritas, mengatakan bahwa pasar obligasi sendiri mungkin akan terlihat sideways pada pekan ini khususnya, tetapi perhitungan secara jangka pendek, fase penurunan mulai terlihat.

Pasar obligasi pekan ini akan lebih banyak menanti beberapa hal penting yang akan keluar. Dimulai dari rapat Bank Sentral Amerika akan kenaikan Fed Ratenya yang tingkat probabilitasnya sudah mencapai 100%, dan setelahnya Bank Sentral Indonesia juga akan memberikan keputusan BI Rate yang diperkirakan akan tetap bertahan.

BERITA TERKAIT

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…