NERACA
Jakarta – Pilkada serentak yang bakal di lakukan tahun depan, membuat kekhawatiran tersendiri bagi pelaku pasar modal. Meskipun keyakinan pertumbuhan ekonomi tahun depan jauh lebih baik. Menurut pandangan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), tahun depan kondisi ekonomi di tanah air masih akan kondusif sehingga akan mendorong kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG). Meskipun, akan ada dua agenda politik di 2018, seperti pilkada serentak pada 27 Juni 2018 dan kampanye pemilu yang akan dimulai pada 13 Oktober 2018, tidak perlu dikhawatirkan investor.
Chief Economist & Investment Strategist MAMI, Katarina Setiawan mengatakan, tahun depan indeks diprediksi akan berada di level 6.800-7.000. Pasalnya, berdasarkan konsensus Bloomberg Growth Earning per Share (eps) IHSG di angka 13,8%. "Sementara dari hitung-hitungan kita dengan posisi IHSG di level 6.800 saja eps growth berada pada 11%. Sementara di akhir tahun ini di level 6.100," ujarnya di Jakarta, Selasa (12/12).
Dirinya juga menuturkan bahwa saat ini masyarakat Indonesia sudah lebih dewasa menghadapi kondisi tersebut. Malah, kondisi tersebut justru dianggapnya akan mendorong aktivitas ekonomi, seiring adanya pengeluaran anggaran pilkada dan pemilu.”Kita lihat pilkada sepanas apa pun bisa dilewati dan ekonomi tetap berjalan. Masyarakat sudah sangat lebih dewasa," jelasnya.
Selain itu, pemulihan ekonomi global masih akan terus berlanjut. Organisasi moneter internasional atau IMF bahkan telah menaikan proyeksi PDB global ke level 3,7% atau lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. "Dengan peningkatan ekonomi global, pemerintah dapat lebih fokus mengejar beragam tujuan ekonomi,"ungkapnya.
Sementara David Nathanael Sutyanto, analis First Asia Capital pernah bilang, meski dengan adanya tahun politik, prospek dari IPO di tahun yang akan datang masih cukup baik apalagi dengan melihat daftar IPO yang akan terjadi. Beberapa hal pasti diperhatikan oleh pasar. Pasar terutama akan memperhatikan harga dan valuasi dari emiten-emiten yang akan mencatatkan diri ke BEI sekaligus prospek dari calon emiten ke depannya. “Untuk IPO, semester pertama adalah timing yang tepat untuk menghindari konstelansi politik"tuturnya.
Meski demikian, David menyebutkan bahwa produk dan valuasi yang tepatlah yang paling diperhatikan oleh pasar. Terkait dengan anak usaha BUMN yang pada tahun ini mencatatkan diri di BEI namun tidak terlalu memperlihatkan kenaikan signifikan, David menyebut bahwa hal ini terjadi karena harga emiten anak usaha BUMN tersebut terlalu besar. Menurutnya untuk bisa diterima oleh pasar, harga IPO harus menyesuaikan harga pasar.
Mengakhiri perdagangan saham Selasa (12/12), IHSG ditutup menguat tipis 5,736 poin (0,10%) ke 6.032,371. Indeks LQ45 turun tipis 0,272 poin (0,03%) ke 1.018,706. Perdagangan saham berlangsung moderat dengan frekuensi perdagangan 287.064 kali transaksi sebanyak 9,5 miliar lembar saham senilai Rp 6,7 triliun. Posisi tertinggi yang sempat dihinggapi IHSG ada di 6.042,003 dan terendah di 6.012,981. Saham-saham aneka industri turun cukup dalam sebesar 2,14%, diikuti 5 sektor saham lainnya. Pelemahan 6 sektor saham menghambat laju penguatan IHSG. Sebanyak 141 saham menguat, 197 saham melemah dan 115 saham stagnan.
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…
Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…
NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…
Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…
NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…