Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro
Dosen Pascasarjana Universitas Muhamadiyah Solo
Dunia maya dan dunia nyata nampaknya kini semakin tipis sehingga transaksi yang ada di dunia maya secara tidak langsung menggambarkan kondisi nyata transaksi di dunia riil, begitu juga sebaliknya. Bahkan, mata uang maya secara perlahan bisa diterima juga di dunia nyata misalnya Bitcoin dan sejumlah mata uang cryptocurrency lainnya. Bahkan pemerintah melalui BI telah melarang transaksi Bitcoin di tahun 2018 mendatang. Yang justru menjadi pertanyaan apakah perkembangan semua bentuk transaksi di dunia maya harus direduksi? Bagaimana pemerintah antisipatif terhadap semua perkembangannya?
Era online tidak bisa dicegah dan fakta ini secara tidak langsung menegaskan terjadinya transformasi keperilakuan sehingga antara konsumen, produsen dan dunia usaha secara tidak langsung harus adaptif terhadap semua bentuk perubahan yang terjadi, baik itu terpaksa atau dipaksa. Begitu juga dengan Harbolnas atau Hari Belanja Online Nasional yang ditetapkan setiap 12 Desember yang pada dasarnya menjadi acuan perkembangan transaksi online di Indonesia.
Agenda tahunan Harbolnas yang kali ini memasuki tahun ke-5 menjadi test case tentang lemahnya daya beli yang terjadi pasca lebaran kemarin. Indikasi yang menguatkan yaitu tutunya sejumlah gerai ritel, tidak hanya Sevel, tapi juga Matahari dan Ramayana. Kalau dulu ada anekdot bumi makin panas karena Matahari buka cabang dimana-mana, maka kini anekdot itu terbantahkan karena banjir terjadi dimana-mana karena Matahari tutup gerai disejumlah cabangnya. Terlepas dari fakta persaingan yang semakin ketat dan juga tuntutan inovasi serta belit inflasi yang jelas transaksi e-commerce termasuk agenda dari Harbolnas cenderung semakin meningkat.
Faktor yang mendukung trend e-commerce adalah perangkat smartphone yang semakin canggih fiturnya, harganya yang kian murah, tarif internet yang murah, jangkauan wifi dimana-mana, perilaku melek teknologi yang semakin masif dan regulasi perundangan yang mendukung, termasuk juga lifestyle yang cenderung milenial sehingga transaksi online di era now menjadi bagian dari ritme kehidupan. Oleh karena itu, beralasan jika Harbolnas setiap tahun cenderung semakin meningkat pesertanya dan juga transaksinya sehingga hal ini berpengaruh positif terhadap transformasi keperilakuan dari offline ke online. Artinya, digitalisasi ekonomi telah terjadi dan akan terus berkembang dan tentu ini diharapkan berdampak positif terhadap geliat ekonomi, sektor riil dan juga UMKM.
Mata rantai dari sukses Harbolnas pada dasarnya juga menegaskan pentingnya memacu daya beli di akhir tahun, yaitu tidak saja bagi kepentingan produsen, tapi juga konsumen dan dunia usaha. Bahkan, pemerintah juga berkepentingan dengan Harbolnas melalui interaksi pajak penjualan misalnya. Oleh karena itu, ke depan semua pihak yang terkait perlu memetakan potensi yang lebih besar dari Harbolnas, termasuk juga keterlibatan dari pelaku usaha yang mengikutsertakan sektor informal dan UMKM. Paling tidak, hal ini terkait dengan komitmen pemerintah memacu transaksi online dan pasar e-commerce bagi UMKM. Jadi tidak ada alasan untuk tidak memanfaatkan pesta diskon di Harbolnas meski di sisi lain konsumen pada khususnya dan masyarakat pada umumnya harus jeli agar tidak terjebak perilaku hedonis dan konsumerisme, termasuk mereduksi terjadinya impulse buying atau pembelian yang tidak terencana.
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…
Oleh: Eko S.A. Cahyanto Sekretaris Jenderal Kemenperin Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali menggelar kegiatan Business Matching untuk mempertemukan pelaku industri selaku…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…
Oleh: Eko S.A. Cahyanto Sekretaris Jenderal Kemenperin Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali menggelar kegiatan Business Matching untuk mempertemukan pelaku industri selaku…