UKM Orientasi Ekspor Diminta Manfaatkan Jasa Konsultasi Eximbank

 

 

NERACA

 

Batam – Pemerintah mendorong kepada eksportir untuk masuk ke pasar non tradisional. Negara-negara tujuan ekspor non tradisional sendiri merujuk kepada negara dengan potensi ekonomi besar namun belum banyak digarap oleh para pelaku eksportir Indonesia, seperti Afrika Barat, Amerika Selatan, Asia Tengah dan Timur Tengah.

Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank Sinthya Roesly mengatakan untuk bisa masuk ke pasar non tradisional tersebut, Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menyediakan layanan jasa konsultasi yang bisa dimanfaatkan oleh para eksportir untuk mengetahui lebih dalam soal negara tujuan ekspor dan tanggungjawab sosialnya.

Sementara itu, Kementerian Keuangan juga mendorong agar LPEI untuk memberikan pembiayaan ke Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berorientasi ekspor. Disisi lain, terkadang UKM masih terbatas soal pengetahuan dan pemahaman dari aspek teknis ekspor (trade finance perdagangan internasional), aspek finansial (laporan keuangan, cara pengajuan kredit dan pemahaman kontrak). “Jasa konsultasi ini kami rasa perlu untuk mendukung para UKM untuk bisa mengembangkan produknya sehingga bisa berorientasi ekspor,” katanya di Batam, Kepulauan Riau, Kamis (7/12).

Program jasa konsultasi ini, menurut Sinthya, merupakan program yang sifatnya berkelanjutan dan memiliki jangka waktu menengha panjang berupa program strategis utama yaitu pelatihan, technical assistance, pendidikan, pembiayaan non komersil, dan penyediaan informasi kegiatan perdagangan internasional serta program strategis pendukung berupa pemberian sarana dan prasarana produksi.

Indonesia Eximbank juga menggandeng Kementerian dan Lembaga, Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Kadin Daerah, asosiasi serta lembaga terkait lainnya dalam pengembangan rintisan ekspor. “Jadi tujuan dari jasa konsultasi ini adalah untuk mengidentifikasi calon mitra binaan potensial (non bankable) untuk ditingkatkan pertumbuhan usahanya dan diarahkan untuk mendapatkan pembiayaan yang lebih tinggi lagi,” pungkasnya.

Masih menurut Sinthya, pihaknya sudah menjajaki untuk mengetahui lebih dalam ke negara-negara non tradisional seperti di Negeria, Afrika, Aljazair, Sudan dan Afrika Utara. “Kalau kita perhatikan disana mempunyai prospek yang cukup bagus karena beberapa negara seperti China dan India sudah lebih dulu masuk ke pasar non tradisional, sementara Indonesia belum banyak mengincar pasar negara-negara non tradisional,” katanya.

Di tempat yang sama, Direktur Pelaksana Indonesia Eximbank Arif Setiawan menjelaskan bahwa peranan ekspor di Indonesia masih relatif terbatas, masih jauh dari China yang menjadikan ekspor sebagai lokomotif perekonomiannya. “Makanya kedepan kita juga berharap ekspor bisa menjadi lokomotif dalam gerbong perekonomian Indonesia. Mengapa disebut lokomotif? Karena lokomotif itu membawa gerbong yang artinya dia bisa menggerakkan gerbong-gerbong lainnya sehingga bisa menimbulkan multiplayer effect,” tambahnya.

Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Rofikoh Rokhim menyampaikan bahwa ada beberapa tantangan bagi para pelaku ekspor Indonesia. Pertama, kata dia, Indonesia masih tergantung pada ekspor komoditas mentah yang mana tidak memberikan nilai tambah yang maksimal. “Dominasi ekspor komoditas Indonesia mencapai 79,6% diikuti manufaktur 8,6% dan services 11,6%. Sementara Vietnam ekspor komoditasnya hanya 16,7%, Singapura 17,9%, Filipina 14,5%, Thailand 18,5% dan Malaysia 30,2%,” sebutnya.

Disamping itu juga, biaya logistik yang masih mahal. Presiden Joko Widodo sempat menyebut bahwa biaya logistik Indonesia itu dua kali lipat lebih mahal dari Singapura dan Malaysia. Hal itu terjadi karena proyek infrastruktur jalan bebas hambatan belum selesai. “Biaya logistik kita itu setara dengan 17% tehadap PDB, lain dengan Malaysia yang hanya 8% dan Singapura 6% dan Filipina 7%,” tambahnya.

Rofikoh juga menambahkan tantangan dari sisi pembiayaan. Ada beberapa masalah dalam pembiayaan ekspor di Indonesia yaitu ketersediaan pembiayaan jangka panjang, tingginya suku bunga rill domestik dan terjadinya disintermediasi. “Masalah tersebut terutama dialami oleh para pelaku usaha kecil dan menengah,” pungkasnya.

 

BERITA TERKAIT

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…