Persoalan Harga Ganjal Pertamina Serap Minyak Mentah KKKS

NERACA

Jakarta - Minat PT Pertamina (persero) untuk memborong minyak mentah dalam negeri yang diproduksi oleh Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) demi menjaga ketahanan energi nasional dan menekan impor minyak bakal sedikit terganjal. Pasalnya, harga minyak mentah yang diproduksi KKKS lebih mahal dibanding minyak impor.

Menurut Anggota Komisi VII DPR Azwir Dainy Tara, harga minyak KKKS lebih mahal hingga mereka lebih memilih ekspor ke luar negeri dibanding menjualnya ke Pertamina. “Tidak ekonomis jika diolah di kilang Pertamina,” ujarnya di Jakarta, Selasa (31/1).

Di sisi lain, ujar Azwir, pemerintah juga tidak bisa mengeluarkan regulasi yang memaksa KKKS untuk menjual bagian minyaknya ke Pertamina. Dia juga mengatakan, sesuai kontrak bagi hasil, pemerintah dan KKKS sudah terdapat bagian minyaknya masing-masing.

“KKKS bebas menjual ke manapun. Mau ke domestik atau ekspor. Artinya, kontrak sudah menetapkan bagiannya masing-masing. Selanjutnya, minyak hasil pembagian tersebut bebas dijual pemerintah dan KKKS ke pembeli manapun,” ujarnya.

Azwir memahami bahwa produksi minyak mentah dalam negeri cenderung stagnan dan bahkan menurun, sehingga tidak mampu memenuhi seluruh kapasitas kilang Pertamina yang mencapai satu juta barel per hari. Oleh sebab itu, Pertamina harus membeli minyak mentah dari beberapa negara lain.

Maka dia meminta agar pemerintah dan Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (BPMigas) agar aktif meningkatkan cadangan minyak, sehingga menjamin keberlanjutan tingkat produksinya. “Pertamina juga harus aktif mengeksplorasi ladang baru dan sumur tua yang dimilikinya,” katanya.

Azwir juga mengingatkan peran Pertamina harus diperkuat melalui revisi UU Migas. Menurut dia, kilang milik Pertamina yang berlokasi antara lain di Balongan, Cilacap dan Balikpapan kini mengolah minyak jenis Minas, Brent, dan Tapis. Sementara, jenis Arab Light Crude yang dibeli secara khusus dari Saudi Aramco untuk memenuhi kebutuhan Kilang Cilacap.

Alasannya, lanjut Azwir, minyak mentah jenis lainnya dari Timur Tengah yang memiliki kadar sulfur tinggi tidak sesuai dengan kilang Pertamina. Saat tertentu, minyak Minas merupakan termahal, namun lain waktu minyak Tapis dapat menjadi termahal.

Secara terpisah, Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun memang meminta dukungan Pemerintah untuk menyempurnakan regulasi bagi hasil minyak yang memberikan opsi kepada Pertamina untuk membeli minyak mentah bagian KKKS. Upaya tersebut sudah mendapatkan dukungan penuh BPMigas. “Tetapi memang saat ini tidak ada regulasi yang mengatur hal ini dan masih diperlukan penyempurnaan regulasi agar KKKS mau menjual minyak mentah bagiannya untuk kilang dalam negeri,” ujarnya.

Di samping telah mengirimkan surat kepada BPMigas, Harun mengatakan, juga telah mengirimkan surat permintaan pembelian minyak mentah domestik kepada seluruh KKKS yang masih mengekspor minyak mentah bagian mereka yang mencapai sekitar 210 ribu barrel per hari. Menurut dia, Pertamina siap memberikan penawaran terbaik bagi KKKS tersebut.

“Karena selama ini, masih impor minyak mentah yang berada di kisaran 300 ribu barel per hari. Selain itu, sebagai antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya krisis minyak apabila situasi di Selat Hormuz, Iran terus memanas,” lanjutnya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…