Ekonom Prediksi Inflasi Pebruari di Bawah 0,5%

Ekonom Prediksi Inflasi Pebruari di Bawah 0,5%

 Jakarta—Kalangan ekonom memperkirakan tekanan inflasi pada Pebruari 2011 diproyeksikan takkan  melewati angka 0,5%..Alasannya panen padi akan mengurangi  tekanan atas inflasi. Karena  inflasi masih berasal dari harga pangan dan energi."Memang faktor inflasi yang utama adalah harga pangan dan energi. Tapi jika panen padi cukup baik maka inflasi bulanan bisa disekitar 0,5 persen," kata ekonom Mirza Adityaswara kepada wartawan di Jakarta,28/2.

 Lebih jauh kata Mirza, inflasi year-on-year (yoy) tidak akan mencapai 7%. Namun hingga saat ini belum ada tanda-tanda akan adanya deflasi. "Tapi tampaknya belum bisa deflasi. Inflasi yoy di Februari dibawah 7%," tambahnya.

 Ditempat terpisah, ekonom Universita Brawijaya, Ahmad Erani Yustika menilai  rentang inflasi Februari sebesar 0,3-0,5% dapat tercapai. "Iya, saya rasa inflasi akan berada pada rentang seperti yang pemerintah prediksi," ungkap Erani.

 Guru besar Unibraw ini menambahkan adapun tekanan pada inflasi masih terjadi pada sektor pangan dan bahan makanan, selain itu faktor minyak juga turun memberikan tekanan walaupun tidak besar. "Sumber inflasi juga tetap sama: pangan dan bahan makanan. Secara umum, harga pangan turun. Diluar itu, faktor minyak (energi) juga turut menyumbangjan inflasi meskipun kecil," paparnya.

 Hal yang sama juga dikatakan Pengamat Ekonomi Tony A Prasetyantono, tekanan inflasi pada Februari 2011 diperkirakan mereda seiring dimulainya musim panen. Inflasi diperkirakan berada di level 0,2%-0,3% atau jauh lebih rendah dibandingkan inflasi Januari yang mencapai 0,89%. "Inflasi Feb 2011 saya perkirakan antara 0,2-0,3%. Tekanan inflasi pangan agak mereda, karena mulai ada panenan," ujarnya.

 Namun demikian, lanjut dia, saat ini masa panen belum mencapai puncaknya, dan masih diganggu hujan yang masih cukup besar. “Sayangnya musim panen ini belum mencapai puncaknya, karena curah hujan masih tinggi di beberapa daerah,”tambahnya.

 Selain masalah panen, Tony juga mengatakan efek kenaikkan harga minyak dunia sudah mulai di atas US$100 per barrel dan jelas memberikan sumbangan inflasi. Tetapi efek sumbangan inflasi di tanah air masih kecil karena terbantu adanya BBM bersubsidi. "Harga minyak dunia yg naik di atas US$100 per barrel juga menyumbang inflasi, meski kecil, masih ada BBM bersubsidi," katanya.

 Adapun mengenai penguatan dan stabilitas nilai tukar rupiah di bawah Rp9.000 per dolar AS juga memberi kontribusi inflasi rendah. "Jika inflasi bulanan sekitar 0,2-0,3%, karena nilai tukar menguat. Sehingga inflasi yoy akan berkisar 6,9%-7,0%," terangnya. **cahyo

 

 

BERITA TERKAIT

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…