Pertumbuhan Kredit Di Tahun Depan Stagnan

 

NERACA

 

Jakarta – Industri perbankan menganggap pertumbuhan kredit di 2018 akan tetap tumbuh meskipun pertumbuhannya tidak terlalu signifikan. Paling tidak, pertumbuhannya akan sama dengan tahun ini. Begitulah yang dikatakan oleh Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmaja yang dikutip, kemarin. Ia mengatakan bahwa pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2018 sebesar 9 persen hingga 10 persen. "Sementara kami konservatif, tapi tetap kami siapkan permodalan, likuiditas," ungkap Jahja. 

Menurutnya, pertumbuhan kredit didorong oleh berbagai sektor bisnis, atau dengan kata lain tidak hanya bergantung dari satu sektor saja. Misalnya, bisnis tepung hingga jalan jalan tol. "Jadi tidak hanya satu industri saja yang meningkat," sambung dia. Kendati telah menetapkan pertumbuhan kredit secara konservatif, Jahja menambahkan, pihaknya tidak bisa memastikan kondisi ekonomi atau daya beli masyarakat terjaga pada tahun depan. "Kadang-kadang susahnya kan seperti Gunung Api di Bali, itu kan di Bali termasuk kuat daya belinya. Ini susah diprediksi," papar Jahja.

Kemudian, Direktur Konsumer PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Anggoro Eko Cahyo berharap ada perbaikan di sektor properti, sehingga bisa mendongkrak permintaan kredit BNI tahun depan. "Kan tahun ini mulai membaik tapi belum sekenceng yang diharapkan, tahun depan diharapkan lebih baik," terang Anggoro. Sayangnya, ia tak menyebut pasti berapa target pertumbuhan konsumer tahun depan. Menurutnya, total kredit konsumer saat ini sebesar Rp66 triliun.

Sementara itu, Direktur Utama Citibank Indonesia, Batara Sianturi mengungkapkan terdapat perlambatan permintaan kredit saat ini. Maka dari itu, perusahaan masih merampungkan RBB tahun 2018. "Kalau permintaan berkurang untuk modal kerja ya jadinya tidak ada permintaan untuk kredit," kata Batara. Perlambatan permintaan kredit ini khususnya terjadi pada bisnis sektor riil. Padahal, rata-rata tingkat likuiditas perbankan nasional terbilang cukup kuat saat ini. "Nah itu yang saya pikir harus ada kepercayaan berbisnis," tutur Batara.

Hingga kuartal III 2017, Citibank Indonesia menyalurkan kredit Rp40 triliun, atau tumbuh 2,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, Batara masih belum dapat mengidentifikasi kondisi permintaan kredit tahun depan. Saat ini, pihaknya masih merampungkan RBB untuk diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Untuk angka saya bisa katakan ketika OJK sudah oke," pungkas Batara.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan di sepanjang 2018 mencapai 10 sampai 12 persen secara tahunan (YoY). Perkiraan tersebut lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan kredit di 2017 yang hanya sebesar delapan persen. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menuturkan tiga kebijakan makroprudensial untuk mencapai target pertumbuhan kredit tahun mendatang. Pertama, Bank Indonesia akan memberikan ruang lebih bagi bank dalam mengelola likuiditasnya melalui implementasi penguatan GWM Averaging. "Penyempurnaan ini akan kami tempuh secara bertahap dan terukur," kata Agus.

Sistem GWM Averaging ini, kata Agus, tak cuma untuk bank konvensional tapi juga dikembangkan untuk bank syariah. Ketentuan ini secara bertahap akan diberlakukan bagi likuiditas valas dengan tujuan dapat menurunkan cost of fund perbankan dan pada akhirnya menurunkan suku bunga.

Kemudian bank sentral berencana mengubah pelonggaran kebijakan rasio kredit terhadap agunan (Loan to Value atau LTV) menjadi per jenis properti (segmented), misalnya, LTV untuk apartemen, rumah tapak, ruko, dan sebagainya. "Ketiga, kami menyiapkan aturan terkait rasio intermediasi makroprudensial atau yang disebut juga Financing to Finance Ratio (FFR)," imbuh dia.

Adapun pertumbuhan kredit di 2017 sebesar 7,86 persen lebih rendah dari perkiraan awal tahun yang sebesar delapan persen. Lambatnya pertumbuhan kredit tersebut disebabkan oleh terbatasnya permintaan kredit akibat dari strategi konsolidasi yang ditempuh dunia usaha. Selain itu perilaku bank masih selektif dalam memberikan kredit baru.

 

BERITA TERKAIT

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…