Banten Masih Butuh Banyak Impor Kimia Organik

Banten Masih Butuh Banyak Impor Kimia Organik

NERACA

Serang - Provinsi Banten masih membutuhkan banyak impor bahan kimia organik dibandingkan golongan barang lain, karena permintaannya meningkat sehubungan dengan "menjamurnya" industri kimia organik di provinsi termuda di Pulau Jawa ini.

"Setiap bulan impor golongan barang bahan kimia organik nilainya selalu tinggi dibandingkan golongan barang lainnya, akibat dari permintaan bahan baku sejumlah industri kimia organik yang juga tinggi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Agoes Soebeno di Serang, sebagaimana dikutip Antara, kemarin.

Impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang pada September 2017 turun 6,78 persen atau sebesar 38,28 juta dolar AS, dari sebelumnya 564,94 juta dolar AS menjadi 526,66 juta dolar AS. Sedangkan pada golongan barang lainnya terjadi penurunan 37,36 persen atau sebesar 15,72 juta dolar AS.

Dari total impor nonmigas sebesar itu, golongan barang bahan kimia organik mencapai nilai 209,95 juta dolar AS, disusul ampas/sisa industri makanan serta gandum-ganduman dengan nilai impor masing-masing sebesar 63,48 juta dolar AS dan 59,96 juta dolar AS.

Peran impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang pada Januari - September 2017 mencapai 92,83 persen, dengan peran tertinggi berasal dari bahan kimia organik yaitu mencapai 35,11 persen (1.974,04 juta dolar AS) kemudian diikuti oleh gula dan kembang gula sebesar 14,00 persen atau senilai 787,28 juta dolar AS serta besi dan baja sebesar 10,74 persen atau 603,82 juta dolar AS.

Peran tujuh golongan barang lainnya dari sepuluh golongan barang pada September 2016 masih kurang dari 10 persen, sementara peran golongan barang lainnya di luar sepuluh golongan barang tercatat sebesar 7,17 persen.

Lima dari sepuluh golongan barang (HS 2 digit) non migas mengalami penurunan nilai impor. Sedangkan lima dari sepuluh golongan barang lainnya terjadi peningkatan nilai.

Penurunan tertinggi, kata Soebeno, berasal dari golongan barang gula dan kembang gula dan yang terendah dari bahan bakar mineral dengan penurunan masing-masing sebesar 29,46 juta dolar AS dan 0,18 juta dolar AS. Sebaliknya, peningkatan tertinggi terjadi pada ampas/sisa industri makanan dan terendah dari besi dan baja, masing-masing turun sebesar 29,46 juta dolar AS dan 0,18 juta dolar AS.

Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar pada September 2017 adalah Singapura dengan nilai 93,84 juta dolar AS, diikuti Malaysia dan Thailand, masing-masing senilai 55,91 juta dolar AS dan 54,43 juta dolar AS, sementara impor nonmigas dari ASEAN mencapai 204,19 juta dolar AS.

10 golongan barang utama impor Banten adalah bahan kimia organik senilai 209,95 juta dolar AS, ampas/sisa industri makanan (63,48 juta dolar AS), gandum-ganduman (59,95 juta dolar AS), besi dan baja (51,09 juta dolar AS), bahan bakar mineral (41,80 juta dolar AS), gula dan kembang gula (35,74 juta dolar AS), mesin/peralatan listik (27,85 juta dolar AS), bijih, kerak dan abu logam (15,45 juta dolar AS), benda-benda dari besi dan baja (12.37 juta dolar AS) serta berbagai produk kimia senilai 8,95 juta dolar AS.

Sedangkan 12 negara asal impor Banten adalah Singapura senilai 93,84 juta dolar AS, Malaysia (55,91 juta dolar AS), Thailand (54,43 juta dolar AS), Jepang (53,85 juta dolar AS), Rusia (47,42 juta dolar AS), Australia (47,34 juta dolar AS), Argentina (40,84 juta dolar AS), Brazil (31,49 juta dolar AS), Korea Selatan (21,99 juta dolar AS), India (19,02 juta dolar AS), Italia (13,92 juta dolar AS) dan Ukraina senilai 13,51 juta dolar AS). Ant

 

 

BERITA TERKAIT

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…

Modal Pinjam PNM Mekaar, Dewi Lambungkan Bisnis Minuman Kesehatan

NERACA Jakarta – Tidak sedikit masyarakat kita yang masih kebingungan mendapatkan modal usaha. Mereka pernah mendengar ada pinjol, KUR, berbagai…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…

Modal Pinjam PNM Mekaar, Dewi Lambungkan Bisnis Minuman Kesehatan

NERACA Jakarta – Tidak sedikit masyarakat kita yang masih kebingungan mendapatkan modal usaha. Mereka pernah mendengar ada pinjol, KUR, berbagai…