BI akan Terapkan GWM Averaging untuk Perbankan Syariah

 

 

NERACA

 

Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan turut menerapkan perhitungan rata-rata Giro Wajib Minimum Primer (GWM Averaging) ke perbankan syariah dari sebelumnya hanya untuk bank konvensional agar mempermudah pengelolaan likuiditas dan meningkatkan penyaluran pembiayaan. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan bahwa Bank Sentral juga akan menerapkan perhitungan rata-rata GWM Primer pada simpanan bank berdenominasi valas, bukan hanya rupiah.

"Kami perkirakan Semester II 2018 (untuk penerapan di bank syariah dan simpanan valas)," kata Agus. Selain itu, Bank Sentral juga sedang mengkaji untuk memperpanjang periode pehitungan rata-rata GWM dari yang selama ini diterapkan di bank konvensional selama 2 pekan. Tujuan penerapan rata-rata GWM ini, kata Agus, untuk meningkatkan efisiensi perbankan dalam mengelola likuiditas atau dana tersedia. Dengan keleluasaan likuiditas, diharapkan bank, baik konvensional maupun syariah, dapat menurunkan biaya dana sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan penyaluran pembiayaan.

Sebagai gambaran, dengan "GWM Averaging", BI akan menghitung dana milik bank yang diwajibkan untuk disimpan di giro Bank Indonesia secara rata-rata per periode. Jika tidak menerapkan "GWM Averaging" BI menghitung dana milik bank yang disimpan di giro BI setiap akhir hari. Saat ini, untuk bank konvensional, rasio GWM adalah 6,5 persen dari total dana pihak ketiga bank. Sebesar 1,5 persen dari 6,5 persen itu dihitung secara rata-rata per 2 pekan, sedangkan sisanya 5 persen dipenuhi bank setiap harinya.

Untuk bank syariah, rasio GWM Primer saat ini yang harus dipenuhi adalah 5 persen. Mengenai GWM Averaging untuk bank syariah, Agus masih enggan mengelaborasi. Namun, dia memastikan kebijakan tersebut akan diterapkan pada Semester II 2018. Untuk kinerja perbankan secara umum, BI menargetkan penyaluran kredit dapat tumbuh 10 sampai dengan 12 persen dan dana pihak ketiga sebesar 9 s.d. 11 persen.

Sebelumnya, Direktur Bisnis Korporasi Bank Muamalat Indra Sugiarto menjelaskan, untuk bank syariah GWM yang ditetapkan hanya sebesar 5 persen, tidak ada tambahan sebesar 1,5 persen seperti bank konvensional. Namun apabila GWM Averaging dampaknya akan membuat likuiditas lebih baik di pasar, maka hal itu juga menguntungkan Pasar Uang Antarbank Berprinsip Syariah (PUAS). “Kalau bank (konvensional) lebih leluasa mengatur likuiditasnya, bank syariah seperti Muamalat bisa lebih mudah mendapatkan likuiditas, tapi tetap tergantung line yang disediakan untuk kita,” ujar Indra.

Dalam PUAS, bank konvensional hanya dapat bertindak sebagai pemberi pinjaman likuiditas untuk bank syariah yang membutuhkan. Adapun rasio likuiditas atau Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Muamalat, kata Indra, cukup baik yakni sebesar 90 persen. Sementara radio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 12,5 persen. Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang baik itu pihaknya meyakini dapat berekspansi sesuai target. "Dengan perkiraan pertumbuhan 10 persen hingga akhir tahun, penyaluran sekitar Rp 4 triliun," kata Indra.

Bank Syariah Mandiri (BSM) menilai penerapan GWM Averaging sangat menguntungkan bagi perbankan agar lebih fleksibel mengatur likuiditasnya. Dengan GWM Averaging ini, bank bisa melakukan alokasi dananya sesuai kemampuan, sepanjang rata-rata GWM dapat terpenuhi pada setiap periode GWM.

Direktur Distribution and Service BSM Edwin Dwidjajanto berharap, penerapan GWM Averaging ini juga dapat diterapkan di perbankan syariah. "Menguntungkan juga untuk bank syariah, dan perlu juga untuk diwacanakan (GWM Averaging untuk bank syariah)," kata Edwin.

 

 

BERITA TERKAIT

Survei BI : Kegiatan Dunia Usaha Meningkat di Triwulan I/2024

    NERACA Jakarta – Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa kinerja kegiatan dunia usaha…

BRI Catat Setoran Tunai Lewat ATM Meningkat 24,5%

  NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) mencatat setoran tunai melalui ATM bank tersebut meningkat sebesar 24,5 persen…

Bank DKI Jadi Penyumbang Deviden Terbesar ke Pemprov

    NERACA Jakarta – Bank DKI menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) penyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta sepanjang…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Survei BI : Kegiatan Dunia Usaha Meningkat di Triwulan I/2024

    NERACA Jakarta – Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa kinerja kegiatan dunia usaha…

BRI Catat Setoran Tunai Lewat ATM Meningkat 24,5%

  NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) mencatat setoran tunai melalui ATM bank tersebut meningkat sebesar 24,5 persen…

Bank DKI Jadi Penyumbang Deviden Terbesar ke Pemprov

    NERACA Jakarta – Bank DKI menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) penyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta sepanjang…