POLA KONSUMSI MASYARAKAT SUDAH BERUBAH - Jokowi: Ekonomi Sudah Baik, Tinggal Cari Peluang

Jakarta-Presiden Jokowi menegaskan, saat ini kebanyakan orang berpergian mementingkan dua hal yaitu selfie dan wifi. Hal tersebut menjadi peluang bisnis paling besar di saat ekonomi Indonesia sudah membaik. Saat ini ekonomi Indonesia sudah membaik, langkah berikutnya adalah mencari peluang bisnis, yaitu di daerah, pariwisata, dan gaya hidup (lifestyle).

NERACA

"Ini karena pertama, infrastruktur banyak yang sudah jadi. Kedua yang berkaitan dengan teknologi, dan ketiga globalisasi," ujar Presiden dalam CEO Forum di Jakarta, Rabu (29/11).

Jokowi mengungkapkan, peluang bisnis di daerah semakin terbuka karena saat ini sudah ditunjang dengan infrastruktur yang memadai. Sebenarnya, peluang bisnis di daerah menjadi bahan diskusi sejak lama, namun baru sekarang ini dipacu ketersediaan infrastruktur. "Sudah puluhan tahun bicara potensi daerah. Yang beda sekarang infrastruktur yang buat daerah makin mudah dijangkau, bedanya di situ," ujarnya.

Dia melanjutkan, peluang berikutnya adalah pariwisata dan gaya hidup, dengan semakin luasnya jaringan telekomunikasi‎ membuat orang tertarik mengunjungi tempat pariwisata untuk aktualisasi diri di sosial media. "Jaringan fiber optik Palapa Ring yang membawa internet ke seluruh penjuru Tanah Air. Ini makin banyak pelosok yang merasakan jaringan telekomunikasi baik 3G dan 4G," ujarnya.

Bahkan belakangan ini, menurut Jokowi, pola konsumsi masyarakat Indonesia mengalami kenaikan dengan adanya digitalisasi. Hal ini akibat perubahan pola gaya hidup yang berubah. "Digitalisasi menyebabkan pergerakan pola konsumsi dari belanja barang ke pengalaman, wisata, hiburan," ujarnya.

Dia menuturkan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95% dengan komposisi pertumbuhan restoran dan hotel 5,87%. Pergeseran ini harus diperhatikan pemerintah.

"Bukan hanya pola konsumsi yang bergerak, tapi juga pola kerja. Generasi milenial akan tidak sabar duduk terus di kantor, apalagi milenial kelas tinggi semakin mobile. Pola kerja ini dinamakan digital lifestyle," tutur Kepala Negara.

Sebelumnya dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia, Presiden yang hadir pada kesempatan tersebut mengatakan, situasi perekonomian saat ini dalam kondisi normal yang baru dan berbeda dengan masa lalu yang mengandalkan booming komoditas. “Di 2011-2012 saat komoditas booming , konsumsi rumah tangga tumbuh 7%. Sekarang kita 4,93-4,95%. Inilah profil yang ada sekarang karena memang berbeda,” ujarnya.

Jokowi mengatakan, perbedaan situasi ekonomi tersebut membuat Indonesia harus membuat strategi agar dalam mengambil kebijakan tidak salah. Banyak parameter yang berubah seperti banyak muncul model bisnis baru yang turut mengubah perilaku konsumen dan daya beli.

“Shifting pergeseran ini yang harus kita mengerti dan pahami,” ujarnya sembari mengingatkan, momentum pemulihan ekonomi yang sedang berjalan merupakan tahapan awal yang harus diperkuat agar dapat tertransformasikan menjadi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Saat ini merupakan momentum yang tepat agar bisa mengambil langkah kebijakan yang sesuai.

Perbaikan ekonomi global yang berdampak terhadap perbaikan ekonomi Indonesia harus diiringi dengan pengambilan kebijakan ke depan. “Untuk pertama kalinya Indonesia diberikan status layak investasi oleh tiga lembaga rating , kemudian peringkat kemudahan berusaha dari Bank Dunia. Tapi, pekerjaan rumah kita masih banyak sekali. Reformasi struktural yang kita lakukan tidak mudah,” ujarnya.

Presiden juga mengingatkan untuk terus melakukan inovasi sehingga apa yang dikerjakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha. “Artinya anggaran riset harus kita perbesar. Kita harus berani mengubah pola pikir kita dan kecepatan kita dalam bertindak harus betul-betul kita lakukan,” ujarnya.

Pada bagian lain, Menko ‎Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia baru bisa menyentuh level 6% dalam tiga tahun ke depan. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia belum bisa menyentuh level 6% pada 2018, meski pembangunan infrastruktur sudah dilakukan, ‎dia memperkirakan baru mencapai 5,3-5,4%.

"Tahun depan bagaimana?, memang kita fondasi sudah dibangun dengan baik belum selesai, saat dia menghasilkan sebagian selesai, sebagian dibangun," ujarnya.

Tiga Tahun Mendatang

Darmin menuturkan, jika infrastruktur yang dibangun pemerintah ‎telah rampung dan beroperasi, dapat menunjang kegiatan perekokonomian, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut dia, infrastruktur yang telah dibangun ‎akan beroperasi pada tiga tahun mendatang. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh 6% dalam tiga tahun mendatang. "Dampaknya baru keluar mungkin pertumbuhan 6%, baru kita lihat tiga tahun dari sekarang," ujarnya.

Darmin mengungkapkan, Indonesia merupakan negara yang cepat keluar dari perlambatan ekonomi dunia sejak 2000 sampai 2016. Indonesia juga memanfaatkan momen perlambatan ekonomi dunia dengan mendorong investasi pada infrastruktur.

"Kita pada momen itu mendorong investasi pada bidang infrastruktur, kelebihan dari kita mendorong investasi di bidang infrastruktur adalah investornya ada. Kalau investor bidang industri dan ‎ekspor di bingung mau diekspor ke mana, tapi kalau bangun pelabuhan infrastruktur jadi dalam lima tahun," ujarnya.

Sebelumnya CORE Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 akan tumbuh marginal di kisaran 5,1% hingga 5,2%. Dibutuhkan kebijakan yang inovatif untuk mendongkrak ekonomi Indonesia agar sesuai harapan pemerintah.

Menurut ekonom senior CORE ( Center of Reform on Economics) Indonesia Hendri Saparini, saat ini ekonomi Indonesia memang stabil dan sektor keuangan di Tanah Air juga cenderung stabil. Namun, ekonomi Indonesia cenderung stabil yang tidak bergerak alias stagnan.

"Semua tahu sekarang ini kita stabil, sektor keuangan baik, inflasi terjaga, suku bunga turun. Kita stabil, tapi stabil tidak bergerak," ujarnya di Jakarta, Selasa (28/11).

Hendri menuturkan, pemerintah sering mengatakan bahwa ekonomi Indonesia yang cenderung stagnan ini terjadi karena lingkungan global yang juga tidak baik. Namun, faktanya banyak negara yang justru mampu tumbuh tinggi saat kondisi global tidak terlalu berpihak.

"India tumbuh tinggi, China juga 18,3%, Vietnam juga. Kenapa mereka mampu untuk tumbuh dengan lebih tinggi. Tentu banyak faktornya. Tapi Indonesia yang punya potensi besar, kenapa terperangkap di 5%," ujarnya.

Menurut dia, hal ini terjadi karena banyak negara yang melakukan inovasi dan perubahan kebijakan baik pada level pemerintah dan korporasi. Misalnya, Vietnam saat ini fokus menerima relokasi industri dari China. Sementara Jepang saat ini fokus untuk beralih dari industri elektronik dan automotif ke sektor jasa.

Sebab itu, Hendri menilail bahwa pemerintah perlu melakukan perubahan dan inovasi terhadap kebijakan yang diambilnya. Sebab, Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh lebih baik. Bagaimanapun, inovasi tidak bisa dihindari, jika tidak bisa melakukan perubahan, maka potensi hanya tinggal potensi. Memang saat ini ranking kompetitif Indonesia naik cukup tinggi.

"Sudah pada posisi cukup bagus, tapi kenapa kita tidak bisa nerima investasi sebagus yang lain. Jadi, hal itulah yang harus kita kerjakan. Karena semestinya, kalau dari sisi harga CPO, harga minyak, kita ini punya peluang. Hanya kita akan memanfaatkan seperti apa untuk sumber ekonomi ke depan," ujarnya. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…