NERACA
Jakarta – Besarnya potensi permintaan pasar di luar negeri, memacu emiten produsen kertas jadi PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW) untuk memperbesar porsi pasar ekspor dan diharapkan bisa menopang pertumbuhan pendapatan perseroan.”Kami ekspor ke negara-negara yang kurang pemenuhan kertasnya, seperti China, Sri Langka dan daerah Timur Tengah. Adapun kertas kemasan yang dipesan mulai dari keperluan sektor makanan dan minuman serta consumer goods.,”kata Marcos Hardy, Corporate Secretary FSAW di Jakarta, Rabu (29/11).
Disebutkan, jika tahun lalu porsi ekspor masih 1,5% dari total penjualan, tahun ini FASW percaya diri porsi tersebut membengkak 10 kali lipat dan ditahun ini, kontribusi ekspor bisa capai 15% dari total penjualan. Itu artinya, dari target pertumbuhan penjualan 20% di tahun ini atau setara Rp 7 triliun, FASW mematok ekspor meraup sekitar Rp 1 triliun dari total penjualan. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2017, segmen ekspor mengalami peningkatan hingga 7 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada triwulan III-2016 tercatat ekspor hanya Rp 40 miliar, sedangkan di triwulan III-2017 kontribusi ekspor sudah mencapai Rp 294 miliar. Porsi ekspor di kuartal III-2017 sudah mencapai 6% dari total pendapatan bersih yang sebesar Rp 4,91 triliun. Berkaca dari pencapaian kinerja di triwulan tiga, tahun ini perseroan optimis bisnisnya tumbuh dobel digit. Pasalnya produsen kertas kemasan ini akan menikmati penjualan ekspor yang cukup besar di akhir tahun ini.
Dengan bekal pelebaran ekspor tersebut, manajemen mematok target pertumbuhan penjualan 20% di akhir tahun ini. Jika dibandingkan dengan penjualan tahun 2016 lalu Rp 5,87 triliun, maka FASW optimistis bakal meraup pendapatan bersih sekitar Rp 7 triliun. Sedangkan untuk laba bersih, Marcos belum menargetkan pertumbuhan terlalu tinggi. Marcos berharap paling tidak laba bisa stabil seperti tahun lalu . Sebab sampai kuartal III-2017, berdasarkan laporan keuangan Fajar Surya Wisesa, laba bersih turun 58% menjadi Rp 286 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kerugian kurs dan beban keuangan masih membelit kinerja perusahaan ini.
Kemudian perseroan juga mengungkapkan, berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham (RUPS) telah mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham untuk menerbitkan saham baru lewat hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. "Rencananya kami akan menerbitkan 500 juta lembar saham baru. Dana yang diperoleh dari rights issue ini akan kami gunakan sebagian untuk pembayaran utang, pengembangan usaha, penambahan modal kerja, dan juga untuk meningkatkan tingkat likuiditas kami di pasar," ujar Marco.
Namun, Marco mengaku, perusahaan belum menentukan besaran dana yang diincar dari hajatan ini serta harga pelaksanaannya. Yang pasti, rights issue ini akan dilaksanakan dalam dua belas bulan ke depan dan mempertimbangkan kondisi pasar sebelum menentukan waktunya. Selanjutnya, tujuan utama rights issue untuk mengurangi jumlah liabilitas serta rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity ratio (DER) menjadi di bawah satu kali.
Hingga kuartal III-2017, total liabilitas FASW berjumlah sebesar Rp 5,93 triliun, dengan rincian utang bank sebesar Rp 1,14 triliun, utang jangka pendek sebesar Rp 336,33 miliar, utang jangka panjang sebesar Rp 2,85 triliun, dan liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp 295,77 miliar. Adapun jumlah ekuitasdi periode ini sebesar Rp 3,12 triliun, menjadikan DER FASW berada di angka 1,28 kali.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…
NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…
NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…
NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…
NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…