Mereduksi Dampak Bencana

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro

Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Solo

Akhir tahun 2017 diwarnai sejumlah bencana mulai dari banjir, tanah longsor dan yang terbaru adalah meletusnya Gunung Agung pada Sabtu 25 Nopember kemarin. Daerah terdampak dari semua bencana tidaklah kecil dan kerugian material dan non-material juga cukup besar. Oleh karena itu, mereduksi dampak bencana menjadi penting. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu pertama: meminimalisasi terjadinya bencana. Hal ini hanya bisa dilakukan jika bencana itu berkaitan dengan perilaku manusia sehingga harus dibangun kesadaran kolektif untuk peduli terhadap lingkungan. Cara kedua yaitu meminimalisasi kerugian pasca terjadi bencana dan hal ini hanya bisa dilakukan dengan asuransi. Artinya, asuransi bencana menjadi aspek yang harus diperhatikan terutama jika fakta terjadinya bencana bisa diprediksi dengan tepat.

Dampak dari bencana Gunung Agung misalnya tidaklah kecil, misal dari kasus di bisnis penerbangan diberitakan ada puluhan jadwal penerbangan dari dan ke Bali – Lombok harus dibatalkan sampai ada kepastian keamanan penerbangan. Imbas kasus ini adalah dari bisnis penerbangan dan kepariwisataan. Padahal, Bali – Lombok identik dengan geliat ekonomi berbasis kepariwisataan. Belum lagi mata rantai yang terkait misalnya di industri kerajinan – cinderamata dan kuliner. Oleh karena itu, dampak dari bencana yang terjadi perlu dikaji secara cermat. Selain itu, ancaman terhadap rusaknya lahan pertanian yang berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas hasil pertanian tentu juga sangat besar.

Urgensi untuk mereduksi dampak bencana maka perlu membangun kesadaran kolektif terhadap pentingnya asuransi, utamanya asuransi bencana. Argumen yang mendasari karena bencana itu sendiri tidak bisa diprediksi dan tentu tidak ada yang mau mengalami bencana. Meski demikian siklus alam memungkinkan terjadinya bencana, termasuk juga akibat perilaku manusia yang mengeksploitasi alam berdalih industrialisasi dan produksi sehingga mengabaikan tuntutan renegerasi. Padahal, siklus alam dari sumber daya alam dibedakan menjadi dua yaitu bisa diperbarui dan tidak bisa diperbarui. Artinya harus ada kesadaran kolektif untuk memanfaatkan asuransi bencana sebagai suatu kebutuhan.

Ironisnya, persepsi terhadap asuransi cenderung minor sehingga daya tarik asuransi untuk meng-cover semua bentuk kerugian cenderung diabaikan. Padahal, di era kekinian peran asuransi sangat penting, terutama untuk mereduksi berbagai kasus bencana yang cenderung tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu ke depan pemerintah pusat-daerah perlu melakukan edukasi secara sistematis dan berkelanjutan untuk membangun kesadaran kolektif terhadap urgensi asuransi bencana sebagai upaya mereduksi dampak negatif dan kerugian dari bencana. Betapa tidak, dampak dari meletusnya Gunung Agung saja ada  puluhan desa terdampak, ratusan hektar sawah gagal panen, hampir semua industri tidak bisa berproduksi dan sektor pariwisata menjadi yang terdampak parah. Belum lagi ada puluhan pasar tradisional yang tidak beroperasi sementara mata rantainya juga tidak bisa berproduksi. Oleh karena itu, perlu jaminan melalui asuransi bencana untuk mereduksi semua dampak dari bencana yang sifatnya tidak bisa diprediksi.

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…