Holistik Investasi

Oleh : Agus Yuliawan

Pemerhati Ekonomi Syariah

Problem kesenjangan dan ketidakadilan  yang menjadi masalah sosial selama ini — lebih disematkan pada pembangunan ekonomi yang merupakan efek dari investasi yang ugal-ugalan dan tanpa toleransi. Pada hal peran pembangunan ekonomi memiliki kontribusi yang sangat besar dalam mempengaruhi perubahan kehidupan manusia untuk sejahtera. Namun dalam perkembangannya pembangunan ekonomi yang memiliki makna tersebut berbelok arah substansinya, ketika kearogansian manusia dalam kerakusannya untuk menguasai sumber daya alam (SDA) di dunia ini.  Sehingga dalam realitas yang ada sering nampak, bahwa sesungguhnya pembangunan ekonomi itu adalah “gladilator” untuk saling mengalahkan dalam kompetisi ekonomi berinvestasi.

Penilaian itu tidak salah juga, karena dalam berbisnis sesungguhnya manusia itu memiliki tujuan untuk meraih keuntungan (profitabilitas) dan eksistensi kebahagiaan yang berkelanjutan.  Maka dimana-mana orang dalam mempertahankan kehidupannya lalu mencari bisnis atau investasi yang sesuai dengan kehendaknya. Paradigma investasi dimana-mana demikian dan berjalan  secara konvensional dan selalu mengedepankan semangat gladilator sebagai sudut pandangnya.

Apabila perilaku paradigma ini berjalan terus – menerus dalam turbinasi kehidupan, maka bisa diartikan, bahwa bisnis atau investasi hanyalah perputaran perilaku manusia yang bersifat materialisme saja. Manusia dalam perjalanan kehidupnya  hanya mengikuti silklus yang berjalan dalam mengejar materi dan tak tahu-tahunya umur manusia sudah menua dan sebagainya. Rantai disiklus tersebut seperti zombie atau mayat hidup yang hanya mengikuti perputaran yang tak pernah berhenti arah dan tujuannya.  

Sementara di sisi yang lain dalam kejuaraan kompetisi seperti balap mobil Formula 1 saja yang selama ini kita menonton dilayar perak TV ada istilah pit stop (tempat berhenti) untuk rehat sambil mengganti komponen-komponen mekanik yang mengalami aus  atau rusak dan mengisi bahan bakar baru. Dengan demikian dikompetisi itu  ada jeda waktu bagi  para pembalap  untuk melakukan berbagai strategi baru dalam memutari lapangan tersebut. Pit stop dalam kehidupan manusia untuk mengejar materi sangat diperlukan, dimana manusia harus melakukan jeda sementara dalam merenungkan diri atau dalam bahasa agama adalah tafakur, yaitu suatu perenungan diri dengan melihat, menganalisa, menyakini secara pasti untuk mendapatkan keyakinan terhadap segala susuatu yang berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Dengan adanya ketafakuran diri dalam berinvestasi, maka yang terjadi manusia dalam beraktifitas bisnis bukan hanya mencapai kebahagiaan materi saja yang akan diperolehnya, namun ada agenda – agenda yang berkelanjutan dunia dan akhirat.  

Dari pemahaman tersebut, kita menyakini bahwa holistis berinvestasi sangat diperlukan dalam perilaku-perilaku ekonomi yang kita jalankan selama ini. Dalam holistik investasi—diri kita memiliki pandangan bahwa dalam berbisnis itu dipahami secara utuh dalam satu kesatuan dan  tak bisa dalam berbisnis itu hanya mengejar profitabilitas saja, tapi juga dipikirkan bagaimana efek dari bisnis tersebut tidak terjadi  ketimpangan sosial, tapi sama-sama saling menguatkan. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya perilaku manusia bukan gladilator seperti hewan. Manusia memiliki sepiritualitas yang memiliki nilai-nilai yang mampu mempengaruhi nalar pikirannya dalam bersikap dan berperilaku. Dengan demikian segala aktifitas investasi yang dilakukan oleh manusia harus berstandarisasi nilai-nilai, etik dan etika. 

Holistik investasi bisa dijadikan sebuah metodologi baru oleh para pebisnis di tanah air ini—bahwa sesungguhnya dalam berbisnis bukan sekedar profitabilitas yang semu. Tapi sebuah profitabilitas yang memiliki makna dan memilki orientasi dalam kemaslahatan dunia.  Dengan holistik investasi ada upaya diri kita untuk terus mengembangkan bisnis dan ekonomi dengan tujuan meningkatkan rasa kedermawanan diri kita kepada sesama. Melalui holistik investasi akan memunculkan portofolio-portofolio yang besar  dalam manajemen keuangan pribadi maupun perusahaan dalam aspek sosial dan kemanusiaan. Jika ini mampu terlaksana pada diri kita—maka akan memunculkan sebuah ideologi investasi  bahwa kaya itu penting untuk tujuan kedermawanan dan  perubahan.

Lalu bagaimana melahirkan semangat holistik investasi pada diri kita?  Untuk memunculkan roh holistik investasi adalah sejauhmana diri kita  mampu memberanikan diri dalam “menjedakan diri” atau pit stop sambil  bertafakur dengan menguraikan potensi-potensi kekuatan  diri kita serta kelemahan yang kita miliki untuk menjadikan sebuah modal dalam kemandirian ekonomi. Mengapa demikian? Sesungguhnya pada diri kita sebagai manusia ada sebuah nilai yang berlandaskan pada spiritual yang kita miliki selama ini. Spiritual inilah yang membangun karakter dan kepribadian diri kita secara holistik dalam berperilaku termasuk dalam berinvestasi. 

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…