Meningkatkan Daya Saing SDM Industri Dengan Program Vokasi

NERACA

Kediri - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengatakan lemahnya daya saing industri dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya adalah Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor industri. Untuk itu, pihaknya terus mendorong program vokasi sesuai arahan bapak Presiden.

"Pendidikan vokasi menjadi program unggulan Pak Presiden untuk pemerataan karena di situ akan mentransformasi pendidikan. Selama ini, pendidikan produktifnya sedikit. Sekarang dengan pendidikan vokasi 70% akan memenuhi pendidikan produktif, dengan link and match industri," ujar Menperin saat acara dialog nasional 5 yang bertajuk sukses Indonesiaku di gedung PT Gudang Garam. Tbk, Kediri, Jawa Timur, Rabu (15/11).

Airlangga mengatakan kita sudah mulai di awal tahun, pemerintah sudah melihat ada persoalan terhadap kurikulum pendidikan SMK. Ada persoalan terhadap lulusan SMK. Dengan program link and match kita perbaiki struktur pendidikannya, sehingga dengan lebih banyak kerja di industri dan untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di industri. Maka, murid-murid SMK diberikan kesempatan untuk berlatih di tempat industri.

"Memang kalau kita punya Walikota Kediri yang agresif mengenalkan IT di SMK, kita mengharapkan banyak pimpinan atau kepala daerah melakukan hal yang sama. Dari Kementerian mendorong beberapa sinkronisasi, jadi program sesuai dengan kebutuhan industri. Sudah dilakukan penyesuaian kira-kira 31 program studi," kata dia.

Menurut Airlangga, semua dikoordinasikan dengan kementerian pendidikan dan kebudayaan, riset dan teknologi, kementerian bumn, kementerian ketenagakerjaan, kementerian koordinator pmk, dan kementerian koordinator perekonomian. Seluruhnya kita sudah koordinasikan, tentu dalam program ini, berbagai kementerian mempunyai vokasi. Seperti kementerian perhubungan punya vokasi untuk perhubungan laut, darat, dan udara. Kami semua bergerak maka diharapkan 600 ribu lulusan smk bisa mendapatkan lapangan pekerjaan.

"Posisi industri di jawa timur kontribusi terhadap ekonomi 32%, kedua sedudah jawa barat yang 42%. Ini provinsi provinsi yang basisnya adalah industri, salah satu contoh keberhasilan kota industri Kediri. Kita punya beberapa kota industri, ada di Kediri, Kudus, Gresik, Sidoarjo, Bekasi, Purwakarta, Karawang. Kawasan ini basisnya industri, ini yang didorong oleh pemerintah, diharapkan masyarakat sekitar bisa bekerja di industri," jelasnya.

Lebih lanjut Airlangga mengatakan penyerapan dari SMK diharapkan meningkat karena sekarang SMK penerimaannya rendah, karena kompetensinya tidak didapat. Oleh karena itu, dengan program diharapkan untuk pilot project yang dimiliki Kementerian Perindustrian 100% diserap. Demikian pula untuk pelatihan dan re-training. Kami juga ada mendorong, pemerintah mendorong juga BLK di Ketenagakerjaan sehingga dengan demikian lebih banyak lagi masyarakat yang dapat pendidikan sesuai dengan keinginan industri atau lapangan pekerjaan.

"Selama ini banyak lulusan yang tidak diserap dari SMK. Karena lulusan SMA 600 ribu harus masuk ke lapangan pekerjaan, tanpa kompetensi sulit untuk diterima. Diperlukan retraining dan rescaling. Sekarang kita masuk dengan SMK, diharapkan ke depan prosentase lebih tinggi. Harapannya untuk mereka yang sudah mengikuti program, mereka akan tersertifikasi, maka mereka bisa langsung diterima industri," tukasnya.

Menurut Airlangga banyak lulusan SMK yang jadi Dirut. Apa yang disampaikan terutama SMK keterampilan dengan sistem yang ada sekarang, lulusan SMK bisa melanjutkan D1, D2, dan D3, bisa juga di industri. Mereka bisa berkarir di produksi menjadi supervisor, bisa berkarir sampai posisi paling tinggi dari vokasi. Saya punya contoh beberapa, di Coca-Cola, dari bawah jadi Dirut. Di Krakatau Steel, di Gudang Garam banyak, Indomobil, kemudian juga di Daihatsu. SMK bisa hebat.

Menurut Airlangga ke depan industri elektronik akan menjadi penggerak utama. Kalau krisis 10 tahun kan sekuens mitos, kita tidak perlu khawatir. Waktu di APEC dan ASEAN, suasananya ada perbaikan ekonomi di 2018. Negara lain sudah merevisi target pertumbuhan menjadi lebih tinggi karena industri berbasis elektronik, internet of things. “Jadi seperti jaman dulu saat basisnya komputer, disangka komputer mengurangi tenaga kerja padahal komputer menambah pekerjaan. Meningkatkan produktivitas. Kita tidak perlu takut terhadap era pengembangan teknologi. Pelaku industri tidak perlu khawatir dan program vokasi juga pasti akan mengikuti kemajuan teknologi tersebut. Vokasi kita mengacu kepada negara negara yang sudah 70% di industri, antara lain Swiss, Jerman, Austria, bahkan diikuti juga di Singapura,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…