Manfaatkan Jaringan Distributor - Geliat Bisnis Bank Mayora di Pasar UMKM

NERACA

Jakarta – Kuatnya brand Mayora sebagai salah satu produsen makanan dan minuman terbesar di Indonesia, menjadikan Bank Mayora begitu familiar di masyarakat. Ya mendengar kata Mayora, hal terbesit di masyarakat adalah iklan layanan makanan biskuit Mayora. Memang kehadiran Bank Mayora tidak bisa lepas dari naungan Mayora Grup. Namun eksistensinya di industri keuangan bisa dibilang bukan anak baru.

Berdiri sejak 28 Juli 1993, Bank Mayora mengalami proses siklus pasang surut yang semakin menguatkan keberadaannya di perbankan Indonesia. Ujian terberat yang dialami Bank Mayora dan seluruh perbankan Indonesia adalah ketika terjadi krisis moneter di tahun 1997-1998. Banyak Bank yang berguguran di masa itu. Bersyukur, Bank Mayora sanggup bertahan sebagai salah satu Bank yang sehat dan tidak memerlukan rekapitalisasi. Keberhasilan untuk bertahan adalah karena Bank Mayora adalah Bank yang mengelola usaha berdasarkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang selalu menganut prinsip profesionalisme, transparansi, tanggung jawab, akuntabilitas dan kewajaran.

Proses transformasi Bank Mayora terus berlanjut dari tahun ke tahun dengan membangun pondasi pertumbuhan yang lebih kokoh dalam berbagai aspek baik perkreditan, pelayanan jasa, teknologi informasi, sumber daya manusia, manajemen risiko maupun infrastruktur. Hal itu dilakukan agar dapat mengimbangi kebutuhan nasabah yang semakin berkembang dan sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan dan memberikan pelayanan perbankan nasional. Dengan didukung oleh struktur permodalan yang kuat, kepemimpinan dan penerapan strategi yang baik, Bank Mayora senantiasa mencapai kinerja yang baik guna mendukung dan menjaga pertumbuhan di masa-masa mendatang.

Ditengah sengitnya persaingan industri perbankan saat ini, Bank Mayora terus berupaya mempertajam indentitasnya sebagai bank retail dan konsumer yang sehat dan berkinerja baik. Untuk lebih mendorong hal tersebut, maka perluasan jaringan kantor Bank semakin diperbanyak dari tahun ke tahun. Produk-produk yang dipasarkan semakin inovatif dan variatif dengan berbasis layanan teknologi.

Tahun 2015, kata Irfanto Oeij, Direktur Utama Bank Mayora, bisa dibilang menjadi tahun yang penting bagi Mayora. Di tahun tersebut, Bank Mayora mendapat suntikan modal dari IFC (International Finance Corporation). Dana yang digelontorkan IFC ke bank Mayora sebesar Rp290 miliar (lebih dari 22 juta US$). Dana tersebut digunakan untuk memperkuat modal inti Bank Mayora, ekspansi bisnis, dan menambah jaringan bank. Tahun ini juga Bank Mayora menambah 2 kantor cabang, sehingga total cabangnya mencapai 40 di akhir tahun 2016. Jumlah total ATM dilaporkan mencapai 51 unit dan EDC mencapai 1.287 unit hingga akhir tahun 2016.

Menurut Irfanto, kerjasama dengan IFC bukan hal baru bagi Bank Mayora. Kedua belah pihak sudah lama saling mengenal. IFC tertarik bekerjasama dengan Bank Mayora karena melihat besarnya jaringan distributor-distributor kecil yang selama ini sudah bekerja sama dengan Mayora Group. Tahun 2016 Bank Mayora naik kelas, dari Bank BUKU 1 menjadi Bank BUKU 2. Perubahan ini mencerminkan menguatnya strukur permodalam Bank Mayora. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, bank BUKU 2 adalah bank yang memiliki modal inti Rp1 Triliun sampai dengan kurang dari Rp5 Triliun. Perubahan status ini memungkinkan Bank Mayora masuk ke segmen bisnis bancassurance dan wealth management.

Teranyar, perseroan menggandeng kerjasama strategis bancassurance dengan PT Great Eastern Life Indonesia (Great Eastern Life) untuk jualan produk Asuransi Jiwa Kredit melalui jaringan kantor Bank Mayora. Asuransi Jiwa Kredit ini akan diberikan sebagai fasilitas perlindungan jiwa bagi nasabah debitur yang mengambil produk KPR (Kredit Pemilikan Rumah) Bank Mayora, dengan beragam manfaat lain, seperti suku bunga yang kompetitif, fixed period hingga tiga tahun, dan biaya administrasi yang ringan.

 

Pasar UMKM

 

Disamping itu, Bank Mayora juga mempertegas eksistensi dengan memperkuat pasar di usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). “Segmen ini potensinya sangat besar dan salah satu yang diincar distributor di grup Mayora yang jumlahnya mencapai ribuan di seluruh Indonesia. Ini tentu menjadi captive market bagi Bank Mayora,”ungkap Irfan.

Upaya memperluas jangkauan segmen konsumer, perseroan akan mengandalkan pasar yang ada hubungannya dengan Mayora Group, dalam hal ini supplier financing dan distributor financing. Langkah ini, kata Irfan diyakini cukup efektif mengingat mitra suplier dan distributor dari Mayora Group merupakan captive market untuk Bank Mayora. Maka untuk  menjalankan strategi tersebut, perseroan akan melakukan upaya edukasi di segmen distributor maupun supplier. Bahkan membentuk tim khusus untuk mengedukasi mereka. Selanjutnya, meluncurkan program yang cukup menarik untuk melakukan akuisisi market. Di antaranya, program Top Up untuk kustomer. "Artinya, kalau ada nasabah yang berforma bagus di Bank Mayora maupun bank lain, maka kami akan tawarkan program Top Up," ujar Irfan.

Selain distributor Mayora Group, Bank Mayora mengincar koperasi. Menilik data Dekopin (Dewan Koperasi Indonesia) dari tahun 2009 – tahun 2014 jumlah  koperasi meningkat dari 110. 470 unit meningkat jadi 203.701. Pada periode yang sama jumlah anggota koperasi melonjak dari 29,2 juta menjadi 35,2 juta. Volume usaha meningkat dari Rp82,21 triliun jadi Rp 125,6 triliun. “Yang menjadi permasalahan hanya sedikit UMKM yang sudah berhubungan dengan perbankan. Jumlah UMKM di Indonesia sekitar 56,2 juta unit dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 97,2% dari total angkatan kerja yang ada,” tutur Irfanto.

Kemudian perseroan juga membidik Kredit Kepemilikan Tempat Usaha Pasar (KPTUP). Kredit ini dikucurkan melalui pengelola pasar. Persyaratannya sangat mudah dan pembayaran angsurannya akan diambil setiap hari oleh petugas bank. Calon debitur tidak harus menjual produk-produk dari Mayora Grup. “Segmen UMKM saya bagi dua, yang berada di grup Mayora dan di luar Mayora. Yang di luar Mayora saya akan banyak bermain di pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Jaya,” jelas dia.

Irfanto optimistis di segmen UMKM Bank Mayora bisa bersaing dengan bank lain, termasuk bank asing. Daya saing Bank Mayora akan bertumpu pada SDM, produk, dan tarif. Untuk SDM Bank Mayora akan menempatkan staf yang memahami kredit UMKM. Untuk produk akan disesuaikan dengan kebutuhan UMKM, yakni kredit berjangka pendek untuk modal kerja. “Pricing (suku bunga kredit) kami tidak terlalu mahal sekitar 14%, bank-bank lain sudah di atas kita,” jelas dia.

 

Sinergis Dengan Induk

 

Menyadari besarnya potensi distributor Mayora Group, menjadi alasan bagi perseroan untuk selalu sinergis dengan induk usahanya dalam meraup ceruk pasar UMKM guna mencapai pertumbuhan yang positif. Selain itu, perseroan juga fokus meningkatkan kualitas aset dan portfolio kredit, diantaranya dengan memperbesar kredit untuk sektor UMKM serta pengembangan jaringan dengan membuka lima kantor baru di Semarang, Sukabumi, Bandung dan dua kantor di Bekasi.

Bank Mayora, lanjut Irfanto juga akan melakukan sinergi dengan induknya (Mayora Group) untuk menjalankan Program  Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Laku Pandai merupakan  program OJK untuk penyediaan layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya melalui kerja sama dengan pihak lain sebagai agen bank. Laku Pandai pun didukung penggunaan sarana teknologi informasi.

Mayora Group  yang mayoritas berbisnis di sektor makanan dan minuman, sampai sekarang, mempunyai sekitar 250.000 mitra gerai ritel atau disebut juga jaringan distribusi di seluruh Indonesia. Merekalah yang akan menjadi agen Laku Pandai Bank Mayora. Sampai akhir 2017, targetnya sekitar 5.000 agen Laku Pandai di seluruh jaringan distribusi Mayora Group di Indonesia. Strategi kedua, akan menggarap wealth management, dengan membidik  nasabah premium. Dengan masuk ke pasar wealth management, menurut  Irfanto, nilai investasi yang disasar dari segmen premium Bank Mayora nantinya adalah pada kisaran Rp 50 juta hingga Rp 1 miliar.

Rencananya, produk wealth management ini diluncurkan pada kuartal pertama/kedua 2017. Hingga akhir tahun 2017, Irfanto menargetkan akan ada 250 hingga 300 nasabah wealth management yang dapat diperoleh, dengan rata-rata investasi yang dikelola mencapai Rp 250 juta hingga Rp 500 juta per nasabah. Selain itu, nantinya bank akan menawarkan produk investasi lain seperti reksadana dan bancassurrance. Strategi ketiga, meluncurkan layanan internet banking. Tak tanggung-tanggung, untuk investasi Investasinya sekitar  Rp 20 miliar hingga Rp 30 miliar. Tujuannya mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi keuangan dimanapun dan kapanpun secara real time. Kedepan, Bank Mayora juga meluncurkan beberapa produk untuk menggenjot kinerja CASA. Sebelumnya sudah ada tabungan Sipucuk dan terus diperkuat produk tersebut dengan tawaran aneka hadiah menarik, Tabungan Komunitas yang menghimpun 20 hingga 30 nasabah, dan Tabungan Tambah yang dibundling dengan beragam hadiah dari produk Mayora Group. "Sejauh ini, hasil dari berbagai tabungan tersebut cukup baik. Oleh karena itu, di semester kedua 2017 ini, kami ingin memperkuat lagi," kata Irfan.

Sebagai informasi, PT Bank Mayora sepanjang tahun 2017 menargetkan dapat membukukan laba bersih sebesar Rp64 miliar. Hingga akhir Maret 2017, kenaikan laba bersih sebesar Rp12,29 miliar atau naik 9,44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp11,23 miliar. Positifnya performance kinerja keuangan di kuartal pertama karena didukung oleh berbagai faktor. Salah satunya karena kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 8,65% menjadi Rp68,04 miliar akibat turunnya biaya dana. Dengan peningkatan tersebut, turut mendorong peningkatan net interest margin (NIM) bank menjadi 4,51% dari posisi di kuartal pertama tahun sebelumnya sebesar 4,32%.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…