IPO BUMN - Pegadaian dan Anak Usaha Pertamina Bakal Jadi Unggulan

NERACA

Jakarta – Para pelaku pasar harus jeli dalam mengkoleksi saham perdana BUMN yang bakal melepas sahamnya dalam tahun ini. Pengalaman membeli saham perdana Garuda yang anjlok dan Krakatau Steel yang penuh masalah harus bisa dihindari. Salah salah, bukan untung didapat, malah buntung diraih.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan, pemerintah lebih baik mengawali penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) tahun ini adalah PT Pegadaian (Persero). "Faktor yang membuat Pegadaian harus diloloskan adalah hasil dari kinerjanya sendiri yang semakin menunjukkan pertumbuhan positif,” katanya kepada Neraca di Jakarta, Kamis (26/1).

Haryajid menilai, Pegadaian telah memberikan bukti kesuksesannya pada setiap penerbitan obligasi (surat utang). Obligasi yang diterbitkan sukses dalam mencapai hasil return. Belum lagi gerai-gerainya semakin berkembang karena prospek tumbuhnya juga sangat bagus.

Di belakang Pegadaian, berderet BUMN lain yaitu PT Waskita Karya (Persero), PT Semen Baturaja (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy, PT Pertamina Drilling Services Indonesia, serta PT Garuda Maintenance Facility. Alasan Waskita Karya dipilih, Haryajid menilai karena menjadi pendukung di tengah tren perbaikan infrastruktur pasca-rating investment grade dari Moodys Investment Services dan Fitch Ratings. "Saya lihat, yang dibutuhkan ekonomi kita saat ini infrastruktur. Nah, Waskita Karya kan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Tentu ini bisa menopang pembangunan infrastruktur,” tandasnya.

Namun, dirinya mengkritisi pemerintah yang seharusnya bisa membuka IPO BUMN lebih luas lagi ditengah kenaikan investment grade. Pasalnya, investment grade adalah momentum tepat yang seharusnya digunakan oleh pemerintah untuk segera melakukan IPO. “Ini supaya BUMN bisa segera go public,” tegas Haryajid.

Dengan begitu, akan memberikan efek psikologis dan citra positif kepada investor. “Selain itu, supaya tidak mengulangi kesalahan IPO Krakatau Steel dan Garuda Indonesia. Jika di awal positif maka ke depan akan ikut positif juga, begitu sebaliknya. Seperti efek domino,” jelasnya.

Kejelasan Strategi

Di tempat terpisah, pengamat pasar modal Yanuar Rizki menilai, untuk memperingkat mana yang harus didahulukan dalam IPO enam BUMN tersebut tidaklah memungkinkan. Pasalnya, yang mengerti maksud dari strategi IPO ini hanyalah Menteri BUMN, Dahlan Iskan. “Dalam IPO ini harus ada kejelasan strateginya dan itu hanya Dahlan Iskan saja yang tahu,” ujarnya.

Meski begitu, pemeringkatan mana yang harus didahulukan untuk IPO, sambung Yanuar, justru akan mempersempit jalannya IPO BUMN itu sendiri. “Artinya, kita tidak bisa meraba-raba. Kalau dari keputusan pemerintah sebelumnya sudah jelas bahwa Semen Baturajalah yang ditunda,” ucapnya.

Namun, Yanuar mengingatkan agar pemerintah lebih mengedepankan faktor safety dalam IPO BUMN tahun ini. Tetapi Yanuar tidak mau terburu-buru mengatakan perusahaan mana yang harus didahulukan. “Kita jangan ambil kesimpulan mudah karena agenda strategisnya seperti apa kita juga tidak tahu,” tutup dia.

Berdasarkan data dan informasi yang dihimpun Neraca, PT Semen Baturaja yang digadang-gadang sejak 2010 lalu diundur kembali di kuartal III-2012. Alasannya karena masih terganjal masalah rekening dana investasi (RDI) dan sewa lahan milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI dan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II.

Sementara PT Waskita Karya masih tersandung beberapa masalah, seperti kasus pembobolan brankas sebesar Rp 1,5 triliun tahun 2011 dan mandegnya pembangunan Jembatan Teluk Masjid di Pekanbaru tahun anggaran 2010 dan 2011. Hal ini diduga merugikan keuangan negara sebesar Rp 11 miliar, sehingga, salah satu perusahaan konstruksi pelat merah ini masuk daftar restrukturisasi dan revitalisasi BUMN oleh pemerintah.

Sedangkan Pegadaian, yang core bisnisnya simpan-pinjam, punya catatan sangat sehat. Baik dari sisi kinerja,aset, maupun laporan keuangan. Sehingga seharusnya Pegadaian yang layak go public lebih dulu dibanding lima BUMN lain. Dari data yang ada menjelaskan bahwa perkembangan laba bersih Pegadaian selama tiga tahun terakhir terus meningkat. Pada 2009, laba bersihnya sebesar Rp 1 triliun, dan meningkat di 2010 mencapai Rp 1,4 triliun. Sementara di 2012 melesat hingga Rp 1,7 triliun. Selain itu, jika Pegadaian didahulukan IPO, maka akan menarik investor asing. Sebab, Pegadaian merupakan perusahaan yang mengelola keuangan sehingga masuk sektor jasa keuangan nonbank.

Nah, bagaimana kesempatan tiga anak perusahaan BUMN lainnya? Pertamina memang telah memasukkan rencana IPO dua anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI), ke dalam rencana kerja anggaran perusahaan.

Vice President Corporate Communications Pertamina, Mochamad Harun menuturkan, Pertamina menargetkan dua anak usahanya go public, namun tetap disesuaikan dengan kondisi pasar saham. Bahkan, lanjut dia, tidak hanya PGE dan PDSI tetapi dua anak usaha Pertamina lainnya telah dipersiapkan masuk pasar bursa, yaitu PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Pertamina Gas (Pertagas). Saat ini, Pertamina memiliki saham pada PGE sebesar 90%, PDSI 99%, Pertagas 99%, serta PHE sebesar 98,72%.

Batal IPO

Sementara terkait PT Garuda Maintenance Facility (GMF), Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), Elisa Lumbantoruan menegaskan, pihaknya tengah menyiapkan PT Aero Catering Services (ACS) untuk melakukan IPO, namun baru direalisasikan pada 2013 mendatang. ACS merupakan anak perusahaan dari PT Aerowisata Services (AWS), salah satu anak perusahaan GIAA.

Elisa menilai pergantian dari GMF ke ACS disebabkan 70% pesanan (order) GMF masih berasal dari induk usaha, GIAA. Sedangkan ACS, lebih dari 50% pesanannya berasal dari luar perseroan. Selain itu, ACS juga melayani pemesanan katering dari maskapai, perusahaan, dan industri lain. “Hanya ACS yang paling siap. Menurut aturan, kan , kalau anak perusahaan masih bergantung dengan pesanan dari induk, tidak bisa IPO. Kami menargetkan (ACS) bisa IPO pada kuartal I-2013. Sekarang masih proses izin prinsip,” ungkap dia di Jakarta.

Meskipun diklaim sudah siap IPO, namun pendapatan ACS baru mencapai Rp 1 triliun per tahun. Angka tersebut masih kalah dibandingkan GMF yang sudah mencapai Rp 3 triliun. Namun demikian, dirinya kaget ketika muncul kabar bahwa GMF akan melakukan IPO tahun ini.

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…