Holding Perkebunan akan Tutup 11 Pabrik Gula

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Holding Perkebunan Nusantara (PTPN III Persero) akan menutup secara bertahap 11 pabrik gula yang dinilai tidak mampu berproduksi maksimal dan tidak efisien karena sudah berusia tua di atas 100 tahun. "Penutupan bertahap. Sebanyak tiga pabrik gula di PTPN IX, tiga pabrik di PTPN X dan sebanyak lima pabrik di PTPN XI," kata Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara Dasuki Amsir di Jakarta, Selasa (14/11).

Menurut Dasuki, penutupan pabrik gula di tiga lokasi tersebut bagian dari program transformasi bisnis perusahaan yang sedang melakukan revitalisasi sejumlah pabrik gula dan termasuk membangun pabrik baru. "Ada pabrik gula yang ditutup, tapi ada yang direvitalisasi dan ada yang dibangun baru," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Manajemen Operasional dan Pengembangan Holding Perkebunan, Erwan Pelawi mengatakan penutupan pabrik akan dilakukan bertahap dalam empat tahun ke depan, atau mulai tahun 2018. "Jadi, penutupan tidak serta merta dilakukan bersamaan, tapi disesuaikan dengan program revitalisasi yang sedang bergulir dan pembangunan pabrik baru," ujarnya.

Erwan menambahkan, secara keseluruhan setidaknya terdapat tujuh pabrik gula yang akan direvitalisasi yaitu PG Mojo dan PG Rendeng di Jawa Tengah, PG Jatiroto, PG Asem Bagus dan PG Gempolkrep, di Jawa Timur. Selanjutnya, di Lampung akan merevitalisasi PG Bunga Mayang dan PG Cinta Manis. Sedangkan pabrik baru yang sedang tahap pembangunan PG Comal kapasitas 6.000 TCD (ton tebu per hari) yang mulai beroperasi penuh mulai tahun 2020.

Meski begitu, Pelawi memastikan dengan penutupan pabrik gula secara bertahap tersebut tidak akan merugikan petani tebu di sekitar pabrik dan termasuk karyawan perkebunan. "Revitalisasi pabrik gula dan pembangunan pabrik baru harus selalui diringi dengan peningkatan kapasitas, sehingga tebu petani tetap terserap dalam jumlah besar," ujarnya. Hingga Oktober 2017 total penjualan Holding Perkebunan Nusantara tercatat mencapai Rp28,19 triliun. Kontribusi komiditi gula mencapai 13 persen atau senilai Rp3,70 triliun.

Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Komisi VI Bowo Sidik menilai revitalisasi pabrik gula bisa mengurangi angka impor gula. Satu di antaranya yaitu Pabrik Gula (PG) Rendeng di Kudus.Saat ini pabrik tersebut sudah mencapai 10 persen progres revitalisasinya. Ia mengatakan, pihaknya mendorong pabrik gula yang direvitalisasi dengan penyertaan modal negara (PMN) untuk maksimal dalam produksi kedepannya.

Karena dengan hal itu dinilai bisa mendukung kedaulatan pangan dan peningkatan produksi gula dalam negeri. "Dengan adanya revitalisasi ini, bisa mengurangi impor gula dan harga bisa ditekan,” jelasnya. Menurutnya, peningkatan kinerja PG terutama yang ada di bawah naungan PT Perkebunan Nusantara yang notabene sebagai Badan Usaha Milik Negara harus terus digenjot. Di antaranya yaitu dengan meningkatkan sisi budidaya tebu (on farm) atau peningkatan pengolahan tebu di pabrik (off farm).

“Bagi pabrik gula yang tidak on farm ditutup saja. Karena bagi PG yang telah melakukan on farm terlebih yang di bawah PTPN akan kalah saing dalam penyerapan tebu dari petani. Mereka yang tidak on farm akan membeli mengambil dari lahan tanpa melakukan budidaya,” katanya.

 

BERITA TERKAIT

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…