Akuisisi 66,66% Star Energy Group - Barito Pacific Targetkan Rampung di 2018

NERACA

Jakarta - PT Barito Pacific Tbk (BRPT) bakal akuisisi 66,66% saham Star Energy Group Ltd. Perseroan menargetkan proses akuisisi tersebut akan selesai pada semester pertama tahun 2018 mendatang. Menurut analis senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada yang berkesempatan untuk meninjau lokasi pengerjaan Geothermal milik Star Energy mengungkapkan, akuisisi yang akan dilakukan BRPT terhadap Star Energy Group Ltd akan menjadi perseroan sebagai perusahaan energi terbesar di dunia.”Lokasi yang dikunjungi terletak di Gunung Salak, Bogor. Lokasi tersebut merupakan salah satu site dari beberapa site geothermal yang dimiliki oleh Barito Pacific," kata Reza di Jakarta, kemarin.

Star Energy merupakan perusahaan energi yang telah dimiliki Prajogo Pangestu secara pribadi tahun 2007 dan Ashmore Investment. Prajogo notabene merupakan pemegang 69,21% saham BRPT. Meski telah dimiliki secara pribadi oleh Prajogo, Star Energy belum tergabung dalam konsolidasi grup BRPT. Pihak BRPT menyatakan, dalam hal transaksi share sale and purchase agreements (SPA), perseroan baru membayarkan uang muka. Sementara itu, penyelesaian transaksi (closing transaction) direncanakan tuntas pada semester I/2018. Oleh karena itu, sampai saat ini, Star Energy belum resmi dimiliki BRPT.

Sejak tahun 2000, Star Energy memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Wayang Windu dengan kapasitas terpasang sekitar 227 MW. Pada awalnya, rencana langkah strategis adalah dengan mengakuisisi aset milik Chevron di Indonesia dan Filipina. Aset Chevron di Indonesia telah selesai diakuisisi pada April 2017. Pada aset milik Chevron di Filipina tidak jadi diakuisisi karena partner Chevron di Filipina menjalankan hak first rights of refusal.

Untuk menjalankan akuisisi tersebut dilakukan melalui Konsorsium Star Energy, yang terdiri dari Star Energy Group Holdings, Star Energy Geothermal, AC Energy (terafiliasi dengan Ayala Group Filipina) dan EGCO (Thailand).  Melalui akuisisi tersebut, Star Energy akan mendapat tambahan kapasitas dari dua proyek panas bumi Chevron di Indonesia, yaitu di Salak dan Derajat, dengan kapasitas 648 MW. Bila aset milik Chevron di Filipina diakuisisi, BRPT akan mendapat tambahan kapasitas dari aset panas bumi Chevron di Filipina sebesar 277 MW sehingga total energi panas bumi yang dioperasikan Star Energy menjadi sekitar 1.152 MW.

Itu diperkirakan menjadikannya sebagai operator Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi terbesar di dunia. Akan tetapi, karena hanya mengakuisisi aset Chevron Indonesia saja maka Star Energy menjadi nomor 3 terbesar di dunia dan masih menjadi nomor 1 di Indonesia.

BERITA TERKAIT

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…

Metropolitan Land Raup Laba Bersih Rp417,6 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) membukukan laba bersih Rp417,6 miliar pada tahun 2023 atau tumbuh…

Elang Mahkota Akuisisi Carding Aero Rp704,14 Miliar

NERACA Jakarta -Kembangkan ekspansi bisnisnya, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) melalui anak usahanya PT Roket Cipta Sentosa (RCS) melaksanakan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…

Metropolitan Land Raup Laba Bersih Rp417,6 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) membukukan laba bersih Rp417,6 miliar pada tahun 2023 atau tumbuh…

Elang Mahkota Akuisisi Carding Aero Rp704,14 Miliar

NERACA Jakarta -Kembangkan ekspansi bisnisnya, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) melalui anak usahanya PT Roket Cipta Sentosa (RCS) melaksanakan…