Mulai Gunakan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Buang - Pelaku Usaha Kembangkan Industri Hijau

NERACA

Jakarta – Lima sektor industri padat energi seperti industri semen, baja, tekstil, keramik dan kaca menggunakan pembangkit listrik tenaga gas buang atau waste heat recovery power generation (WHRPG) untuk mendukung industri hijau.

Menurut Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur, Panggah Susanto, PT Semen Padang telah sukses membangun pembangkit listrik tenaga gas buang (WHRPG) di pabrik semen Indarung V di Padang. PT Semen Padang berniat menambah satu unit pembangkit WHRPG lagi, dengan kapasitas 10 megawatt (MW).

“Proyek ini merupakan hasil kerjasama dengan NEDO Jepang yang bertujuan untuk menghemat energi dan meminimalkan emisi gas CO2 melalui mekanisme pembangunan bersih atau Clean Development,” papar Panggah di Jakarta, Kamis.

Di tempat yang sama, Agus Boing Nurbiantoro, Direktur Litbang dan Operasi PT Semen Padang mengatakan, pembangkit WHRPG memanfaatkan limbah uap panas yang terbuang dari pabrik semen Indarung II, III dan IV di kota Padang. “Sekarang masih dalam tahap feasibility study,” ujar Agus.

Agus bilang, setelah studi selesai, akan dilanjutkan dengan pengajuan proposal kepada pemegang saham. Jika proposal disetujui, maka pembangunan pembangkit bisa dikerjakan dalam waktu 16 bulan.

Dia mengungkap, jika proyek tersebut langsung disetujui, proyek pembangkit listrik itu bisa beroperasi tahun 2013. Dana yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit listrik itu diperkirakan sama dengan pembangkit listrik sebelumnya, yakni Rp 200 miliar. Semen Padang saat ini sudah membangun pembangkit listrik WHRPG dengan bekerjasama dengan Nedo Jepang. Proyek yang memanfaatkan gas buang pabrik Indarung V itu kini mampu menghasilkan energi listrik sebesar 8,5 MW.

“Pembangkit yang resmi beroperasi Oktober 2011 lalu itu mampu meningkatkan efisiensi perusahaan hingga Rp 33 miliar per tahun. Kehadiran pembangkit sekaligus mengurangi ketergantungan listrik PT Semen Padang dari PLN, sebesar 100 MW,” tukas Agus.

Sementara itu, Direktur Produksi PT Semen Padang mengungkap, model proyek WHRPG  yang digunakan ini mampu mengurangi emisi gas CO2 sebesar 43.117 ton pertahun dan menghasilkan tenaga listrik sebesar Rp8,5 MW atau setara dengan 63,2 GWh dalam satu tahun dari panas yang terbuang selama proses produksi. Tenaga listrik yang dihasilkan ini senilai Rp33 miliar per tahun akan mampu menghemat biaya sekitar 20% terhadap Pabrik Indarung V, sehingga akan meningkatkan daya saing PT Semen Padang.

PT Semen Padang memiliki kapasitas produksi 6,3  juta ton per tahun dengan kebutuhan batubara sebanyak 760 ribu ton/tahun yang berpotensi menghasilkan emisi CO2 cukup besar. “Dengan diterapkannya WHRPG diharapkan emisi CO2 yang dihasilkan dapat berkurang sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi serta meminimalkan dampak lingkungan dan memperlambat pemanasan global,” katanya.

Dia menambahkan, kerjasama pembangunan WHRPG ini merupakan yang kedua kalinya di industri semen Indonesia, mengingat manfaat dari penerapan teknologi ini diharapkan PT Semen Padang dan produsen semen lain agar ikut menerapkan teknologi ini dalam membangun pabrik baru maupun optimalisasi pabrik yang sudah ada, guna efisiensi penggunaan energi yang akan semakin mahal pada masa yang akan datang.

Proyek WHRPG yang memanfaatkan gas buang kiln pabrik Indarung V PT Semen Padang merupakan hasil kerjasama pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Perindustrian dengan pemerintah Jepang melalui New Energy Technology Development Organization (NEDO) Jepang.  Kementerian Perindustrian menunjuk PT Semen Padang sebagai pilot project. Sementara sebagai pelaksana dan supervisi pekerjaan di lapangan, NEDO mempercayakannya kepada JFE Jepang.

Dia mengatakan, pihaknya akan berupaya melanjutkan kerjasama dengan NEDO atau pihak lain dalam penerapan teknologi yang ramah lingkungan, baik untuk industri semen maupun untuk industri lainnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) yang diwakili Edwin memprediksikan adanya tren pertumbuhan permintaan semen di luar Jawa seperti di Sumatera secara signifikan. Untuk itu, pelaku industri semen perlu membangun pabrik di luar Jawa untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi. Tahun ini, ASI memprediksikan peningkatan konsumsi semen nasional mampu mencapai 15 % melebihi target semula yang 10 % atau lebih dari 44 juta ton. Sebagian besar konsumsinya masih di serap di Pulau Jawa atau sekitar 50 %.

“Rata-rata desain kapasitas terpasang pabrik semen di Jawa sudah “mentok” sehingga untuk meningkatkan kapasitas produksi perlu membangun pabrik baru dan kemungkinannya di luar Jawa karena permintaanya juga tinggi,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…