Alat Kontrasepsi IUD Dapat Kurangi Risiko Kanker Serviks

Perempuan yang mendapat alat kontrasepsi (intra-uterine device/IUD) untuk mengendalikan kelahiran tampaknya memiliki risiko lebih kecil terkena kanker serviks, kanker paling umum ketiga yang diderita wanita di seluruh dunia, ungkap peneliti Amerika Serikat, Selasa (7/11).

Risiko kanker serviks terhadap perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi sepertiga lebih rendah dibandingkan perempuan yang tidak menggunakannya, ungkap peninjauan jurnal Obstetrics and Gynecology, yang mencakup 16 penelitian sebelumnya yang melibatkan lebih dari 12.000 perempuan di seluruh dunia.Pola yang kami temukan cukup menakjubkan,” ujar penulis utama Victoria Cortessis, profesor pencegahan klinis di Keck School of Medicine, bagian dari University of Southern California dikutip dari kantor berita Antara.

Para peneliti tidak yakin mengapa risiko kanker serviks turun drastis, tetapi menurut teori alat itu merangsang respons kekebalan yang membantu melawan infeksi penyebab kanker seperti human papillomavirus (HPV).

Kemungkinan lainnya adalah ketika perempuan mengeluarkan alat itu, sel prakanker yang dapat berkembang menjadi tumor bisa luruh. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memahami mekanismenya. Sampai saat itu, para ahli mengatakan terlalu dini untuk menyarankan lebih banyak perempuan agar menggunakan alat kontrasepso IUD, demikian AFP.

Rajin cuci tangan dapat mencegah kanker serviks karena human papilloma virus (HPV) penyebab kanker itu dapat berpindah melalui sentuhan, kata Kepala Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia (YKI) DKI Jakarta Venita.

"Perlu mewaspadai toilet umum, kita harus lebih waspada jaga kebersihannya itu, kemudian rajin cuci tangan. Langkah-langkah kebersihan umum sebelum makan, sebelum dan sesudah buang air kecil juga," katanya.

Berdasarkan penelitian, kata dia, penyebaran virus kanker serviks melalui kontak sentuhan kurang dari 10 persen. Akan tetapi, memperhatikan kebersihan merupakan hal penting untuk pencegahan. Selain rajin cuci tangan, pencegahan yang dapat dilakukan adalah vaksinasi serta deteksi dini setidaknya 3 tahun sekali. "Minimal 3 tahun sekali, kalau bisa lebih sering, ya, tidak apa-apa. Kelamaan dikhawatirkan lupa, tetapi 3 tahun sekali minimal. Papsmear gratis BPJS jadi tidak ada alasan untuk tidak periksa," ucap Vernita.

Ia juga menyarakankan diet seimbang, banyak mengonsumsi makanan mengandung antioksidan, dan rutin berolahraga guna mencegah terjangkit kanker serviks. Kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah melalui vaksinasi HPV sebagai pencegahan primer dan skrining sejak dini sebagai pencegahan sekunder.

Namun, menurut data yang dihimpun dari RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, ditemukan 70 persen penderita kanker serviks datang dengan stadium lanjut (stadium >3b), dengan kelompok umur paling banyak didapatkan rentang usia 35 s.d. 55 tahun sehingga memengaruhi angka harapan hidup pasien tersebut.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…