NERACA
Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menilai kebijakan moneter seharusnya bisa sejalan dengan sektor riil dan sektor fiskal untuk mendorong ekonomi tumbuh optimal. Hal tersebut disampaikan Bambang menanggapi kebijakan Bank Indonesia selaku otoritas moneter yang disebut sejumlah pengamat kurang tepat menurunkan suku bunga acuan pada Agustus dan September lalu berturut-turut dari 4,75 persen menjadi 4,25 persen.
"Saya enggan mengomentari ya, karena menurut saya kebijakan moneter itu tentunya harus sejalan sama sektor riil dan fiskalnya. Waktu itu yang dilakukan otoritas moneter ikut membantu stimulasi pertumbuhan sebenarnya," ujar Bambang saat ditemui di Gedung Bappenas, Jakarta, Jumat (10/11). Sebelumnya, ekonom senior dari Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan, kebijakan penurunan suku bunga yang dilakukan bank sentral kurang tepat padahal hampir dipastikan Bank Sentral AS The Fed akan menaikkan suku bunga di Desember 2017 mendatang.
Ia juga menuturkan, penurunan suku bunga acuan tersebut juga membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah sehingga bank sentral harus melakukan intervensi dan akibatnya cadangan devisa tergerus. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2017 tercatat 126,5 miliar dolar AS. Posisi tersebut lebih rendah dibandingkan akhir September 2017 yang sebesar 129,4 miliar dolar AS.
Penurunan cadangan devisa pada Oktober 2017 tersebut terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Di samping itu, penurunan cadangan devisa juga dipengaruhi menurunnya penempatan valas perbankan di Bank Indonesia sejalan dengan kebutuhan pembayaran kewajiban valas penduduk.
Pada Agustus 2017 lalu, BI menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen. Saat itu, bank sentral menyebutkan, Penurunan suku bunga kebijakan diharapkan dapat memperkuat intermediasi perbankan sehingga memperkokoh stabilitas sistem keuangan serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sebulan kemudian, BI kembali menurunkan suku bunga acuan dari 4,5 persen menjadi 4,25 persen. BI kembali menyebutkan, penurunan suku bunga kebijakan tersebut diharapkan dapat mendukung perbaikan intermediasi perbankan dan pemulihan ekonomi domestik yang sedang berlangsung.
Dalam kesempatan sebelumnya, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan Bank Sentral mempertahankan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" pada Oktober 2017 sebesar 4,25 persen, dan menyiratkan pertumbuhan ekonomi di dua triwulan terakhir 2017 akan lebih baik dari perkiraan sebelumnya. “'Stance' kami tetap netral, artinya suku bunga kebijakan mampu membawa inflasi di empat persen plus minus satu persen,” ujarnya menanggapi mengenai kebijakan moneter BI dua bulan terakhir 2017.
Dody mengatakan suku bunga acuan masih menopang target sasaran inflasi di kisaran 3-5 persen dan juga defisit transaksi berjalan yang terjaga. “Sepanjang stabilitas masih menghadapi hambatan, tentunya akan berat kita melakukan penyesuaian suku bunga, sedangkan ke pertumbuhan akan kita 'adress' setelah stabilitas,” ujarnya.
Dengan ditahannya suku bunga kebijakan sebesar 4,25 persen pada Oktober 2017, suku bunga "Deposit Facility" (penyimpanan dana perbankan di BI) tetap 3,5 persen, dan "Lending Facility" (bunga penyediaan dana oleh BI ke perbankan) tetap lima persen. Dalam kajian BI, pertumbuhan ekonomi triwulan III/2017 diperkirakan akan tumbuh lebih baik dari triwulan II/2017 yang sebesar 5,01 persen.
Dody menjelaskan perkiraan perbaikan ekonomi karena ekspansi fiskal dan dampak pelonggaran kebijakan moneter. "Konsumsi pada triwulan III diperkirakan tumbuh ditopang oleh penyaluran gaji ke-13 PNS dan penyaluran bantuan sosial serta realisasi belanja barang Pemerintah yang tinggi. Perbaikan investasi diperkirakan terus berlanjut didukung investasi bangunan yang tumbuh cukup tinggi," ujarnya.
J Trust Bank Raih Penghargaan Corporate Secretary Champion 2024 NERACA Jakarta – PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank)…
InfoEkonomi.ID Siap Gelar Top Digital Corporate Brand Award 2024 untuk Industri Finansial NERACA Jakarta - Sebagai media online yang menyajikan…
NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyoroti pentingnya menjaga stabilitas keuangan untuk mengantisipasi imbas konflik Iran-Israel…
J Trust Bank Raih Penghargaan Corporate Secretary Champion 2024 NERACA Jakarta – PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank)…
InfoEkonomi.ID Siap Gelar Top Digital Corporate Brand Award 2024 untuk Industri Finansial NERACA Jakarta - Sebagai media online yang menyajikan…
NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyoroti pentingnya menjaga stabilitas keuangan untuk mengantisipasi imbas konflik Iran-Israel…