KTT KE-31 ASEAN DI MANILA, 10-14 NOVEMBER 2017 - Kinerja dan Komitmen Era Global

 

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Ada banyak agenda yang dibahas dalam KTT ke-31 ASEAN pada 10-14 November 2017 di Manila, Filipina. Paling tidak, acuannya bagaimana ASEAN ke depan lebih baik lagi. Menapaki usia ke-50 tahun pada 8 Agustus 2017, komunitas ASEAN nampaknya banyak tantangan yang tidak bisa diremehkan, terutama terkait globalisasi. Mengacu tantangan ini, para menteri luar negeri ASEAN selalu mengadakan pertemuan di Asean Ministerial Meeting (AMM) dan Asean Regional Forum (ARF) sebagai upaya untuk menghasilkan rumusan yang konkret dalam menjawab problem tantangan global. Meski ada banyak agenda yang dibahas di forum itu, termasuk juga keprihatinan atas masalah lambannya rekonsiliasi nasional di Myanmar, ternyata hasil akhirnya masih belum membawa aspek perubahan yang konkret terhadap ASEAN. Oleh karena itu beralasan jika pesimisme atas ekonomi global versi AFTA menjadi semakin kuat dan ini perlu kajian di KTT ke-31 ini

Refleksi dari KTT ASEAN kali ini nampaknya terkait berbagai isu soal permasalahan era global. Lepas dari berbagai kontroversi, dalam forum AMM dan ARF memfokuskan kajian berbagai agenda persoalan ekonomi (politik) global sebagai konsekuensi menuju perekonomian yang lebih baik. Terkait ini, menuju APEC 2020 nampaknya tantangan yang harus dihadapi ASEAN semakin berat. Hal ini terkait tuntutan transparansi semua prosedural yang diterapkan semua negara sesuai komitmen WTO. Pada­hal, di satu sisi pemahaman strategi otoritas internal tetap harus dipahami untuk dapat menyelamatkan ekonomi dalam negeri dari gempuran global yang belum tentu semuanya memberikan kontribusi positif. Artinya, KTT ke-31 ASEAN kali ini juga perlu mencermati isu ini jika ada komitmen untuk mencapai perbaikan jalinan multilateral bagi ASEAN ke depan.

Kebutuhan vs Komitmen

Di sisi  lain, tuntutan global jelas memerlukan strategi yang tidak mudah dilakukan oleh semua negara yang mayoritas adalah negara berkembang. Terkait ini, keberadaan ASEAN tetap menjadi salah satu motor untuk mendukung pencapaian perekonomian yang lebih baik, terutama dalam tatanan kemakmuran era global. Oleh karena itu, refleksi KTT ASEAN harus memberi andil besar dalam konteks penjaminan sosial - politik - demokrasi bagi ASEAN di era global. Di satu sisi, era global memicu keterkaitan yang pada dasarnya ada peluang dan ancaman dalam format cognitive environment, competitive responses, dan implementasi yang harus dilakukan. Di sisi lain, rasional jika dalam berbagai forum formal agenda pemba­hasan Asean menuju konsep kemakmuran bersama selalu menjadi prioritas untuk dilakukan.

Globalisasi akan memberikan manfaat bagi semua pihak yaitu dalam shared prosperity, meski tetap saja ada sejumlah konskuensi yang harus diperhatikan. Permasalahannya apakah semua pihak berkompeten mengoptimalkan visi - misi dibalik era globalisasi? Oleh karena itu, yang terpenting adalah komitmen semua pihak untuk menindaklanjuti misi - visi era globalisasi demi kemakmuran bersama ASEAN sebagai bagian komunitas global juga terfokus pada bagaimana langkah-langkah strategis yang harus ditempuhnya untuk bisa mendukung pada pencapaian kemakmuran bersama, minimal dalam lingkup internal anggotanya.

Selain itu, keberadaan ASEAN juga terkait dengan komitmen jalinan bilateral yang akan memberi kontribusi secara makro. Oleh karena itu, beralasan kalau ASEAN selalu aktif dalam berbagai forum pertemuan, baik formal atau informal dan fakta ini sekaligus juga merupakan implementasi strategi ASEAN yang mengacu bebas aktif.  Konsekuensi atas bebas aktif tersebut pada dasarnya merupakan langkah proaktif untuk mengantisipasi persaingan dan intrik politik secara global. Intrik politik, terutama yang terjadi di Korea perlu juga dicermati dalam pembahasan KTT ke-31 ASEAN kali ini demi stabilitas sospol

Dalam hal ini, ASEAN mengantisipasi sedini mungkin dengan serangkaian pertemuan formal-informal dan KTT yang pada dasarnya merupakan wahana untuk mempererat bilateral selain untuk merumuskan strategi baru yang kiranya bisa lebih mendukung dalam mewujudkan kemakmuran - kesejahteraan menyeluruh. Selain konsep tentang urgensi jalinan bilateral – multilateral,  keberadaan ASEAN tetap dapat menjadi wahana untuk dapat melihat berbagai potensi ekonomi yang ada, termasuk juga aspek idialisme liberalisasi, demokratisasi dan penegakan HAM.

Fluktuasi perekonomian cenderung menghendaki liberalisasi, maka ASEAN harus larut dalam era global. Hal ini tidak bisa dihindari  karena ASEAN merupakan bagian kecil dari komunitas global yang kompleks - majemuk yang melibatkan banyak pelaku ekonomi dengan berbagai daya saing yang dimiliki setiap negara. Konsekuensinya ASEAN harus menempatkan diri dalam jajaran pelaku ekonomi global  yang tentu harus berbekal daya saing agar menjadi subyek dan bukan obyek. Artinya, ASEAN tetap memberi kontribusi dalam forum APEC dan sejumlah forum lain termasuk sebagai mitra dari G-8, tidak saja dalam konteks market share tetapi juga dalam konteks yang lain secara komprehensif.

Komitmen Bersama

Orientasi terhadap refleksi KTT ke-31 tahun ASEAN  ini memang banyak disinyalir akan merumuskan sejumlah agenda penting, tidak saja menyangkut tentang regulasi global (implisit kepentingan ASEAN sendiri), tetapi juga kepentingan bagi mayoritas negara industri – maju. Oleh karena itu, intensitas atas kepentingan pasar ini tentu merupakan suatu acuan untuk bisa mengoptimalkan semua mekanisme ekonomi yang ada. Dengan kata lain, refleksi KTT ASEAN pada dasarnya merupakan tuntutan yang mengacu pada kepentingan internal ASEAN, termasuk misalnya komitmen untuk bisa mereduksi semua konflik internal – domestik seperti kasus intrik politik di Myanmar. Bagaimanapun juga isu Myanmar dan Korea perlu dikaji secara lebih intens dalam KTT ke-31 ASEAN kali ini

Terkait ini realita menunjukan adanya suatu perkembangan pere­konomian yang berubah cepat sehingga menuntut semua pelaku ekonomi untuk melihat dalam perspektif makro. Konsekuensi atas kondisi riil perkembangan perekonomian itu menimbulkan berbagai pergeseran paradigma yang tentunya juga menuntut sisi pemahaman manajerial  secara cermat sebab jika tidak besar kemungkinan akan terjadi proses penurunan aktivitas perekonomian dan ini sangat merugikan. Oleh karena itu, ASEAN harus mengakomodasi berbagai tuntutan yang berkembang, tidak saja dalam bidang ekonomi dan perdagangan, tetapi juga dalam bidang-bidang lain yang terkait. Dari berbagai forum bisa disimpulkan bahwa orientasi ASEAN lebih mengarah pada bagaimana upaya mencapai perekonomian bersama yang mampu meningkatkan sisi kesejahteraan - kemakmuran.

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…