MARAKNYA SERBUAN TEKFIN - Jumlah Kantor dan Pegawai Bank Menurun

Jakarta- Di tengah maraknya serbuan teknologi finansial (Tekfin) belakangan ini, jumlah pegawai bank dan kantor bank di negeri ini mengalami penurunan selama periode September 2016 hingga September 2017. Namun ekonom dan bankir menilai ini adalah hal yang wajar, karena bank juga harus melakukan efisiensi.

NERACA

Menurut pengamat ekonomi Aviliani, untuk mengantisipasi hal ini pemerintah juga harus memikirkan cara alternatif untuk penyerapan tenaga kerja. "Ke depan, perlu dipikirkan juga pemerintah berkontribusi di level pegawai yang memang akan terdampak era digital. Misalnya menyiapkan pekerjaan mendukung basis digital," ujarnya di Jakarta, Kamis (9/11).

Berdasarkan data yang dihimpun detikFinance, mengutip laporan keuangan bank pada September 2017, PT Bank Danamon Tbk mencatatkan jumlah pegawai 30.226 atau berkurang 2.436 orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 32.662. Jumlah ini termasuk anak usaha Bank Danamon.

Kemudian PT Bank OCBC NISP Tbk pada September 2017 tercatat 6.511 pegawai, berkurang 363 orang dibandingkan periode September 2016 6.874 pegawai. Jumlah pegawai PT Bank CIMB Niaga Tbk. pada September 2017 tercatat 12.981 orang, berkurang 88 orang dibandingkan September 2016 tercatat 13.069 pegawai. PT Bank Bukopin Tbk jumlah pegawainya pada September 2017 tercatat 5.974 orang, berkurang 153 orang dibandingkan September 2016 tercatat 6.127 orang.

Selain pegawai, jumlah kantor bank menurut statistik perbankan Indonesia (SPI) Agustus 2017 tercatat mengalami penurunan. Jumlah kantor bank umum tercatat 32.635 unit jumlah ini berkurang 134 unit dibandingkan Agustus 2016 sebanyak 32.769 unit.

Selain jumlah kantor, jumlah bank juga tercatat berkurang. Pada Agustus 2016 jumlahnya tercatat masih 118 bank kemudian menurun menjadi 115 bank pada Agustus 2017, karena adanya aksi korporasi yakni merger.

Sementara itu untuk jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga berkurang, per Agustus 2017 tercatat 1.618 bank atau berkurang 16 bank dari Agustus 2016 sebanyak 1.634 bank. Hal ini karena pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menutup sejumlah BPR karena dinilai memiliki performa yang kurang baik.

Penurunan jumlah pegawai dan kantor bank juga terjadi di luar negeri. Mengutip Reuters, perbankan di Uni Eropa telah menutup 9.100 kantor cabang dan mengurangi 50.000 pegawai tahun lalu. Hal tersebut karena nasabah lebih memilih transaksi secara online atau digital.

The European Banking Federation menyebutkan jumlah kantor cabang di Uni Eropa tercatat 189.000 pada akhir tahun lalu. Turun 4,6% dibandingkan tahun 2015. Kemudian jumlah pegawai sebanyak 2,8 juta orang, ini adalah jumlah terendah sejak 1997. Sekitar 48.000 kantor cabang telah ditutup sejak 2008. Kemudian pada 2015 bank mempercepat proses pemangkasan jumlah kantor.

Kalangan bankir menilai, teknologi dinilai menjadi penyebab ditutupnya kantor cabang tersebut. Saat ini nasabah lebih sering melakukan pembayaran secara elektronik melalui mobile dan internet banking.

Kemudian tingkat bunga yang rendah membuat bank harus memangkas biaya operasional sebagai cara penghematan. Bunga rendah menyebabkan bank menekan seluruh pendapatan keuntungan yang biasanya lebih besar. Sejumlah bank di kawasan Eropa merespon dengan menutup kantor cabang. Inggris contohnya, yang sepanjang tahun ini sudah menutup 762 kantor cabang.

Nah, untuk mempertahankan pelayanan, sejumlah bank di luar negeri memberikan promosi gratis biaya mulai dari pembuatan rekening hingga penarikan uang. Ini dilakukan agar bisnis bisa tetap berjalan.

Aviliani mengatakan, selain itu para pekerja juga harus mempersiapkan di era digital ini. Pasalnya, memang akan terjadi perubahan yang signifikan oleh teknologi. "Pekerjanya juga harus mempersiapkan diri, ke depan akan ada shifting besar-besaran dari konvensional ke digital yang memerlukan sedikit tenaga manusia. Harus punya skill lain agar bisa bertahan," ujarnya.
Selain itu era persaingan bebas pada 2020 di masyarakat ekonomi Asean (MEA) sektor keuangan, pasti bank sudah memilah bagian mana yang akan dipangkas untuk bisa bersaing dengan negara asing.

Dia menjelaskan, saat ini masyarakat juga semakin melek dengan teknologi. Bank harus mengikuti perkembangan zaman. Dia mencontohkan, dulu semua orang jika ingin bertransaksi harus ke kantor cabang atau ke mesin ATM. "Tapi sekarang shifting-nya ke mobile dan internet banking. Jadi tidak perlu ketemu orang kan dalam hal ini front office atau customer service bank? Bisa dilakukan sendiri. Memang akan ada shifting juga melalui teknologi," tutur dia.

Aviliani menjelaskan saat ini nasabah bank di Indonesia juga sudah mulai melek teknologi. Nasabah mulai jarang mendatangi kantor cabang untuk bertransaksi, mereka menggunakan fasilitas internet hingga mobile banking yang dimiliki oleh bank.

Menurut dia, saat ini bank juga sudah mulai tergabung dalam konglomerasi keuangan. Hal ini agar potensi yang ada di masyarakat bisa diambil. Misalnya dalam satu konglomerasi ada perusahaan sekuritas, asuransi hingga multifinance.

Secara terpisah, Direktur Bisnis Menengah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Putrama Wahju Setiawan, mengatakan alasannya karena banyak nasabah lebih menyukai transaksi yang praktis dan mudah menggunakan teknologi. Seperti internet banking, mobile banking hingga SMS banking. Selain itu juga mulai digalakkannya lesscash society atau gerakan nasional non tunai.

Menurut dia hal ini juga dilakukan sebagai cara untuk efisiensi. "Memang sekarang bank sedang diminta untuk efisiensi. Strategi kami memaksimalkan jaringan ATM Link milik Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara) agar bisa dimanfaatkan nasabah antar bank BUMN," ujarnya.

Dia menjelaskan, bank juga akan tetap melakukan pembaruan mesin dan sistem ATM. Hal ini dilakukan agar teknologi tidak ketinggalan zaman. "Saat ini kan mesin ATM tidak berfungsi sebagai vending machine uang, tapi untuk mesin setor tunai. Kita harus upgrade semuanya agar tidak ketinggalan dengan yang lain," ujarnya.

Menanggapi data tersebut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menjelaskan berkurangnya jumlah cabang karena bank di Indonesia memang melakukan efisiensi. "Artinya kalau keberadaan kantornya tidak memberikan kontribusi yang maksimal pasti bank akan melakukan evaluasi pada kantor cabang tersebut," ujarnya.

Waspadai Sistem Keuangan

Sebelumnya Gubernur BI  Agus DW Martowardojo memastikan bank sentral akan selalu mewaspadai keretanan dalam sistem keuangan, seiring berlangsungnya dinamika di pasar akibat ketidakpastian pada perekonomian global. 

Dia mengaku akan merespon segala hal yang terjadi tersebut secara hati-hati. "Normalisasi neraca, ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate, dan transisi kepemimpinan Sistem Federal Reserve di AS, pasca perkembangan Brexit di Eropa. Dan masalah geopolitik saat ini di Spanyol dan Semenanjung Korea, adalah beberapa dinamika global yang kami sebagai pusat bankir, harus merespon dengan hati-hati," ujarnya di Jakarta, Kamis (2/11).

Beberapa kerentanan yang teridentifikasi, Agus menambahkan, meliputi kenaikan utang luar negeri di beberapa negara. Kemudian lonjakan risiko pasar global yang disebabkan dari perilaku pelaku ekonomi dan pencairan dana yang rumit dan cepat.

Menurut Agus, ketidakpastian dan kerentanan global berpotensi membahayakan keberlanjutan pemulihan ekonomi global, menciptakan ketidakseimbangan sistem keuangan, pada akhirnya memicu risiko sistemik.

"Kita mungkin ingat ketika pihak berwenang di seluruh dunia berusaha untuk menemukan kerangka kerja dan kebijakan yang sesuai namun suflident untuk mengurangi risiko sistemik dan ketidakseimbangan dalam sistem keuangan, pada awal tahun 2000,"‎ ujarnya.

‎Agus mengungkapkan, kebijakan makro pudensial dapat mengatasi kerentanan. Bank Indonesia membentuk unit pengawasan makro prudensial dan mengembangkan kerangka kerja sistem stabilitas keuangan, termasuk sistem peringatan dini yang dapat mengidentifikasi kerentanan dan potensi risiko dalam sistem keuangan.

Bank Indonesia dengan kebijakan makro prudensialnya, dapat mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengurangi tekanan dalam sistem keuangan secara cepat dan tepat, didukung oleh pemantauan dan analisis yang kuat‎.

"Ini kemudian berkontribusi pada kemampuan untuk mengelola sistem keuangan dengan lebih baik dan menghasilkan ketahanan yang lebih baik dalam menghadapi krisis keuangan global tahun 2008," ujarnya. bari/mohar/fba

 

 

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…