Perbankan Di AS Merasa Terancam dengan Fintech

 

 

NERACA

 

New York - Perbankan di AS menyatakan kekhawatirannya atas perusahaan ritel Wal-Mart Stores Inc (WMT.N) dan perusahaan teknologi seperti Amazon.com Inc (AMZN.O) untuk menjadi bank umum. Keith Noreika, regulator perbankan AS, menimbulkan kegelisahan di kalangan komunitas bankir dengan seruannya untuk meninjau ulang peraturan saat ini.

Usulan oleh pejabat Comptroller of the Currency (OCC) itu, dilakukan pada sebuah konferensi perbankan di New York dan hadir saat perusahaan teknologi seperti Amazon dan Apple Inc (AAPL.O) telah memasuki arena keuangan dengan layanan pembayaran dan pemberian pinjaman dengan cara berbeda (teknologi finansial/ Fintech).

"Menggabungkan perbankan dan perdagangan adalah ide buruk yang terus berulang seperti mimpi buruk. Ini adalah salah satu resolusi batuan dasar kita untuk menentang ancaman penggabungan penuh perbankan dan perdagangan." kata Paul Merski bersama Komunitas Bankir Independen Amerika (Independent Communities Bankers of America), dilansir dari Reuters, Kamis (9/11).

Penggabungan perbankan dan aktivitas komersial lainnya saat ini dilarang di Amerika Serikat. Hal ini di tengah kekhawatiran bahwa deposito nasabah akan digunakan untuk mendanai atau mensubsidi bisnis non-perbankan yang tidak terkait dan berpotensi berisiko. Meski begitu, perusahaan teknologi telah melakukan terobosan dalam keuangan.

Awal pekan ini, Apple merilis sebuah produk bernama Apple Pay Cash. Fitur ini memungkinkan pengguna iPhone saling mengirim uang tunai yang kemudian bisa segera digunakan di toko yang menggunakan Apple Pay. Sistem ini menggunakan apa yang disebut kartu debit virtual untuk memungkinkan pembayaran di dalam toko. Amazon, sementara itu, menawarkan pinjaman usaha kecil.

Meskipun demikian, Chief Executive Wells Fargo & Co (WFC.N) Tim Sloan mengatakan bahwa dia tidak melihat Silicon Valley sebagai ancaman bagi bank. "Saya rasa Apple pada dasarnya tidak ingin menjadi bank. Saya rasa Amazon tidak ingin menjadi bank," katanya. "Mereka ingin menggunakan produk jasa keuangan untuk membantu pelanggan mereka sukses." ujar Tim.

Perusahaan teknologi harus tunduk pada peraturan dan pengawasan yang ketat dan mengajukan izin perbankan dari OCC jika mereka ingin menjadi bank umum. Perusahaan induk juga dilarang melakukan aktivitas non finansial.

Dalam sebuah pernyataan, Colin Walsh CEO perusahaan rintisan (startup) mobile banking Varo Money, mengatakan bahwa permohonan izinnya sedang melalui proses persetujuan. Fintech pinjaman mahasiswa, Social Finance Inc menarik aplikasinya bulan lalu.

 

 

BERITA TERKAIT

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

AIA Hadirkan Buku Polis Digital ePolicy

AIA Hadirkan Buku Polis Digital ePolicy NERACA Jakarta - Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian bumi menjadi komitmen bersama untuk mencapai…

BSI : Komposisi Pembiayaan EV Capai Rp180 Miliar

    NERACA Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat komposisi pembiayaan kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan listrik…

LPPI : Perempuan dalam Manajemen Berpengaruh Positif ke Kinerja Bank

  NERACA Jakarta – Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menemukan bahwa peran perempuan dalam jajaran manajemen puncak berpengaruh positif…