Perbankan vs Kesejahteraan

Meski sejumlah bank besar merilis laporan keuangan kinerja kuartal III-2017 menunjukkan laba usaha yang meningkat cukup signifikan, hal ini patut dipertanyakan sampai sejah mana efisiensinya.  Seperti perolehan laba tertinggi diraih Bank BNI yang naik 31,6% menjadi Rp 10,15 triliun pada kuartal III-2017. Kemudian Bank Mandiri labanya melesat 25,4% menjadi Rp 15,06 triliun, Bank BTN tumbuh 23,68% menjadi Rp 2 triliun, dan laba BRI naik 8,2% menjadi sekitar Rp 20,5 triliun.

Selain bank BUMN, keuntungan BCA juga meningkat 11,3% menjadi Rp 16,8 triliun. Kemudian laba Bank Panin tumbuh 23,39% menjadi Rp 2,18 triliun dan Bank NISP meraih laba Rp 1,7 triliun atau naik 23% di kuartal III-2017.

Menurut penjelasan direksi bank, kenaikan laba tersebut terutama disebabkan oleh kemampuan bank melakukan efisiensi biaya dan kemampuan menekan pencadangan kredit macet, walau kinerja pertumbuhan ekonomi nasional saat ini belum begitu memuaskan. Kita lihat prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun ini tidak akan berbeda jauh dengan dua kuartal sebelumnya. Isu pelemahan daya beli masyarakat masih menjadi topik menarik, meskipun pemerintah tidak mengakui masalah tersebut.

Kita tentu melihat adanya kontradiksi antara laba bank dan pertumbuhan ekonomi seolah merupakan anomali. Sebab  hasil dari berbagai riset yang ada sebagian besar menyebutkan bahwa salah satu variabel ekonomi makro yang sangat berpengaruh terhadap kinerja perbankan adalah pertumbuhan ekonomi. Karena, pertumbuhan ekonomi yang memuaskan akan mendorong konsumsi masyarakat dan memperkuat minat perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha. Transmisi ini akan menyebabkan kenaikan kredit, baik kredit konsumsi, modal kerja maupun investasi.

Jika dianalisis lebih mendalam, sebenarnya fenomena yang terjadi di atas tidak sepenuhnya tepat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai saat ini memang di bawah target. Namun yang perlu diingat adalah bahwa dibandingkan dengan beberapa negara lain yang skala ekonominya besar, pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong cukup tinggi.

Memang pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih di bawah potensi yang ada atau belum mencapai keadaan full employment. Belum tercapainya kapasitas optimum ekonomi Indonesia disamping pengaruh faktor internal, juga disebabkan oleh variabel eksternal sesuai kondisi ekonomi global. Argumentasi ini menjelaskan bahwa sebenarnya tidak terjadi anomali antara pertumbuhan ekonomi dan kinerja perbankan nasional secara umum.

Coba kita melihat variabel makro-ekonomi lain yang juga dianggap sebagai penyebab tingginya laba perbankan adalah rendahnya tingkat inflasi dan bunga acuan BI. Kestabilan makro ekonomi berimbas kepada membaiknya kinerja perbankan. Namun di sisi lain, perbankan Indonesia sampai dengan saat ini merupakan industri yang mencatatkan net interest margin (NIM) paling tinggi dibandingkan perbankan di negara lain. Suku bunga yang secara rata-rata masih berada di level dua digit menjadi salah satu penyebabnya. Meskipun bunga acuan Bank Indonesia sudah turun lumayan banyak, namun transmisi ke suku bunga kredit belum berjalan optimal.

Imbauan Bank Indonesia  yang disampaikan kepada industri perbankan untuk menurunkan bunga kredit secara signifikan, relatif belum dipatuhi. Dunia perbankan seolah enggan melakukan langkah itu karena hal tersebut akan mengikis pencapaian laba mereka dan secara umum akan berdampak terhadap kinerja perbankan.

Patut disadari, bahwa industri perbankan dan jasa keuangan saat ini masuk ke dalam kategori sunshine industry. Artinya prospek pertumbuhan industri perbankan masih sangat cerah ke depan. Hanya persoalannya, jika meningkatkan efisiensi dengan mengorbankan ribuan pekerjanya di masa depan, tentu akan mengganggu stabilitas perekonomian nasional. Jadi, tingginya laba bersih perbankan jangan hanya untuk menguntungkan pemegang sahamnya, tapi betul-betul memberikan kontribusi riil bagi kesejahteraan masyarakat.

 

 

BERITA TERKAIT

Kedewasaan Berdemokrasi

Masyarakat dan segenap elemen bangsa Indonesia saatnya harus menunjukkan sikap kedewasaan dalam menjunjung tinggi asas serta nilai dalam berdemokrasi di…

Modernisasi Pertanian

Sektor pertanian di dalam negeri memiliki peranan yang vital dalam perekonomian domestik. Sektor pertanian menjadi sektor yang strategis menyediakan bahan…

Normalisasi Harga Pangan

Harga pangan di sejumlah wilayah Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, terlebih menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Tidak…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Kedewasaan Berdemokrasi

Masyarakat dan segenap elemen bangsa Indonesia saatnya harus menunjukkan sikap kedewasaan dalam menjunjung tinggi asas serta nilai dalam berdemokrasi di…

Modernisasi Pertanian

Sektor pertanian di dalam negeri memiliki peranan yang vital dalam perekonomian domestik. Sektor pertanian menjadi sektor yang strategis menyediakan bahan…

Normalisasi Harga Pangan

Harga pangan di sejumlah wilayah Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, terlebih menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Tidak…