Peluncuran Customer Innovation Center 3M - Penjualan 3M Tembus Angka US$ 27 Miliar

NERACA

Jakarta – Sepanjang tahun 2010, nilai penjualan produk 3M mampu menembus angka US$27 miliar dengan net operating income sebesar US$4,1 miliar. Indonesia diproyeksikan menjadi pasar dunia terbesar lima setelah India, China, Uni Eropa, dan AS pada 2030 mendatang.

“Melihat peluang besarnya peluang pertumbuhan bisnis di Indonesia, 3M berkomitmen untuk mengembangkan usahanya lebih luas lagi,” kata Amit Laroya, Presiden Direktur PT 3M Indonesia kepada Neraca, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurutnya, 3M Indonesia akan membangun customer innovation center (CIC) modern. Teknologi yang sudah dihasilkan 3M selama ini bisa ditunjukkan secara komprehensif, terutama untuk pasar Indonesia yang semakin tumbuh.

Dia menyebut, CIC didesain sebagai sebuah galeri inovasi teknologi 3M yang aktif serta dinamis sehingga apa yang ditampilkan tidak bersifat statis, dapat diperbaharui secara berkala sesuai perkembangan. CIC ini diciptakan untuk menggantikan customer technical center (CTC), yang telah ada sebelumnya.

Amit mengungkap, 3M beroperasi di 65 negara dengan penjualan produk ke 200 negara. Dalam tahun ini, 3M akan membangun 45 platform teknologi terbaru yang ramah lingkungan.

Selain itu, saat ini 3M sedang membangun gedung yang akan digunakan sebagai tempat workshop, lokasinya masih di sekitar komplek perkantoran.

“CIC akan menjadi tempat strategis untuk mendiskusikan peluag bisnis ataupun mengeksplorasi ide-ide yang disampaikan oleh komunitas pengguna 3M, bersama mitra kerja potensial seperti distributor, supplier, perguruan tinggi, lembaga riset, instani pemerintah, kalangan industri dan kosumen,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Amit, 3M dalam waktu dekat akan menjual produknya dengan mengunakan bahasa Indonesia. Karena selama ini banyak menggunakan bahasa asing, pihaknya akan mengadakan pelatihan khusus bagi customer.

“3M adalah perusahaan inovatif yang tidak pernah berhenti mencipta dan telah mempekerjakan sekitar 80 ribu orang seluruh dunia. Sedangkan di Indonesia, mempekerjakan 150 karyawan dengan pabrik yang terdapat di Tambun, Bekasi. Target market kami disini adalah local life,” tuturnya.

 

Ada enam market leading businesses yang menjadi andalan 3M yakni consumer and office, display and graphics, electro and communications, safety, security and protection services, health care, serta industrial and transportation.

Sedangkan di dalam CIC, terdapat sembilan galeri yang mewakili sembilan jenis usaha yang saat ini sedang tumbuh pesat di Indonesia, antara lain mulai dari produk rumah tangga, industri otomotif, komunikasi, tambang, minyak dan gas, lembaga riset hingga produk peralatan kedokteran.

Hilang US$300 Juta

Kepala Riset dan Pengembangan PT 3M Indonesia, Soemantri Widagdo mengatakan, Indonesia adalah negara ketiga setelah China dan India di kawasan Asia Pasifik sebagai penerima anggaran untuk riset. “Karena Indonesia adalah anggota G-20 dan satu-satunya dari Asia Tenggara. Ini potensi ekonomi sangat besar. Tahun 2009 saja, dana riset sebesar US$1,3  miliar sedangkan tahun lalu naik menjadi US$1,4 miliar,” katanya.

Pria yang sudah 30 tahun tinggal di AS ini menambahkan, kunci sukses 3M dalam mengembangkan bisnisnya adalah di teknologi platform. Pada tahun ini, 3M fokus di inovasi, selain produk atau teknis. “Inovasi disini maksudnya, walaupun memakai teknologi canggih, 3M berkomitmen 1.000% memproduksi barang yang ramah lingkungan,” tegasnya.

Tri, panggilan akrabnya, mencontohkan salah satu produk andalan 3M bernama scothgard, yaitu sebuah alat untuk membersihkan jas dari debu dan sejenisnya. Beberapa tahun lalu, scothgard memakai bahan yang terbuat dari CFC. Karena merusak lingkungan, pihaknya langsung menghentikan produksi barang tersebut.

“Akibatnya, kita kehilangan nilai penjualan scothgard di seluruh dunia sebesar US$300 juta. Tapi inilah konsekuensinya. Setelah barang kami ‘menghilang’, banyak kompetitor memunculkan produk serupa. Scothgard kami hentikan penjualannya sebelum Protokol Kyoto berlaku. Naumn, sejak 2005 hingga sekarang, scothgard kembali lagi ke pasar yang ramah lingkungan. Jadi intinya, sebelum kejadian, kita stop produknya,” tuturnya.

Ia beralasan, 3M hingga sekarang memegang teguh etika bisnis yang berorientasi pada pelestarian lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan bergesernya ‘pakem’ bisnis 3M dari business value creation through differentiation menjadi business value creation that makes a difference. Sedangkan untuk produk, Tri menjelaskan bahw 3M berprinsip pada the right products on the right market.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…