Perkuat Pasar Ekspor Asia - Strategi SIDO Fokus Bisnis Food and Beverage

NERACA

Jakarta – Selalu konsisten menjaga pertumbuhan bisnis adalah hal yang penting diperhatikan bagi perusahaan dan berbagai macam strategi dilakukan untuk mendukung pertumbuhan bisnis. Salah satunya adalah merambah lini usaha baru. Hal inilah yang dilakukan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) akan memfokuskan lini bisnis food and beverage demi menopang pertumbuhan kinerja keuangan.”Lini bisnis ini sempat mengalami penurunan. Namun ke depan, bisnis tersebut akan diperkuat dengan memperkuat penjualan ekspor, kami sedang coba ekspor dengan food and beverage," kata Sekretaris Perusahaan Sido Muncul, Tiur Simamora di Jakarta, kemarin.

Sido Muncul, menurut Tiur, akan mulai menyasar negara-negara seperti Nigeria, Myanmar, Filipina, dan beberapa negara Asia lainnya yang menyukai produk herbal seperti Kuku Bima. Hingga kuartal III tahun ini, perseroan membukukan penurunan pendapatan sebesar Rp1,85 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,89 triliun.

Laba bersih perseroan sebaliknya, meningkat 8,2% menjadi Rp380 miliar dari sebelumnya Rp351 miliar. Perseroan sebelumnya telah membeli satu aset milik PT Njonjaa Meneer lewat penawaran lelang dengan nilai sekitar Rp21,9 miliar. Sepanjang tahun ini, SIDO disibukkan dalam pengembangan pabrik baru. Tahun ini  saja, perseroan menganggarkan capital expenditure (capex) sebesar Rp 200 miliar yang bersumber dana dari IPO. Sementara sebagian besar dana IPO dihabiskan untuk proyek perluasan pabrik di Jawa Tengah, khususnya untuk mesin produksi dan bangunan. Pabrik ini memproduksi obat herbail cair termasuk merek Tolak Angin di dalamnya. Pabrik ini ditargetkan akan selesai di tahun ini.

Maka tidak heran, membeli aset Nyonya Meneer menjadi pilihan dalam pengembangan pabrik baru dan tidak tertutup kemungkinan mengakuisisi Nyonya Meneer, meski sebelumnya Direktur Keuangan Sido Muncul, Venancia Sri Indijati membantah kabar bila perseroan mengakuisisi Nyonya Meneer. Menurut Venancia, meski bergerak di bisnis jamu, Nyonya Meneer dan Sido Muncul memiliki perbedaan. Selama ini Nyonya Meneer bergerak di bisnis jamu tradisonal. Sementara porsi jamu tradisional di Sido Muncul hanya sebesar 15%. Sisanya yaitu sebesar 85% merupakan produksi jamu modern.”So far kami jalan seperti biasanya karena produknya berbeda. Produksi jamu tradisional sebagian kecil, yang lainnya sudah kami modernisasi," kata Venancia.

Dari sisi pasar, diakui Sido Muncul produk jamu tradisional masih memiliki pasar dan permintaan. Namun bila dibandingkan jamu modern seperti Tolak Angin, tentu saja pasarnya kalah besar. Sebagai informasi, pengadilan Niaga Semarang, Jawa Tengah menyatakan PT Nyonya Meneer pailit karena dinilai tak sanggup membayar utang kepada para kreditornya.

Wismonoto, anggota majelis hakim Pengadilan Niaga Semarang yang menyidangkan perkara ini mengatakan, setelah diputus pailit, selanjutnya pengelolaan perusahaan diserahkan kepada tim pengurus dan kurator untuk proses tahapan selanjutnya.”Kalau dinyatakan pailit, semua aset Nyonya Meneer harus dikelola oleh  kurator. Diambil alih oleh kurator lalu dilelang, hasil lelang berupa uang dibayarkan ke kreditur sesuai porsinya,” kata Wismonoto

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…