DPK Perbankan Diyakini BI Masih Menggeliat

 

NERACA

Jakarta - Bank Indonesia (BI) meyakini penghimpunan dana pihak ketiga perbankan masih menggeliat pada 2018 dengan proyeksi pertumbuhan 9-11 persen (year on year/yoy) meskipun suku bunga simpanan terus menurun karena transmisi pelonggaran suku bunga acuan Bank Sentral. "Secara umum di 2018, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) bisa 9-11 persen (year on year/yoy)," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di kantornya, Jakarta, akhir pekan kemarin.

Agus mengakui suku bunga dana atau simpanan di perbankan berpotensi terus menurun. Pasalnya, setelah dua kali Bank Sentral menurunkan bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" pada tahun ini sebesar 50 basis poin, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga memangkas suku bunga penjaminannya sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen pada bank umum dan 8,25 persen pada bank perkreditan rakyat.

Lazimnya, jika suku bunga dana atau simpanan perbankan menurun, maka akan berdampak positif bagi biaya dana dan murahnya bunga kredit perbankan. Namun, penurunan suku bunga dana juga bisa menggangu penghimpunan DPK yang menjadi salah satu sumber pendanaan perbankan karena bunga simpanan yang ditawarkan kepada masyarakat terus menurun.

Hingga Oktober 2017, suku bunga simpanan deposito telah menurun 160 basis poin (bps) sejak Januari 2016, menurut data BI. Namun, Agus tidak memandang penurunan bunga dana akan signifikan mengganggu penghimpunan DPK. Dia mengatakan DPK perbankan hingga akhir Oktober 2017 masih baik-baik saja. "Kita kan lihat pertumbuhan DPK masih cukup baik," ujar dia.

Dengan proyeksi pertumbuhan DPK sebesar 9-11 persen (yoy), BI mematok kredit perbankan akan tumbuh 10-12 (yoy) persen di tahun depan. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso melihat pertumbuhan pendanaan perbankan berjalan normal. Menurut Wimboh, perbankan masih berlebih likuiditas. Pasalnya, hingga akhir Oktober 2017 dana perbankan yang diendapkan di BI sudah mencapai Rp522 triliun.

Wimboh mengatakan gangguan penghimpunan likuiditas masih lebih banyak bersumber dari eksternal karena potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS pada Desember 2017. "Kami juga mengindikasikan lebih banyak risiko yang mungkin berasal dari eksternal, terutama kondisi normalisasi kebijakan suku bunga The Fed," ujarnya.

 

BERITA TERKAIT

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…