Ancaman Mal Konvensional

 

Fenomena pusat perbelanjaan (mal) yang sepi belakangan ini tak diragukan lagi akibat perubahan pola dan perilaku belanja masyarakat. Ledakan ekonomi digital yang begitu masif ditandai dengan menjamurnya mal online (e-commerce) menjadi magnet baru. Begitu pula munculnya web belanja kini merupakan opsi alternatif dalam berbelanja, khususnya bagi generasi milenial.

Kita melihat banyak keunggulan dan benefit sehingga e-commerce menjadi pilihan sebagian masyarakat. Terutama dari aspek harga yang kompetitif dan transparan. E-commerce juga lebih praktis karena transaksi dapat dilakukan dimana saja sembari melakukan aktivitas lain. Selain efektivitas dan fleksibilitas waktu belanja, e-commerce juga diminati karena dapat dilakukan tanpa harus mengeluarkan extra price berupa energi, waktu dan ongkos transportasi.

Ledakan e-commerce akhirnya menggiring mal mengalami pergeseran fungsi. Mal tidak lagi dapat diandalkan sebagai tempat jual beli. Fungsi itu perlahan diakuisisi oleh e-commerce. Namun kita melihat ada sebagian mal yang didesain sebagai destinasi life style, ternyata menikmati pertumbuhan.

Alasan pergeseran fungsi pusat belanja menginspirasi pengembang berinovasi. Pusat perbelanjaan disulap sebagai tonggak gaya hidup kaum urban.  Restoran, kafe, pusat kebugaran, atau tempat bermain anak lebih ditonjolkan ketimbang toko-toko pakaian. Inovasi ini mengikuti preferensi belanja konsumen perlahan beralih ke online.

Apalagi hasil riset Nielsen mengungkapkan, pengeluaran masyarakat saat ini fokus pada tiga hal, yaitu makanan, pendidikan, serta kenyamanan dan gaya hidup. Bahkan, pola tersebut terjadi pada seluruh kelompok masyarakat, baik masyarakat kelas atas, kelas menengah, maupun kelas bawah. Temuan riset ini sekaligus mulai membuka tabir tentang teka-teki mengapa banyak mal sepi. Perubahan gaya hidup dan pola belanja disinyalir berimbas pada penurunan penjualan di sektor ritel. Riset juga menangkap fakta bahwa penetrasi internet dalam budaya belanja masyarakat semakin kuat.

Saat ini, sebanyak 38% konsumen telah menjelma menjadi online shopper. Bukan tidak mungkin, mereka yang belanja di kanal digital merupakan konsumen pusat belanja yang berhasil diakuisisi ekosistem digital. Berbagai fakta tersebut menguatkan gejala anomali. Terutama mengakibatkan deklinasi daya beli yang terlihat dari spending masyarakat yang menurun di tengah beberapa indikator makro lagi baik-baik saja. 

Lihat saja kondisi pasar modal yang bergairah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan mencatatkan rekor ke level 5.900-6.000 atau tertinggi sepanjang masa. Demikian pula tabungan masyarakat (DPK) yang tercatat jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu. Bahkan hasil studi Danareksa Institute, per September 2017, kepercayaan konsumen meningkat. Indonesia bahkan bisa menjadi negara dengan konsumen paling optimistis di dunia.

Ada yang menyebut penurunan daya beli di pusat belanja disebabkan oleh pengembang yang salah menerapkan konsep serta pasokan mal yang  berlebih. Mal di Jakarta memang melimpah. Kalau tahun 2010 ada 174 pusat belanja, maka di 2013 melonjak drastis menjadi 564 mal. Saban tahun, pertumbuhan mal di ibukota berkisar 3,4%. Imbasnya, perebutan pasar sangat ketat di pusat belanja.

Jadi tidak heran, jika mal konvensional di Jakarta mengalami penurunan pengunjung, yang selama ini menerapkan konsep sebagai pusat belanja saja. Mal konsep lama hanya mengandalkan toserba atau supermarket dan minim fasilitas penunjang.

Hadirnya mal tematik ikut andil memudarkan daya pikat mal konvensional. Dari riset yang sama, diketahui bahwa mal yang mengusung konsep baru semringah menikmati keuntungan besar. Mal baru ini umumnya bagian dari superblok yang mengusung konsep triple play : housing, working dan shopping dalam satu kawasan yang mengusung konsep one stop living.

Tak heran bila dewasa ini, mal telah berubah jadi destinasi gaya hidup. Sebagai tujuan rekreasi harian, ruang bersosialisasi, tempat kerja, dan bahkan untuk olahraga. Target utama mal baru ini bukan mereka yang hendak belanja pakaian atau kebutuhan rumah tangga. Melainkan para pekerja kantoran yang butuh tempat makan siang dan ruang meeting yang nyaman, atau tamu hotel yang sedang berkegiatan dan rekreasi, hingga warga apartemen di kawasan yang rutin olah raga di gym. Itulah dinamika perubahan gaya hidup di kota besar di negeri ini.

BERITA TERKAIT

Laju Pertumbuhan Kian Pesat

  Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu…

Kredibilitas RI

Pemilu Presiden 2024 telah berlangsung secara damai, dan menjadi tonggak penting yang tidak boleh diabaikan. Meski ada suara kecurangan dalam…

Pangan Strategis

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Laju Pertumbuhan Kian Pesat

  Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu…

Kredibilitas RI

Pemilu Presiden 2024 telah berlangsung secara damai, dan menjadi tonggak penting yang tidak boleh diabaikan. Meski ada suara kecurangan dalam…

Pangan Strategis

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak…