Produk Dalam Negeri - Pasar Ekspor Lagi Lesu, Pengusaha Mebel Fokus Pasar Domestik

NERACA

Jakarta – Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO) akan memfokuskan penjualan di pasar mebel dalam negeri mengingat adanya tren penurunan nilai ekspor mebel pada 2017. Ketua Umum ASMINDO Mugiyanto menyebutkan nilai ekspor mebel nasional pada 2017 hanya mencapai 1,3 miliar dolar AS atau menurun dibandingkan pada 2016 dan 2015 masing-masing sebesar 1,6 miliar dolar dan 1,93 miliar dolar AS.

Adapun nilai ekspor mebel Vietnam tahun 2015 mencapai 6,9 miliar dolar AS, dan Malaysia 2,4 miliar dolar AS. "ASMINDO akan berkonsentrasi menggarap pasar mebel dalam negeri, selain tetap membidik peluang pasar ekspor. Selama ini Asmindo fokus ke ekspor, sehingga pasar lokal tanpa disadari justru dimasuki barang impor," kata Mugiyanto, di Jakarta, sebagaimana disalin dari Antara, kemarin.

Ia mengatakan tren penurunan ekspor dipengaruhi oleh dua tantangan besar bagi industri mebel, pertama masalah inovasi desain produk yang bisa dipasarkan untuk konsumen internasional.

Inovasi dan kreasi menjadi kunci agar produk yang dihasilkan berkembang menyesuaikan selera pasar. Tantangan kedua terkait kasus perdagangan kayu ilegal yang memengaruhi masa depan industri mebel di Indonesia karena terkait penyediaan bahan baku.

Karena itu, pasar luar negeri menjadi ujian yang tidak mudah dihadapi para pelaku industri mebel dan kerajinan kayu. Ia menjelaskan pasar mebel dalam negeri masih memiliki potensi penjualan yang besar, terutama dengan maraknya pembangunan, baik apartemen, hotel, maupun bangunan perkantoran di sejumlah daerah yang tentunya membutuhkan banyak produk mebel.

Oleh karena itu, Asmindo akan menjalin kerja sama dengan asosiasi usaha di bidang konstruksi agar bisa memasok kebutuhan mebel untuk apartemen dan hotel, kata dia. ASMINDO yang telah mengukuhkan hasil musyawarah nasional luar biasa dengan kepengurusan baru itu, juga telah membentuk bidang kerja sama pemasaran dalam negeri untuk fokus menggarap pemasaran dalam negeri.

Selain itu, asosiasi juga akan mengembangkan desain mebel yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar dalam negeri. Terkait tantangan bahan baku, ASMINDO juga membenahi kelancaran pasokan untuk meningkatkan daya saing produk. Pasokan selama ini menjadi salah satu kendala karena industri butuh waktu relatif lama untuk mendapatkan bahan baku.

Koordinasi dengan pemerintah akan dilakukan untuk membantu anggota asosiasi yang belum bisa mengakses sertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu. Upaya-upaya ini akan segera menjadi garapan kepengurusan baru Asmindo dalam lima tahun ke depan.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri furnitur karena sebagai sektor padat karya berorientasi ekspor. Langkah strategis yang akan dijalankan adalah menyiapkan Cirebon untuk menjadi salah satu pusat penyediaan rotan sebagai bahan baku produksi mebel dan kerajinan nasional.

“Cirebon memiliki banyak industri mebel dan kerajinan yang sangat potensial. Agar terintegrasi dengan kebutuhan bahan bakunya, perlu dijadikan pusat stockpile rotan sehingga antara petani dan pengusaha bisa saling menguntungkan,” kata Dirjen Industri Agro Panggah Susanto ketika menghadiri Cirebon International Furniture Expo (Cifex) 2017, akhir pekan lalu, yang disalin dari siaran resmi.

Menurut Panggah, industri furnitur harus menjadi sektor kebanggaan nasional karena memiliki kekuatan untuk kompetitif di tingkat global. Apalagi, mayoritas atau hampir 85 persen bahan bakunya seperti rotan dipasok dari dalam negeri. “Oleh karena itu, agar industri ini maju, tidak perlu melakukan ekspor bahan baku. Kami fokus untuk meningkatkan nilai tambahnya melalui program hilirisasi,” tuturnya.

Kemenperin mencatat, penyerapan tenaga kerja di industri furnitur nasional sebanyak 101.346 orang pada tahun 2016 dan diproyeksi akan mencapai 202.692 orang tahun 2018. Sementara itu, nilai ekspor furnitur nasional sebesar USD1,7 miliar dan dalam dua tahun ke depan ditargetkan mencapai USD5 miliar. Tujuan utama ekspor furnitur Indonesia adalah pasar Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat.

Panggah meyakini, pengembangan pusat penyediaan bahan baku rotan tersebut akan menarik minat investasi bagi para pelaku industri, terutama dari luar negeri seperti China. “Dengan adanya larangan ekspor bahan baku rotan kita ke luar negeri, kawasan industri yang ada di China akan direlokasi ke Kabupaten Cirebon,” ungkapnya.

Lebih lanjut, selain akan menambah kapasitas produksi mebel rotan dari Indonesia, relokasi juga dapat membuka lapangan kerja di dalam negeri. “Terkait rencana itu, kami akan mengunjungi China bersama Bapak Bupati. Di sana, kami akan melihat dan berbicara langsung dengan pengusaha rotan di China terkait rencana relokasi,” tuturnya. Pihaknya juga tengah menyiapkan pembentukan sentra bahan baku rotan lainnya di wilayah timur Indonesia.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…