Kantar Worldpanel Sebut Prospek FMCG Masih Menarik

Kantar Worldpanel Sebut Prospek FMCG Masih Menarik

 

NERACA

 

Jakarta - Stagnansi telah menjadi suatu hal yang biasa di tahun 2016 di negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan dua negara lainnya, Indonesia berhasil meraih pertumbuhan pendapatan domestik bruto tertinggi dengan kenaikan 5,0%, meskipun masih terpaut di bawah target 5,3%. 

 

Progres ini juga didukung dengan inflasi dan nilai tukar yang stabil, kenaikan nilai ekspor, serta penurunan angka pengangguran. Kenaikan ini juga tercermin pada naiknya indeks kepercayaan konsumen. Kondisi ini, seiring dengan kenaikan harga yang terjadi secara simultan, telah mendorong laju pertumbuhan pendapatan industri fast moving consumer goods (FMCG), dimana Indonesia menunjukkan pertumbuhan tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara dengan kenaikan sebesar 8,3% dibandingkan tahun lalu.

 

FMCG dan bahan makanan segar masih menjadi pengeluaran terbesar bagi para rumah tangga di Indonesia. Namun, sebagian prioritas konsumen telah berubah, seperti peningkatan pengeluraran untuk tabungan dan investasi. Konsumen memiliki kecenderungan untuk berhati-hati dalam mengatur pengeluarannya dengan lebih memilih produk paket hemat dalam format yang lebih besar, sehingga berimbas pada penurunan frekuensi belanja.

 

Namun di luar semua faktor tersebut, Indonesia tetap menunjukkan prospek yang menjanjikan. Menurut Venu Madhav, General Manager Kantar Worldpanel Indonesia, untuk memenangkan pangsa pasar Indonesia di penghujung tahun 2017 ini, para pelaku bisnis perlu membidik peluang yang tepat berdasarkan 6 tren esensial. 

 

Pertama, kata dia, membangun relevansi produk terhadap tren kesehatan, kenyamanan, dan kebahagiaan. "Produk-produk FMCG berhasil meningkatkan performanya dengan mengacu pada ketiga mega tren; kesehatan, kenyamanan, dan kebahagiaan," jelasnya, seperti dikutip dalam keterangan, Senin (23/10). 

 

Kedua, memperluas portofolio produk untuk mendukung setiap momen seiring dengan penurunan frekuensi belanja. "Ketegangan ekonomi dan kenaikan harga mendesak konsumen untuk menjadi lebih bijak dalam mengelola pengeluaran mereka. Hal ini berimbas pada penurunan frekuensi belanja mereka. Fenomena yang sama juga terlihat di negara-negara Asia lainnya. Di Indonesia sendiri, konsumen telah menurunkan frekuensi belanja sebesar 5% dibandingkan dengan tahun lalu dan diramalkan belum akan pulih sepenuhnya dalam jangka waktu dekat," katanya. 

 

Ia juga mengatakan pilihan produk yang kian banyak di pasaran menciptakan persaingan yang semakin besar pada saat pembelian. Untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, para pelaku bisnis perlu berupaya bagaimana menarik perhatian konsumen dan mempertahankan relevansi produk di setiap suasana.

 

Ketiga, peningkatan aspirasi masyarakat ekonomi kelas bawah. Menurut dia, di tengah penurunan laju ekonomi, konsumen dari berbagai kelas demografi menunjukkan upaya untuk beradaptasi terhadap kondisi ini dengan cara yang berbeda-beda. Upaya pemerintah dalam pembangunan infrastruktur telah berhasil menurunkan tingkat pengangguran dan hal ini memberikan keuntungan bagi konsumen dari kelas ekonomi bawah yang menunjukkan peningkatan pengeluaran belanja untuk produk-produk FMCG. "Produk FMCG dalam versi yang lebih terjangka semakin marak di pasaran, sehingga mendorong masyarakat dari kelas ekonomi bawah untuk mengadopsi produk-produk terbaru," tambahnya. 

 

Keempat, pertumbuhan kota sekunder. Meningkatnya harga komoditas dan juga intensitas pemerintah dalam pengembangan kota-kota sekunder, mendorong konsumen untuk memiliki pendapatan yang siap dibelanjakan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini pun tercermin dalam kenaikan jumlah pembelanjaan produk-produk FMCG oleh para konsumen di kota-kota sekunder.

 

Kelima, evolusi dari format yang berbeda untuk pasar modern. Pasar tradisional tetap menjadi saluran perdagangan terpenting bagi konsumen Indonesia, yang mendominasi total pangsa pasar FMCG sebesar 75% dengan frekuensi rata-rata orang berbelanja 22 kali dalam sebulan. Pada saat bersamaan, ritel format lain, khususnya minimarket semakin menjamur di kota-kota sekunder hingga daerah pedesaan. 

 

Terakhir yaitu bangkitnya aktivitas belanja online. Pembelanjaan produk FMCG melalui portal belanja online masih belum memiliki kontribusi yang signifikan terhadap total pasar Indonesia. Namun dengan perubahan gaya hidup di mana waktu telah menjadi komoditas yang semakin berharga, telah mendorong semakin banyak konsumen untuk beralih ke belanja online karena kenyamanan yang ditawarkan. 

 

Sementara itu, Fanny Murhayati, New Business Development Director Kantar Worldpanel Indonesia menyimpulkan, secara garis besar, terdapat beberapa implikasi dari 6 tren penting ini yaitu pelaku bisnis FMCG perlu untuk terus melakukan inovasi produk demi mendukung tren kesehatan, kenyamanan dan kebahagiaan. Produsen perlu berupaya untuk menarik sebanyak mungkin konsumen dengan meningkatkan relevansi produk dalam semakin banyak kesempatan.

 

Menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan berbagai target pasar. Produsen perlu memastikan produk dengan kualitas terbaik untuk konsumen kelas atas, membantu konsumen perkotaan untuk mengikuti gaya hidup yang serba cepat dengan memberikan kenyamanan, dan mempertahankan keterjangkauan produk untuk konsumen ekonomi kelas bawah. Meningkatkan ketersediaan produk di kota-kota sekunder dan area rural. 

 

Dan memastikan pemahaman yang baik tentang peran masing-masing saluran penjualan untuk memaksimalkan peluang di antara konsumen omni-channel dan pada bersamaan juga meningkatkan distribusi.

 

BERITA TERKAIT

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…