Bayar Senilai US$ 16 Juta - Investor Jembo Tunaikan Kewajiban SCB

NERACA

Jakarta – Perusahaan kabel, PT Jembo Cable Tbk (JECC) menyebutkan penyelesaian kontijensi antara perseroan dengan Standard Chartered Bank (SCB) telah selesai dilakukan. Antonius Benady, Direktur JECC dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (17/10) menuturkan, berdasarkan putusan Badan Arbitrase Singapore (SIAC) pada tanggal 28 September 2012 ditetapkan bahwa perseroan diwajibkan melakukan pembayaran kepada SCB sebesar US$16.067.047 terkait transaksi ISDA 2002 yang dibuat perseroan dan SCB.

Penyelesaian dilakukan, kata Benady setelah dilakukan mediasi dan kesepakatan yang tertuang dalam Standstill and Conditional Settlement Agreement pada 13 Oktober 2017 dimana kewajiban perseroan diambil alih oleh PT Monaspermata Persada selaku pemegang saham mayoritas perseroan. PT Monaspermata Persada akan melakukan pembayaran sebesar US$3.000.000.000 dalam waktu 7 hari setelah 13 Oktober 2017 dan sisa pembayaran sebesar US$7.000.000 sesuai dengan kesepakatan akan dibayarkan dalam jangka waktu 6 bulan yakni hingga 13 April 2018.

Perseroan tahun ini terpaksa harus merevisi target bisnis sedikit lebih rendah dari target awal. “Kami perkirakan penjualan di 2017 sekitar Rp2,15 triliun, sehingga net income di tahun ini bisa sekitar 5-5,5% dari total penjualan,”kata Antonius Benady.

Dirinya menuturkan, kalau budgeting 2017 sebesarRp 2,437 triliun. Setelah melihat performa semester pertama 2017 tampaknya pendapatan tahun ini akan berada di bawah itu. Tercatat di paruh pertama tahun ini, perolehan pendapatan baru mencapai 41% dari target awal. Pemangkasan target juga berlaku bagi laba bersih. Disebutkan, Jembo mematok kenaikan laba bersih di kisaran 5%-5,5%. Adapun sampai semester pertama 2017 ini laba bersih perusahaan ini berada di angka Rp 55 miliar. Penjualan domestik Jembo sampai paruh pertama tahun ini tercatat tumbuh 6,3% dari Rp 945 miliar menjadi Rp 1,005 triliun.

Namun bisnis ekspor terperosok 79% jadi hanya Rp 16 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 77 miliar. Kenaikan paling tinggi berasal dari produk kabel alumunium yang tumbuh 45% dari Rp 160 miliar menjadi Rp 233 miliar. Namun kontribusinya tidak sebesar kabel tembaga. Jenis kabel tembaga yang mendominasi penjualan hanya tumbuh mini 2,7%. Satu-satunya penjualan yang menurun ialah kabel optic fiber untuk jaringan telekomunikasi yang turun 52% menjadi Rp 80 miliar di semester pertama 2017 dibanding priode yang sama tahun lalu.

 

BERITA TERKAIT

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Lewat Test Drive - Hyundai Motors Bantu Alat Gerak Bagi Disabilitas

Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR), PT Hyundai Motors Indonesia berkolaborasi dengan Grab Indonesia dan…

Maybank Perkuat Perlindungan Keamanan dan Privasi Nasabah

Modus penipuan mengatasnamakan bank yang makin beragam membuat PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) terus memperkuat perlindungan keamanan dan…

PP Presisi Juara di Anugerah BUMN Awards

Di kuartal pertama 2024, PT PP Presisi Tbk (PPRE) berhasil meraih 2 penghargaan sekaligus dalam ajang Anugerah BUMN Awards ke-13…