Perdagangan Internasional - Kinerja Ekspor Non Migas Terkoreksi 6,09 Persen di September

NERACA
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan kinerja ekspor Indonesia pada September 2017 sebesar 4,51 persen dari sebelumnya tercatat 15,22 miliar dolar Amerika Serikat menjadi 14,54 miliar dolar AS. Penurunan kinerja ekspor pada September 2017 tersebut disebabkan turunnya ekspor nonmigas yang mencapai 6,09 persen jika dibanding bulan sebelumnya.

Sementara dibanding September 2016 meningkat sebesar 15,60 persen. "Ekspor migas naik, tapi untuk nonmigas turun 6.09 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto sebagaimana disalin dari Antara. Tercatat, kinerja ekspor nonmigas pada September 2017 sebesar 13,10 miliar dolar AS, sementara pada bulan sebelumnya tercatat sebesar 13,95 miliar dolar AS. Namun, ekspor nonmigas September 2017, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya mengalami kenaikan 13,76 persen.

Suhariyanto menjelaskan, penurunan ekspor terbesar untuk sektor nonmigas September terhadap Agustus 2017 terjadi pada lemak dan minyak hewani nabati yang mencapai 186,4 juta dolar AS atau 9,06 persen. Sedangkan yang mengalami peningkatan terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar 182,8 juta dolar AS atau 10,66 persen. "Jika dilihat pada 2016, juga ada penurunan. Ini faktor musiman," kata Suhariyanto.

Ekspor nonmigas September 2017 terbesar adalah ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebesar 1,89 miliar dolar AS, diikuti oleh Amerika Serikat sebesar 1,46 miliar dolar AS dan Jepang sebesar 1,31 miliar dolar AS. Kontribusi ketiga negara tersebut mencapai 35,57 persen.

Sementara ekspor ke Uni Eropa dengan 28 negara tercatat sebesar 1,31 miliar dolar AS. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia periode Januari-September 2017 mencapai 123,36 miliar atau meningkat 17,36 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, sedangkan ekspor nonmigas tercatat sebesar 111,89 miliar dolar AS atau meningkat 17,27 persen.

Berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-September 2017 naik 14,51 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 18,35 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 34,75 persen.

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-September 2017 berasal dari Jawa Barat dengan nilai mencapai 21,51 miliar atau 17,43 persen dari total ekspor, diikuti Jawa Timur senilai 13,75 miliar dolar AS atau 11,14 persen dan Kalimantan Timur 12,83 miliar dolar AS atau 10,40 persen.

BPS mencatat bahwa pada September 2017 neraca perdagangan Indonesia mengantongi surplus senilai 1,76 miliar dolar Amerika Serikat didorong oleh surplus sektor nonmigas sebesar 2,26 miliar dolar AS. Sementara sektor migas defisit 50 juta dolar AS, kata Kepala BPS Suhariyanto.

Neraca perdagangan tersebut, menurut dia, lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 1,71 miliar dolar AS, meskipun ada penurunan kinerja ekspor dan impor. "Surplus lebih tinggi dibanding Agustus 2017, ini musiman, ekspor turun, impor juga turun, akan tetapi neraca perdagangan tetap surplus," kata Suhariyanto.

Dia menjelaskan dari sisi volume perdagangan, neraca volume perdagangan Indonesia juga mengalami surplus, tercatat sebesar 35,20 juta ton. Surplus tersebut didorong oleh surplus neraca sektor nonmigas yang mencapai 35,26 juta ton, sementara migas defisit sebesar 60 ribu ton.

Secara kumulatif, neraca perdagangan periode Januari-September 2017 mengantongi surplus mencapai 10,87 miliar dolar AS dengan total ekspor sebesar 123,36 miliar dolar AS dan impor 112,49 miliar dolar AS. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016, tercatat neraca perdagangan mengalami peningkatan dari sebelumnya 6,41 miliar dolar AS.

Beberapa negara penyumbang surplus pada periode Januari-September 2017, antara lain adalh India sebesar 7,56 miliar dolar AS, Amerika Serikat 7,17 miliar dolar AS, dan Belanda 2,31 miliar dolar AS. Sedangkan negara penyumbang defisit terbesar adalah Republik Rakyat Tiongkok sebesar 10,23 miliar dolar AS, diikuti Thailand 2,84 miliar dolar AS, dan Australia sebesar 2,38 miliar dolar AS.

BPS menyatakan nilai impor Indonesia pada September 2017 menurun 5,39 persen dari bulan sebelumnya sebesar 13,50 miliar dolar Amerika Serikat menjadi 12,78 miliar dolar AS. Suhariyanto mengatakan penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya impor migas sebesar 76,3 juta dolar AS dan impor nonmigas sebesar 652,3 juta dolar AS. "Impor turun lebih dalam jika dibanding dengan ekspor, pangsa pasar impor masih tidak bergerak dari Tiongkok," kata Suhariyanto.

Suhariyanto mengatakan nilai impor pada September 2017 tersebut apabila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 13,13 persen.

Impor nonmigas September 2017 mencapai 10,85 miliar dolar AS atau turun 5,67 persen dibanding Agustus 2017, namun meningkat 13,80 persen dibanding September 2016. sementara migas, sebesar 1,93 miliar dolar AS atau turun 3,79 persen dibanding bulan sebelumnya.

Peningkatan impor nonmigas terbesar September 2017 dibanding Agustus 2017 adalah golongan buah-buahan mencapai 44,2 juta dolar AS atau 51,10 persen, sedangkan penurunan terbesar adalah golongan mesin dan pesawat mekanik 113,0 juta dolar AS atau 5,90 persen.

BERITA TERKAIT

Distribusi dan Stabilitas Harga Ikan Selama Ramadhan Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan akan terus mengawal ketersediaan serta kestabilan harga ikan. KKP menyebut bahwa…

Indonesia dan Sri Lanka Perkuat Hubungan Dagang Bilateral

NERACA Jakarta – Indonesia dan Sri Lanka meluncurkan perundingan Indonesia–Sri Lanka Preferential Trade Agreement (ISL–PTA). Penandatanganan dilaksanakan secara simultan melalui…

2023, Kontribusi Parekraf Terhadap PDB Mencapai 3,9 Persen

NERACA Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan realisasi program…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Distribusi dan Stabilitas Harga Ikan Selama Ramadhan Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan akan terus mengawal ketersediaan serta kestabilan harga ikan. KKP menyebut bahwa…

Indonesia dan Sri Lanka Perkuat Hubungan Dagang Bilateral

NERACA Jakarta – Indonesia dan Sri Lanka meluncurkan perundingan Indonesia–Sri Lanka Preferential Trade Agreement (ISL–PTA). Penandatanganan dilaksanakan secara simultan melalui…

2023, Kontribusi Parekraf Terhadap PDB Mencapai 3,9 Persen

NERACA Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan realisasi program…