BI : Kredit Baru Masih Melambat

NERACA

Jakarta - Bank Indonesia melalui survei perbankan melihat pertumbuhan kredit baru perbankan pada triwulan III 2017 masih melambat, terutama pada kredit modal kerja dan konsumsi. Hal itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru triwulan III 2017 yang sebesar 77,9 persen, menuru dibanding 83,4 persen pada triwulan II 2017, disimpulkan dari Statistik Survei Perbankan Triwulan III BI yang diumumkan di Jakarta, Jumat.

"Ini dipengaruhi terbatasnya kebutuhan pembiayaan dari nasabah," tulis BI dalam laporannya. Survei triwulanan tersebut melibatkan 41 responden bank umum yang berkantor pusat di Jakarta, dengan pangsa kredit 80 persen dari total nilai kredit bank umum secara nasional. Sementara kredit modal kerja dan konsumsi melambat, kredit investasi tumbuh menguat. Indikasi itu tercermin dari SBT kredit investasi yang naik pesat menjadi 69,8 persen dari 40,8 persen di triwulan sebelumnya.

BI mendeteksi melambatnya kredit konsumsi karena menurunnya perintaan kredit pemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA), terkontraksinya permintaan kartu kredit dan Kredit Tanpa Agunan (KTA). Bank Sentral memerkirakan peningkatan penyaluran kredit baru akan terjadi di triwulan IV 2017 karena membaiknya pertumbuhan ekonomi dan adanya penurunan suku bunga kredit sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter yang telah dilakukan.

Kebijakan penyaluran kredit perbankan pada triwulan IV-2017 diperkirakan lebih longgar. Pelonggaran kebijakan terutama berupa penurunan biaya persetujuan kredit, peningkatan plafon kredit (credit lines), dan penurunan suku bunga kredit. Dari survei itu juga ditemukan perkiraan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 10,6 persen (year on year/yoy), masih lebih rendah jika dibandingkan survei sebelumnya yang memperkirakan sebesar 12,4 persen (yoy).

Pengamat menilai target pertumbuhan kredit sampai batas atas Bank Indonesia (BI) sebesar 10 persen sulit dicapai, meski penurunan suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) telah dua kali dilakukan hingga menjadi 4,25 persen. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adinegara menilai, target itu sulit dicapai lantaran stimulus pelonggaran moneter BI biasanya butuh waktu beberapa bulan agar perbankan bisa ikut menyesuaikan bunga kreditnya.

"Soalnya pelonggaran moneter dampaknya cukup lama. Prediksinya, bunga kredit bisa turun 50 basis poin di kuartal II 2018. Jadi, masih lima bulan lagi," ucap Bhima. Selain itu, menurutnya perbankan saat ini masih fokus untuk berbenah kredit bermasalah. Sehingga, ia menilai penyesuaian bunga kredit kian perlu waktu. 

Bhima menilai, permintaan kredit dari masyarakat otomatis tak akan meningkat sampai akhir tahun ini. Sehingga, pertumbuhan kredit sampai 10 persen belum bisa terjadi pada penghujung 2017. Di sisi lain, pertumbuhan kredit perbankan sampai Juli 2017 yang baru mencapai 8,2 persen dinilai masih terlalu rendah untuk bisa mencapai target BI. Sementara, beberapa kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) dianggap malah tumbuh negatif.

"Itu pun kalau dilihat lebih detail, bank BUKU II dan BUKU III masing-masing justru pertumbuhan kreditnya negatif, minus 4,5 persen dan minus 2,2 persen. Hanya BUKU IV yang tumbuh positif," terangnya. Kendati begitu, Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN, Winang Budoyo melihat, masih ada ruang bagi pertumbuhan kredit bisa mencapai target BI. 

Ia menilai pertumbuhan kredit pada Juli lalu sudah kembali positif dan stimulus dari penurunan 7DRRR akan segera merangsang penurunan bunga kredit perbankan. "Upaya mendorong pertumbuhan kredit akan mendapatkan tambahan amunisi di awal kuartal IV 2017 seiring dengan dikeluarkannya pelonggaran kebijakan makroprudensial secara spasial," jelas Winang. 

BERITA TERKAIT

Bank Muamalat Pastikan Ketersediaan Uang Tunai - Ramadan dan Idul Fitri

    NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mendukung program Bank Indonesia untuk memastikan kesiapan uang tunai layak…

Satgas Hentikan Dua Entitas Keuangan Ilegal

  NERACA Jakarta – Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas Pasti) menghentikan kegiatan usaha Bartle Bogle Hegarty (BBH) Indonesia…

OCBC NISP Targetkan Akuisisi Bank Commonwealth Rampung Kuartal II

    NERACA Jakarta – Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk (OCBC) Parwati Surjaudaja mengatakan perseroan menargetkan proses akuisisi PT…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Bank Muamalat Pastikan Ketersediaan Uang Tunai - Ramadan dan Idul Fitri

    NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mendukung program Bank Indonesia untuk memastikan kesiapan uang tunai layak…

Satgas Hentikan Dua Entitas Keuangan Ilegal

  NERACA Jakarta – Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas Pasti) menghentikan kegiatan usaha Bartle Bogle Hegarty (BBH) Indonesia…

OCBC NISP Targetkan Akuisisi Bank Commonwealth Rampung Kuartal II

    NERACA Jakarta – Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk (OCBC) Parwati Surjaudaja mengatakan perseroan menargetkan proses akuisisi PT…