Bursa Berjangka Belum Optimal - Indonesia Defisit 2.500 Tenaga Pialang

NERACA

Palembang – Mendorong Indonesia menjadi tuan di rumah sendiri dalam acuan harga komoditas dunia dan mensejahterakan para petani, merupakan impian besar bagi industri bursa berjangka. Namun ironisnya, belum optimalnya pemanfaatan industri bursa berjanga menjadi hambatan tersendiri dan kondisi ini diperparah karena Indonesia kekurangan sekitar 2.500 pialang bursa berjangka.

Lantaran masih kekurangan pialang, tidak heran jika investasi di sektor ini belum begitu dikenal masyarakat jika dibandingkan perdagangan saham. Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Bachrul Chairi mengatakan, perlu ada upaya serius untuk mendongkrak jumlah pialang ini mengingat mereka yang bertindak sebagai agen terdepan.”Saat ini Bappepti telah mengeluarkan sertifikat pialang saham bursa berjangka komoditi sekitar 2.500 orang, jumlah ini belum ideal untuk negara sebesar Indonesia. Seharusnya bisa dua kali lipatnya," ujarnya di Palembang, kemarin.

Untuk itu, Bappepti mendorong stakeholder Bursa Berjangka untuk aktif mengedukasi masyarakat terkait Perdagangan Berjangka Komoiditi yang di dalamnya terjadi perputaran Rp100 triliun per tahun. Menurutnya, sasaran yang cukup efektif untuk edukasi ini yakni kalangan mahasiswa karena mereka yang nantinya akan memenuhi pasar tenaga kerja dalam negeri.”Kami sangat mendorong perusahan pialang berjangka membuka Laborotorium Trading di kampus-kampus yang dapat mendekatkan mahasiswa dengan profesi pialang," kata dia.

Dengan melihat langsung proses trading, sambung Bachrul, para mahasiswa ini dapat memahami sebenarnya seperti apa profesi pialang itu.”Lebih penting lagi, menurut Bachrul, para mahasiswa akhirnya tertarik menjadi pialang sehingga setelah lulus langsung mengambil sertifikasi profesionalnya di Bappepti," ujar dia.

Perdagangan di bursa komoditas berjangka Jakarta Futures Exchange ini sangat strategis di era perdagangan bebas karena menjadi sarana alternatif pengusaha/masyarakat untuk berinvestasi. Jika Indonesia tidak serius dalam meningkatkan pertumbuhannya maka dipastikan peluang ini akan diambil negara lain.”Tentunya, kami tidak ingin investor dalam negeri lebih suka bergabung dengan bursa luar negeri," kata dia.

Kemudian masih dalam rangka mendorong pertumbuhan industri bursa berjangka, Bappebti terus memperluas kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi dan teranyar menggandeng kerjasama dengan fakultas ekonomi Universitas Sriwijaya melalui peresmian laboratorium perdagangan (trading) bursa berjangka bekerja sama dengan perusahaan pialang berjangka PT Rifan Financindo Berjangka.

Rektor Universitas Sriwijaya, Anis Saggaf mengatakan, kehadiran laboratorium Futures Trading Learning Center (FTLC) ini sesuai dengan konsep kampus modern saat ini yakni menempatkan komposisi 30% untuk praktek lapangan yang diberikan langsung oleh praktisi hingga pemangku kebijakan.”Tidak ada lagi cerita, hanya tahu teorinya saja. Jika mahasiswa teknik maka harus lihat dan pernah menggunakan mesinnya, begitu pula dengan mahasiswa ekonomi harus tahu bagaimana trading di lantai bursa," kata Anis.

Anis menambahkan, saat ini Bappepti sedang mencari cara untuk memasukkan kurikulum perdagangan berjangka ke universitas. Pada prinsipnya Unsri sangat mendukung keinginan tersebut, seperti halnya permintaan Komnas HAM yang juga berharap kurikulum tentang Hak Asasi Manusia juga masuk dalam mata kuliah mahasiswa.”Saat ini dunia sudah berubah, bahkan diprediksi dalam 10 tahun lantai bursa akan sepi karena semua trading dilakukan secara online. Artinya, bursa bukan lagi sesuatu yang keramat, siapa saja bisa mengaksesnya," kata dia. (ant/bani)

BERITA TERKAIT

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…